SC - 10
Yang mau gabung group pembaca bisa chat ke nomer WhatsApp 0882-2752-8770 🙆🏻👍🏻
Jangan lupa mampir ke akun kedua aku dan baca MU💜❤💜❤💜❤
Enjoy! 🐹
-
"Dari mana kau?" Tandas Irene langsung tanpa tedeng aling-aling tatkala melihat suaminya baru saja muncul dan berdiri di belakangnya.
Kim Taehyung membungkam bibirnya rapat-rapat. Meraih tubuh kecil Soya untuk dia gendong kemudian berjalan pergi meninggalkan Irene sendirian.
Telah diabaikan didepan banyak orang tentu saja mematik api kemarahan di dalam hati Irene. Perempuan tersebut bergegas menyusul sang suami, menahan salah satu lengan Taehyung—menghentikan pria itu secara paksa.
Irene bertanya sekali lagi dengan nada suara pelan namun penuh kebencian, "Dari mana kau tadi? Seharusnya kau menghormati aku sebagai istrimu dan tidak meninggalkan aku sendiri saat ada banyak orang mengawasi kita!"
Kim Taehyung tampak menarik nafas panjang sebelum mengeluarkan perlahan demi perlahan. Kepalanya mendongak menatap langit, lalu beralih menatap dingin istrinya.
"Memang kau pernah memperlakukan aku sebagai suami dan mencintai aku dengan tulus? Tidak, 'kan? Jadi untuk apa aku memperlakukan dirimu selayaknya istri? Kau hanya mencintai uangku, bukan aku atau putri kita."
"Kim Taehyung!"
"Kecilkan suaramu jika kau tidak ingin menjadi tontonan banyak orang. Cepat masuk ke mobil dan bersikap tenang, atau aku tidak akan menahan diri padamu."
Sontak, Irene teringat kejadian beberapa minggu lalu ketika dia sudah kelewat batas dan menghina suaminya sendiri. Mengakibatkan Kim Taehyung terkendali oleh emosi karena kekesalan terhadap ocehan kurang ajar sang istri, yang mana membuat pria itu mengulurkan tangan untuk memukul Irene.
Momen tersebut adalah kali pertama Kim Taehyung melakukan tindak kekerasan setelah menikah bertahun-tahun.
Tidak ingin mendapatkan pukulan lagi yang berpotensi bisa merusak wajah cantiknya. Irene memilih setuju dan diam, berjalan lebih dulu menuju parkiran dan memasuki mobil. Benar-benar bersikap tenang sebab takut—sejak dua tahun lalu, emosi Kim Taehyung lebih terlihat jelas dan terang-terangan, padahal di masa lalu, Kim Taehyung lebih sering menahannya atau memendam kekesalannya.
Kim Tzuyu memandangi pasangan suami-istri yang bertengkar di halaman rumah. Meskipun perasaan yang tersimpan dalam hatinya menyuarakan kebahagiaan melihat pertengkaran tersebut, akan tetapi pikiran rasionalitas-nya masih bisa untuk di ajak berpikiran jernih.
Seharusnya Kim Taehyung adalah miliknya, begitu pula sebaliknya. Karena Daehyung telah tiada, maka tersisa Irene sebagai penghalang satu-satunya. Namun sepertinya Kim Taehyung tidak ingin menceraikan Irene, mau bagaimana pun, Irene menjadi yatim piatu juga karena kesalahan Kim Taehyung. Pria itu wajib melaksanakan kewajiban dan memenuhi hak yang seharusnya didapatkan oleh Irene.
Awalnya Kim Tzuyu pernah bertanya apakah Kim Taehyung bersedia menceraikan Irene. Respons pria itu terbilang ambigu sebab bukannya memberikan jawaban pasti, malahan mengatakan bahwa dia sangat menyayangi Soya.
Netra karamel jernihnya menurun, memandangi putranya sendiri yang masih tertidur begitu nyenyak dan tidak terganggu sama sekali. Tzuyu menyibak poni Jeongin, menanam ciuman lembut pada kening si kecil.
"Maafkan Eomma karena tidak memberitahu Kim Taehyung bahwa kamu adalah putra kami," jelasnya lirih.
Mungkin terasa mudah saat dibayangkan. Memang apa susahnya? Tinggal bilang kepada Kim Taehyung jika Jeongin adalah anak mereka, lalu Kim Taehyung menceraikan Irene dan menikahinya. Kehidupan bahagia sudah terpampang jelas di depan mata.
Tetapi perlu ditekankan sekali lagi. Terkadang ekspetasi tinggi kerap kali membanting kita ketika dipertemukan oleh realita yang kritis.
Kim Tzuyu harus memikirkan kesehatan mertuanya setelah mengetahui kebenaran, lalu Kakek yang sangat sulit ditebak pola pikirnya. Walaupun Kakek tidak ikut campur dalam urusan rumah tangga para cucu, sebagai Kakek, beliau sudah pasti akan turun tangan saat mengetahui perselingkuhan antara dia dan Kim Taehyung. Lalu Jeongin juga bukan putra Daehyung, perkara bisa semakin bertambah runyam.
Seberapa benci dan kesal Kakek kepada mertuanya serta sang cucu sulung. Terkadang ikatan darah melebihi hubungan apapun di dunia ini. Dan rasa cinta oleh ikatan sama darah lebih kuat dari yang terbayangkan. Cucu Kakek hanya ada dua. Jadi Kakek pasti menyayangi keduanya.
Buktinya Kakek tidak membuang Daehyung setelah mengetahui kelakuannya, pun, mertuanya juga tidak mendapatkan hukuman berat berupa masuk penjara atau sebagainya. Kakek malah mengirim mereka berdua ke Shanghai dengan dalih mengolah tanah perkebunan teh.
