16|| Perasaan Ingin Kembali ☀

Sahabat yang memiliki tingkah laku konyol adalah sahabat yang paling setia.

☀☀☀

Fira mengulas senyum tipis dengan mata fokus menatap langit malam. Memorinya kembali memutar kenangan indah yang pernah ia alami. Sebuah kebersamaan yang mungkin tidak akan pernah ia rasakan kembali.

Fira berlari mendekat ke arah pagar rumah Emily. Fira terkekeh mengingat pesan yang dikirimkan oleh Emily beberapa saat lalu. Hanya karena Emily sendirian, Emily meminta Fira untuk datang menemani malam sepinya.

Tanpa perlu memanggil sang pemilik rumah, Fira membuka pagar besi abu-abu itu dengan tangannya sendiri. Fira menutup kembali pagar tersebut ketika ia berada di garasi rumah Emily.

"EMILY ADA ANDRE, NIH, DI LUAR!" teriak Fira berdiri di depan pintu coklat.

Pintu terbuka dan wajah Emily berubah masam. Fira berbohong untuk hari ini.

"Hai," ucap Fira dengan senyum menghiasi wajahnya.

"Hai," susul suara di belakang Fira.

Emily dan Fira lantas menoleh ke sumber suara. Ternyata, di sela-sela pagar yang terbuka terlihat Andre, Mario dan Dika sedang mengintip.

"Anjir, ngapain lo ke sini?" tanya Emily menatap mereka curiga.

Andre tersenyum seraya menggaruk tengkuk. "Tadi ada yang nyebut nama gua, jadi gua ke sinin deh,"

Emily melotot tajam ke arah Fira tentu saja hal tersebut dapat dilihat oleh Andre, Mario dan Dika. "Lo mendingan tutup mulut lo, Fir. Sekali ngomong panjang, malah bikin gua malu," ucap Emily ketus.

Fira terkekeh. Mata Fira bergerak melirik tiga laki-laki yang masih bertahan dengan posisi mereka. "Masuk!" ucap Fira layaknya ia pemilik rumah.

Emily menggeleng tidak percaya. Seorang Fira dapat bertingkah semena-mena. "Heh! Di rumah gua kosong! Cowok enggak boleh masuk," ucap Emily seraya merentangkan tangannya menutup jalan tiga temannya.

Dika menurunkan tangan kiri Emily, lalu Andre menurunkan tangan kanan Emily. Emily terdiam. Sentuhan kecil mampu membuat tubuhnya bergetar ringan. Emily gugup, interaksi dengan lawan jenis bukanlah sesuatu yang sering ia lakukan.

"Kita mau main UNO di teras, udah sana masuk!" ucap Andre seraya memutar tubuh tegang Emily ke arah pintu.

"UNO?" Fira membeo.

Dika mengangguk seraya menepuk-nepuk saku celana kanan dan kirinya. "UNO tersimpan aman di dalam kantung berharga Dika," ucap Dika lalu duduk lesehan di lantai berwarna krem.

Andre dan Mario menyusul, mereka duduk hampir menyerupai segitiga. Dika menepuk paha kirinya. "Fira mau dipangku babang Dika?" ucap Dika seraya tersenyum lebar.

Mario memberikan tatapan tajam. "Lo ada niat mati?"

Dika terkekeh. "Mario dan yang lainnya tahu, siapa pemilik hati ini," ucap Dika seraya menepuk dada kiri.

"Tata seseorang," ucap Fira melangkah mendekat ke arah laki-laki itu.

Dika tersenyum. Andre terkekeh. Dan Emily terdiam, ia bingung harus apa. Sentuhan Andre beberapa menit lalu masih begitu membekas. Hingga akhirnya, Emily memilih mengabaikan Fira dan tiga teman laki-lakinya. Emily memasuki rumahnya dan beberapa menit kemudian ia kembali dengan membawa mangkuk kecil.

Dika berhenti tertawa saat melihat isi mangkuk yang baru saja Emily taruh di tengah-tengah mereka.

Emily mendorong tubuh Dika ke samping Mario. "Geser dong, mau duduk, nih,"

Andre terkekeh lalu menggeser tubuhnya sedikit ke kiri. Melihat sedikit celah antara Dika dan Andre, Emily pun beringsut duduk di antara mereka.

