RyoujiSama » Butiran Debu
Butiran Debu ~ Rumor
• • • • • • • • • • • • • • • •
"Ini lo foto dimana Bum ?" kiki menyodorkan hp milik Bumi yang sedari tadi ia utak atik. Sedangkan si empunya sedang melihat kedua temannya yang sedang bermain PES.
Bumi melirik kearah layar Hpnya yang kiki sodorkan tadi. Penasaran apa yang kiki maksud.
"What the f... sini" Bumi secara reflek langsung mengambil Hpnya dari tangan kurus kiki dengan mudah, mudah sekali. "Gak usah liat-liat foto, nanti lo tambah ngenes"
"Anjayy... cewek bekas Uzi juga" ucap Kiki yang sukses membuat orang yang tadi namanya sebut melirik tajam kearah kiki, tajam sekali. "Ampun Zi ampun"
Bumi hanya bisa tertawa kecil melihat sikap dua anak manusia itu, lucu. Kiki dengan kekonyolannya, sedangkan Uzi dengan ke-intovert-annya. Cocok sekali mereka, cocok sebagai sahabat tentu saja.
Tingnung
Hp Bumi mengeluarkan bunyi notifikasi LIne, tanda ada yang mengirim pesan padanya. Siapa ? tentu saja Cinta, pacarnya. Pacar yang menurut Bumi cewek paling cantik sedunia. Dia memang cantik, manis, ditambah kecantikannya dibungkus oleh selembar kain yang biasa dipanggil Hijab, tidak heran bumi suka padanya.
Bumi langsung membuka Hpnya lalu jemarinya mengutak atik layar disana menuju ke pesan yang cinta kirim.
Cinta : Cinta sedang apa disana ?
Aku : lagi maen sama temen, Bumi^^
Ya, Bumi memang memanggil pacarnya itu dengan namanya sendiri sedangkan Cinta memanggil Bumi dengan cinta, namanya sendiri. Tidak ada makna khusus, hanya menegaskan bahwa dia milik cinta dan Cinta miliknya.
'Namaku cinta, ketika kita bersama
Berbagi rasa, untuk selamanya'
Cinta : ih gitu yah, maen terus sama temennya, aku disini gak diutak-atik, dianggurin :p
Aku : kamu itu gak pantes diutak-atik, tapi untuk disayang abang cinta disini
'Namaku cinta, ketika kita bersama
Berbagi rasa, sepanjang usia'
Cinta : co cwit bingit
Aku : biaca aja kaci hihi
Cinta : oke deh... salam buat semuanya yg ada disitu,bye
Aku : termasuk Uzi ?
Cinta : apaan sih ?! masa lalu keleszz
Aku : wekawekawekaweka ya udah, baik baik disana ya Bumi
Cantik : sip, cantik juga ya^^
"Ah gara-gara Kiki aku jadi kalah nih" erang Uzi sambil ngacak-acak rambutnya, kesal.
"Udah biasa kali Zi"
"Au ah, mending aku baca buku lagi aja"
"Sana gih beli makanan aja sama Bumi" suruh bayu.
"Dianya aja lagi senyam senyum gitu, mana mau diajak jalan" jawab Uzi.
"Apaan sih Zi ?" Bumi mulai sadar dari lamunan gaje akan pacarnya itu, dia bangun dari ketidurannya "Kalo ada uangnya ya gue mau-mau aja"
"Tuh ambil aja di dompet gue" kata Bayu, sok.
"Widih yang baru dapet kiriman"
"udah cepetan sana beli makanan"
"iye iye, cus Zi"
.
.
Disinilah mereka, di depan sebuah mall besar yang ada di tengah kota. Jangan tanya ini ide siapa, pastilah si Bumi, dia yang menginginkan membeli jajan disini, sekalian jalan-jalan katanya. Sedangkan Uzi, dia hanya mengerang pasrah atas ajakan temannya itu.
Mereka berdua mulai memasuki mall besar itu dan perlahan mulai menjelajahi sudut demi sudut mall.
"Bumi, kita belanja di Hypermart sana aja yuk" ajak Uzi tiba-tiba mencegat langkah Bumi.
"Emang kenapa ? udah deket foud court juga, tanggung. Lagian kalo hypermart kita musti naik 2 lantai lagi" jawab bumi agak bingung dengan Uzi.
"Disana murah-murah, Ac-an lagi"
"Oke lah... tapi kita makan dulu di KFC ya, laper"
"E-eh t-tapi---"
"Udah... gue traktir deh, lu juga gak pernah makan di tempat-tempat kek gitu kan ?"
"G-gak m-"
Terlambat, bumi sudah mencengkeram tangan Uzi kuat-kuat dan membawanya masuk ke KFC yang Bumi maksud.
Tapi seretan kecil itu berhanti sebelum mereka masuk lebih jauh kedalamnya.
Bumi, melihat orang yang ia kenal, bersama orang lain yang ia kenal juga. Disanalah, di pojok cafe kursi paling belakang, tercokol Cinta-pacar Bumi sedang duduk manja bersama seorang lelaki. Ah bumi ingat nama lelaki itu. Langit, ya namanya langit. Tapi apa yang sedang mereka lakukan disana ?
Bumi melihat semuanya, Bumi melihat Cinta duduk tepat di depan Langit, hanya meja pembatas mereka. Cinta terlihat seperti sedang menangis disana. Entahlah, yang pasti Bumi juga melihat sedikit bulir air mata keluar dari mata manis Cinta.