Bukankah Kakek hanya tidak bisa menghukum putra kandung satu-satunya yang masih tersisa? Jika Kim Taehyung membenci pihak Paman, maka Kakek tinggal menjauhkan keduanya dengan membuat salah satu dari mereka pergi ke luar negeri.
Jalur ini lebih menguntungkan Kakek karena anaknya bisa diselamatkan dari tindak kejahatan yang telah dilakukan. Lalu memberikan harta hampir tujuh puluh lima persen kepada Kim Taehyung sebagai tanda permintaan maaf kepada cucu bungsunya.
Madam Bae mendorong pintu penghubung ke balkon. Terdapat sebuah kotak di tangan kirinya, perempuan paruh baya itu melampirkan selimut ke pundak Tzuyu, berkata sendu, "Nyonya, tolong jaga kesehatan anda. Di luar dingin, apa anda lupa kesehatan anda mudah memburuk ketika salju turun?"
"Aku sungguh tidak apa-apa. Madam bisa pergi dan mengurus sisa acara. Biarkan aku dan Jeongin berdua," sahut Tzuyu tanpa menolehkan kepala, belum mengetahui kedatangan Madam Bae bukannya tak beralasan.
Mengambil langkah maju hingga mereka berdua kini sejajar, Madam Bae menenteng kotak kado lebih tinggi dari sebelumnya. Menatap ragu pada perempuan dihadapan, "Saya tadi sedang menyambut para tamu. Salah satu dari mereka memberikan ini kepada saya dan berkata jika kado ini dikirim oleh atasan beliau untuk Nyonya."
"Untuk aku? Siapa pemberi kotak ini?"
"Saya kurang tahu Nyonya. Nama beliau juga tidak ada di daftar saat saya mencarinya. Usai mengecek daftar nama tamu, saya ingin menemuinya lagi, tapi orangnya sudah tidak ada. Saya sudah bertanya kepada penjaga, mereka tidak melihat siapapun keluar kecuali Tuan Bungsu dan Nyonya Bungsu."
Menarik ujung pita yang mengikat kado, Tzuyu kemudian melemparkannya ke sudut balkon.
"Astaga, Nyonya?!" Pekik Madam, terkejut karena Tzuyu membuang-buang hadiah. Itu tidak sopan.
Tersenyum kikuk, Tzuyu menggaruk pipinya yang mulai menggemuk belum lama ini, "Ah, aku hanya mengecek. Siapa tahu isinya bom."
***
Seorang pria tinggi dengan kulit eksotis memasuki ruangan kamar dengan dekorasi menyerupai ruangan pribadi kantor. Salah satu kakinya tertekuk ke lantai begitu sampai didekat meja kerja berisi tumpukan berkas, "Tuan, sudah saya sampaikan hadiahnya."
Kursi hitam berputar, memunculkan Yifan yang memasang ekspresi datar, "Kerja bagus. Sekarang pergi dari sini dan ambil peti senjata di markas cabang ketiga."
"Baik, Tuan."
Setelah anak buah tersebut pergi meninggalkan ruangan. Jung Yifan kembali melanjutkan aktivitasnya—menikmati kecantikan perempuan yang memenuhi hatinya melalui pigura raksasa yang tertempel pada dinding.
Yifan berdiri meninggalkan kursi. Melangkah mendekati pigura raksasa itu, jemarinya terangkat kemudian mendarat pada wajah cantik Kim Tzuyu yang sedang tersenyum cerah. Background taman bunga disaat musik semi tiba menambahkan keindahan dari foto tersebut, walau kecantikan para bunga tidak lebih baik dari kecantikan perempuan dalam foto.
"Andai keadaanku saat ini sudah stabil dan tidak ada pengganggu yang berpotensi besar menjadi hambatan. Maka kau akan menjadi milikku sedari lama," bisik Yifan dengan suara memanjakan terbungkus oleh perasaan obsesi kuat. "Kau harus menungguku. Akan aku pastikan kita bertemu kembali dan menjalin hubungan. Semua usahaku tidak boleh sia-sia, karena hanya kau—hal terakhir yang bisa menjadi pelengkap dari kata sempurna dalam hidupku. Jung Tzuyu, kau adalah kesempurnaan yang harus aku dapatkan dan pantas aku nikmati seorang diri."
Perasaan cinta, obsesi, dan gejolak ingin memiliki terus menggelora membakar hati Jung Yifan setiap harinya. Semenjak kecil, dia tidak pernah tahu rasa cinta dari keluarga, teman, atau lawan jenis sebagai pasangan. Orang mengucilkannya atas statusnya yang tidak jelas dalam keluarga, atau bisa disebut sebagai anak haram yang sangat dibenci oleh istri Sah.
Selama ini, Yifan hanya tahu dua jenis perasaan. Sedih dan Sakit.
Selain dua perasaan tersebut, dia masih menganggapnya tabu untuk seorang Jung Yifan. Sebelum Kim Tzuyu hadir dan menolongnya secara cuma-cuma. Perempuan baik hati dengan aura putih yang mampu membuat orang disekitarnya mudah merasa nyaman. Yifan pun terpengaruh oleh aura putih perempuan itu. Mungkin orang berpikir Kim Tzuyu disukai karena sifatnya ramah dan parasnya yang cantik.
Akan tetapi bagi Yifan—yang mempunyai keunggulan khusus yaitu bisa melihat aura setiap orang. Sangat terkesan oleh aura putih dari jiwa Kim Tzuyu. Berapa lama jiwa putih itu bisa bertahan ketika dipadukan bersama aura hitamnya?
🦋🦋🦋
adakah disini yang terkadang jatuh cinta ke tokoh antagonis pria dari pada tokoh utama pria?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top