"Nyempil aja kayak daki di ketiak," ucap Dika lalu mengeluarkan kartu UNO dari dalam saku celananya.

Mata Fira melebar saat melihat gambar yang terlihat di balik kartu UNO tersebut. "Lo suka Hello Kitty?" ucap Fira menunjukkan rasa terkejutnya.

Dika mengangguk. "Lucu dan imut," ucap Dika seraya mengambil salah satu kartu bermotif Hello Kitty dan menunjukkan ke arah Fira. "Angka delapan, Hello Kitty nya ngedip,"

Mario memukul tangan Dika. "Kocok,"

"Hah? Kodok?" ucap Dika memasang wajah sok polos.

"Kocok bolot!" teriak Emily di dekat telinga Dika.

Dika mengusap telinganya. "Jangan teriak! Ini rumah lo, bukan rumah gue," jawabnya jujur.

Andre mengusap wajahnya. Andre sudah 'tak tahan dengan segala kalimat yang keluar dari mulut Dika. Andre mengambil alih tumpukan kartu di depan Dika dan mulai mengocok kartu tersebut.

"Yang bilang ini rumah lo, siapa?!" ucap Emily kesal.

"Enggak ada, Em, 'kan tadi gue udah bilang, ini rumah lo, bukan rumah gue," ucap Dika.

Emily mengembuskan napas lelah. "Suka-suka lo deh!"

Dika terkekeh. "Cieeee suka sayur lodeh, gue sih, sukanya sayur asem, Em," ucap Dika menampilkan wajah menggodanya.

Fira menggeleng. "Orang lemot ngomong sama orang gila. Ya enggak akan kelar lah," gumam Fira kesal.

Mario terkekeh mendengar gumaman perempuan di sampingnya. Tangan kanan Mario terulur memberikan satu jitakan di kening Dika. Dika lantas mengaduh kesakitan. Emily hampir saja tertawa melihat ekspresi Dika, jika Dika tidak melirik sinis kepadanya.

"Ketok pintu, bukan ketok kening," ucap Dika seraya mengusap keningnya.

"Ini yang lagi ngocok lama banget, sih?" ucap Emily sinis kepada Andre.

Andre terkekeh lalu ia mulai membagikan kartu UNO itu  ke semua pemain dengan jumlah yang sama, tujuh. Mereka yang menerima kartu langsung membuka tumpukkan kartu tersebut, dan melihat-lihat kartu seperti apa yang mereka dapat.

"Gila," Ekspresi Dika berubah terkejut begitu melihat kartu yang ia dapat. "Kartu gua Hello Kitty semua masa," ucap Dika.

Jika saja Emily melihat air mineral di dekatnya, sudah dapat dipastikan air tersebut akan ia gunakan untuk mengguyur Dika. Tapi sayangnya, di dekat Emily hanya terdapat mangkuk kecil berisi bedak tabur yang sudah ia campurkan dengan sedikit air.  Emily mencolek bedak yang sudah tercampur air tersebut lalu mengarahkannya kepada pipi tirus Dika. Dika yang merasakan dingin di pipi kirinya lantas melirik tajam Emily.

"Lo tuh, ya, iseng banget sama gue," ucap Dika seraya mencolek bedak dicampur air tadi dan mengenai wajah Emily, membentuk tiga garis panjang dari hidung sampai dagu. "Rasakan pembalasan Dika,"

"MASUK MULUT WOI!" teriak Emily.

Dika bangkit lalu berlari ke luar pagar rumah Emily, 'tak lupa ia menutup pagar itu terlebih dahulu. "DADAH BADUT CEMONG!" teriak Dika dari luar.

Emily menggeram kesal. "ANAK SETAN!"

Mario dan Fira hanya terkekeh melihat wajah Emily yang cemong.

"Bego banget lagian, gua kira ada apaan di kartunya. Enggak taunya dia kaget gara-gara kartunya gambar Hello Kitty semua. Padahal jelas-jelas emang semuanya bermotif Hello Kitty. Bodo amat, Dik, bodo amat! Stress gue punya temen model lu," ucap Emily kesal.

Andre tertawa ringan melihat ekspresi kesal Emily. "Omongan Dika mah, jangan didengerin,"

Fira tersenyum. "Bersihin tuh muka!" ucap Fira.