Langit perlahan mulai mendekati Cinta, Bumi tahu itu, tapi entah kenapa ia hanya bisa terbelalak di tempat, tak bisa bergerak
'Hingga tiba saatnya
Akupun melihat
Cintaku yang khianat
Cintaku berkhianat'
Langit kini sudah ada di sisi Cinta, kursi sengaja ia geser agar dia lebih dekat dengan Cinta. Tangannya yang terlihat lebih kekar dari Bumi mulai menyeka air mata yang masih mengalir di pipi Cinta. Hei, bukankah Bumi seharusnya senang karena ada orang lain yang menyekakan air mata pacarnya ? justru itu yang membuat hati Bumi sakit, sakit teriris sakit, sakit sekali. Kenapa bukan dirinya saja ?
"Haha ternyata muka cinta pasaran ya bum, banyak kembarannya" kata Uzi.
Bumi hanya Diam. Bumi tahu maksud perkataan dari temannya dan bahkan sekarang Bumi juga tahu kenapa tadi Uzi mencegatnya untuk pergi ke sisi mall sebelah sini. Tapi Bumi masih saja diam. Tubuhnya serasa lemas semua sehingga bibirpun tak bisa bergerak.
'Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi'
Perlahan bulir air mata juga jatuh juga ke pipi lelaki jangkung itu. Tak bisa menghentikan air matanya yang semakin deras, ia hanya terpaku.
'Aku tenggelam dalam lautan luka dalam'
Terpaku dalam diam. Tak tahu apa yang harus ia lakukan, tak tau apa kesalahnnya, tak tahu segala macam pertanyaan-pertanyaan yang terus menjejali benaknya. Otaknya buntu, dingin tak bisa berpikir.
'Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang'
Nama lelaki itu Bumi, bumi yang kuat dan kokoh. Tapi saat ini, ia sangatlah rapuh.seolah berkebalikan dengan namanya sendiri, debu.
'Aku tanpamu, Butiran debu'
Kedua orang itu masih terpaku tanpa tahu bahwa beberapa orang disekitar mereka melirik aneh ke arah mereka berdua. Uzi hanya bisa mengelus-elus sabar kawannya.
"Zi, lo bisa maen piano kan ?" ucap Bumi dengan suara parau dan ada sedikit keterpaksaan disetiap katanya, seolah masih enggan untuk bicara atau melakukan apapun.
"B-bisa Bum, kenapa ?"
"Ikutin gue aja"
Uzi hanya mengangguk rela. Ia kemudian mengikuti Bumi yang sudah melenggang duluan, melenggang ke arah band yang sedang ada di cafe/KFC itu.
Bumi mengetuk-ngetuk mic yang ia pegang, mengecek. Sedangkan Uzi pergi ke tempat piano sana seolah tahu maksud dari Bumi.
Jemari Uzi mulai lentik dan menari cantik diatas piano, melantunkan lagu yang indah, yang kemudian diikuti suara merdu Bumi, namun agak sedikit parau.
'Namaku cinta, ketika kita bersama
Berbagi rasa, untuk selamanya'
'Namaku cinta, ketika kita bersama
Berbagi rasa, sepanjang usia'
'Hingga tiba saatnya
Akupun melihat
Cintaku yang khianat
Cintaku berkhianat'
Penekanan kata Cinta oleh Bumi membuat cinta tersadar akan suara pacarnya itu. Ia kemudian langsung pergi menuju tempat Bumi berada, diikuti langit. Cinta bingung, bingung harus bilang apa.
'Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi'
'Aku tenggelam dalam lautan luka dalam'
'Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang'
'Aku tanpamu, Butiran debu'
Kini cinta berani naik ke area untuk band itu-dimana bumi menyanyi, memegang tangan pacarnya, tapi bumi tiba-tiba langsung melempar tangan yang dipegang Cinta lalu meneruskan lagunya, dan kali ini emosi begitu terasa, terlihat dari penekanan kata yang bumi ucapkan.
'menepi... menepilah
Menjauh, semua yang terjadi antara kita... ooh'
.
.
Sorak sorai bergemuruh pertanda pendengar disana senang dengan suara merdu Bumi. Tapi itu semua berbalik dengan emosi diantara mereka berempat, Bumi, cinta, langit dan uzi. Langit mencoba untuk menjelaskan semuanya. Tapi langsung dihadang Uzi, meski badannya sangat jauh dengan langit tapi ia berani menghadangnya, yang dibantu tatapan tajam miliknya, langit tak berkutik.
Cinta mencoba untuk membuat pacarnya percaya, namun Bumi hanya diam dengan tatapan kosong, seolah dirinya sedang tidak berada disana. Merengek, menjelaskan, bahkan air matanya mulai mengalir lagi tapi Bumi masih diam, diam dan tak ada satupun yang tahu apa yang ada dipikran lelaki itu, hampa.
Namun, bumi masih teringat akan satu hal, satu hal yang pernah diucapkan oleh pak Mario teguh dan saat ini ia ingin mengatakannya pada cinta.
"Pengkhianatanmu... adalah penyelamatku"
Cinta langsung lemas da tergulai di lantai. Tangisnya semakin menderu. Satu sisi ia bosan dengan Bumi, satu sisi dia juga menyesal, sangat menyesal.
"Jadilah pribadi yang baik untuk kelasmu sendiri, dan aku akan menjadi pribadi yang baik untuk kelasku sendiri. Jelas, kelas kita beda" Bumi mengucapkan kata itu dengan dingin, datar, tanpa penekanan atau sekadar emosi yang terluapkan.
~
• END •
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top