"BADUT BADUT! BADUT BADUT! EMILY KAYAK BADUT!" teriak Dika lagi dari balik tembok.

Fira menggelengkan kepalanya masih dengan tawa yang keluar dari mulutnya. Mengingat seberapa konyol Dika dan Emily ketika bersatu mampu membuat mood semakin baik.  Fira merasa beruntung sempat merasakan indahnya persahabatan saat kebanyakan remaja seumurannya lebih banyak menghabiskan waktu mereka bersama kekasih.

Fira mendadak merindukan sosok Dika dan Emily yang terkadang menyerupai Tom and Jerry. Ribut dimanapun dan kapanpun. Ingin rasanya Fira menghapus jarak yang ada di antara mereka. Namun, itu hanyalah harapan semata. Sampai kapanpun jarak itu akan tetap ada.

Fira mengulas senyum tipis. "Terima kasih karena kalian pernah mewarnai hidup gue, walaupun sekarang hidup gue kembali abu-abu," gumam Fira pelan.

☀☀☀

"Anjir gua dituduh jadi Wolf terus. Heran gua ... gua akui gua emang ganteng tapi gua bukan serigala," ucap Dika seraya berdecak sebal.

"Lo mencurigakan soalnya, Dik," sahut Andre yang asik memainkan ponselnya di atas karpet dengan posisi tengkurap.

"Bukan gua wolf nya, anjir," ucap Dika kesal.

"Gantung Dika," ucap Mario santai.

Mario turun dari ranjang lalu melangkah mendekati meja belajar putih. Mario menarik kursi dan duduk.

"Anjir, kenapa beneran gua yang digantung?!" ujar Dika benar-benar kesal.

Andre terkekeh. "Orang lo wolf nya, jadi wajar aja lo digantung,"

Sekarang, mereka sedang bermain Werewolf Party di grup kelas mereka. Werewolf Party adalah bot untuk melakukan sebuah permainan. Dalam permainan ini, setiap pemain akan mendapatkan peran dan setiap pemain diharuskan mencari siapa yang menjadi wolf.

"MAMPUS LO DIK! BENER 'KAN LO WOLF-NYA!" teriak Andre heboh saat mengetahui Dika mati karena dicurigai sebagai wolf dan Dika adalah wolf.

"Anjir, dosa gua nambah mulu kalo main ini," ucap Dika seraya menggeleng pelan.

"Kenapa?" tanya Mario.

Dika memeluk guling seraya tengkurap. "Gua nuduh orang mulu," ucap Dika memasang wajah memelas.

"Enggak usah main mendingan," ucap Andre.

Mario terkekeh lalu mematikan ponselnya dan memasukkan ponsel miliknya ke dalam laci meja belajar. "Fira enggak muncul," ucap Mario lirih.

Andre dan Dika mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap serius Mario. "Lu daritadi lihatin HP tanpa ikutan main itu gara-gara nungguin Fira muncul?" tebak Andre.

Mario mengangguk.

Dika menepuk jidatnya saat teringat sesuatu. Andre dan Mario lantas menoleh. Mario mengernyit melihat gerakan Dika yang tiba-tiba. "Gua lupa," ucap Dika gantung.

Andre mengamati Dika. "Apa?"

Dika tersenyum, kepalanya menoleh ke arah Andre. "Dre, makanan cacing apa?"

Andre membulatkan matanya tak percaya. "Cacing?" ulangnya.

Dika mengangguk. "Iya cacing," pandangan Dika berlarih ke Mario. "Lo tahu enggak, Mar?"

Mario mengangkat bahu tidak tahu.

"Ngapain lo nanyain makanan cacing? Jangan bilang lo...."

Dika mengangguk seolah-olah ia tahu kalimat Andre selanjutnya. "Yap, gue pelihara cacing sekarang," ucap Dika.

Andre melempar bantal kecil yang sejak tadi berada di pangkuannya ke arah Dika. "Menjijikan sekali dirimu, Nak!" ucap Andre lalu melangkah mendekati Mario.

"Mar,"

Mario berdehem.

"Mar, lihat deh kelakuan teman lo. Masa cacing dipelihara? Stress enggak, tuh anak?" ucap Andre dengan mata sedikit melirik ke arah Dika.

"Namanya juga jones," jawab Mario.

Dika melotot lalu melompat turun dari ranjang. "GUA ENGGAK JONES YA?! LO BERDUA LEBIH MENGENASKAN NJIR DARIPADA GUA," teriak Dika seraya menunjuk-nunjuk Andre dan Mario secara bergantian.

Andre menggeleng lalu mendekati Dika. Andre menepuk bahu Dika sebanyak dua kali. "Gue tahu lo kesepian, tapi jangan pelihara cacing juga kali, Dik," ucap Andre sedikit menyindir di awal.

Dika menginjak kaki Andre cukup keras. "Cacing itu lucu, semok, dan menggemaskan. Lihat dong body nya yang aduhai, meliuk-liuk di atas tanah, muncul malu-malu dari dalam tanah," ucap Dika dengan tubuh yang meliuk seakan-akan ia adalah cacing.

Andre tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perut. Andre 'tak kuasa mendengar penjelasan Dika yang super aneh tersebut. Dika memang ajaib.

"Gila," ucap Mario sudah mampu menahan ekspresi datar.

Mario tertawa geli mendengar penjelasan Dika. Dika selalu mempunyai pandangan unik mengenai beberapa hewan. Seperti: kecebong yang ia bilang memiliki pantat yang semok, undur-undur yang menurut dia takut akan masa depan jadi ia memilih mundur, lalu ikan cupang yang menurutnya warna yang melekat di tubuh ikan tersebut karena ikan itu dicelupkan ke dalam pewarna agar memiliki warna yang berbeda-beda dan masih banyak lagi.

"Jadi, enggak ada yang tahu nih, makanan cacing itu apa?" ucap Dika mengabaikan tawa kedua sahabatnya.

Mario dan Andre kompak menggeleng.

"Oke, saatnya tanya mbah gugel," ucap Dika lalu mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas ranjang.

Dika terlonjak kaget saat melihat notifikasi Line.  "Wow, Fira chat gue, bro."

Mario terdiam begitupun dengan Andre.

"Serius gua, enggak bohong," ucap Dika dengan jari menyerupi huruf V.

"Baca,"

Dika membuka aplikasi Line-nya dan langsung membuka pesan masuk dari Fira.

"Dik, gue kangen lo," ucap Dika seraya membaca pesan Fira.

Brak!

Mario menggebrak meja lalu bangkit berdiri mendekati Dika dan merampas kasar ponsel Dika. Matanya melebar saat melihat pesan masuk Fira. Dika tidak berbohong, hanya saja Dika belum selesai membaca semuanya.

Zhafiraaa
Dik
Gue kangen lo
Kangen Andre
Kangen Emily
Kgm Rio
*kgn
Miss u friend😔

"Miss u friend emot sedih," ucap Andre membaca pesan Fira dari samping Mario.

Dika menepuk pipinya tiga kali. "Ini gua enggak mimpi, 'kan?" ucapnya.

Andre juga melakukan hal yang sama dengan Dika, ia menepuk pipinya cukup keras sampai memerah. "Anjir, sakit,"

"Ini nyata," ucap Mario lirih.

Ketiga laki-laki tersebut terdiam, kaki mereka seakan melemas detik itu. Seseorang yang diharapkan telah kembali menjadi sosok yang mereka kenal dulu. Senyum merekah di wajah mereka. Namun, getaran pada tubuh mereka belum dapat dikendalikan.

"Lemes gue," ucap Dika merosot  ke bawah.

Andre duduk di samping Dika seraya megang dada kirinya. "Sumpah kaget," gumam Andre.

Mario duduk dengan kaki yang ia luruskan. Ponsel yang berada di genggamannya kian mengendur dan meresot turun.

"Mar, jawab, Mar," ucap Dika begitu antusias.

Mario terdiam, matanya menarawang ke dinding abu-abu yang menatapnya. "Lu aja, dia enggak kangen gua, yang dia kangenin Rio, bukan Mario," gumam Mario lirih.

Andre melihat tatapan sendu Mario. Andre tidak dapat membaca ekspresi Mario. Namun ia yakin, Mario senang sekaligus sedih.

"She's miss you but not miss me," gumam Mario.

☀☀☀

Duh, kok gemes ya sama Dika😂 tingkahnya ada-ada aja ya ampun😂 pengen gaplok rasanya kalau punya temen kayak dia😂😂


2 November 2017.
30 Januari 2018
-Fan-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top