BAG 14 : WHO IS SECRET ADMIRER?

Hay. Aku cepat update kali ini kan?
(Lagi rajin malam minggu ngerem aja di rumah 😂)

Semoga kalian suka part ini.

Jangan lupa vote sebelum baca, ya.

Mood booster buat akoh 😚

Danke 😘😘

°°°
Who is Secret Admirer? 🤔

🌹🌹🌹

Sampai di rumah dan membersihkan diri, Aisha menghempaskan tubuh di atas ranjang. Otaknya masih sibuk memikirkan ‘Secret Admirer yang dikatakan Tara.

Apakah dugaannya benar? Bagaimana kalau memang benar?

Tunggu! Pantas saja Sea serimg menyertakan gambar pistol 🔫 di dalam chat? Itu?

Agh!

Aisha menarik bantal menutup wajah.

Hubungan emosional yang sudah terbangun antara Sky B dan Sea meski lewat udara cukup mempengaruhi dirinya. Aisha sudah banyak berbagi cerita dan sharing apa saja dengannya tanpa canggung dan suka cita. Karena ia pikir, tak kan ada benturan masalah dengan itu di kemudian hari. Lalu sekarang? Agh!

Aisha meraihnya ponsel dan membuka aplikasi Madam Rose.

Pesan yang ia kirim untuk Sea, sudah dua hari ini tak berbalas. Ada apa?

Gemetar. Aisha mencoba kembali mengetik pesan. Lalu menelan saliva sebelum berhasil menekan tombol kirim.

°°°

Rasa penasaran yang sudah bersarang di hati Tara sejak kemarin mendorongnya duduk di meja kerja bersama labtop meski lelah masih menghinggapi tubuh kekarnya. Ia sudah mandi dan kini adalah jam tidur. Waktu sudah menunjukkan puk 00.15. Hendru dan Rendra sudah dalam posisi mode off. Mungkin mereka sedang berpetualang di alam mimpi sekarang.

Sementara Tara, sengaja menyempatkan waktu untuk mengecek isi chip yang ia dapat dari Babayu's Cold Storage. Malam ini, Ia harus membukanya.

Tara menekan tombol enter pada keyboard laptop. Lalu terlihat di layar rekaman detik-detik saat Aisha terkunci di dalam ruang pendingin. Menjerit meminta pertolongan. Sampai melambai ke kamera CCTV. Di bagian akhir, mata Tara disajikan tangisan Aisha yang menghadap ke CCTV sambil menangis sesenggukan mengucapkan sebuah wasiat.

“Paaa, Aisha minta maaf, Paaaa. Ampuni putri Papa ini, yaaaa. Mungkin ini hari terakhir Aisha di dunia. I-ini, i-ini! Hwaaa. Tabungan Aisha semua buat Papa dan nenek. Sebagian tolong sedekahkan buat anak yatim piatu a-atau, a-tau pembangunan masjid juga boleh. Yang pahalanya bisa bantu Aisha di akhirat sana, Paaaaa. Eng, eng, huk! Aisha nggak tau kenapa jadi begini. Hu, Hu, hu! Sampaikan salam Aisha buat nenek. I-ini, i-ini hwaaa, hwaaaa! Huk! Hu! Aisha harus gimana lagi? Yang jelas Aisha sayang Papa dan ne-nek. To-to-long doain Aisha te-rus. Okay? Hwaaa! Huk! Huk! Papa dan nenek jaga kesehatan, ya. Nenek juga jangan lupa mi-num o-batnya. Papa harus jaga pantangan makan. Aaaa, hu, Hu, hu! I-ini di-dingin banget, Paaaa. Kenapa  nasibku miris begini? Apa aku akan mati tanpa ada siapa pun yang menemani? Do-do-dokter Ta-raa … a-aku  ….”

Kalimat itu terputus karena detik selanjutnya Aisha sudah limbung dan tersungkur lemas ke lantai.

Mata Tara menajam dan mendekatkan wajah ke layar laptop.

Tunggu! Apa dia tak salah dengar? Tara mengulang lagi rekaman itu langsung menuju ke detik terakhir seraya menajamkan telinga. Ia harap telinganya memang menangkap kata itu. Gadis itu  … menyebut namanya? Benarkah?

Detik kemudian senyum Tara mengembang. Benar. Ia tak salah dengar. Tapi  … apa yang ingin dikatakan Aisha? Di detik saat ia merasa hidupnya sudah di ujung nyawa?

“Aisha? Dia menyebut nama saya?” kata Tara dengan senyum merekah dan mata berbinar. Seakan secerca harapan  meneteskan embunnya di tanah yang sudah lama kekeringan. Senyum Tara terkulum. Hanya sekali itu saja Aisha menyebut namanya tanpa paksaan dan kemarahan, sudah cukup membuat hatinya berbunga-bunga. Apakah ini waktu baginya untuk bisa menceritakan semua tentang dirinya pada Aisha?

“Jika kamu membuka pintu lebih lebar lagi. Akan saya ceritakan semua tentang saya, Sha.”

Dengan rasa bahagia, Tara meraih ponsel yang sudah beberapa hari ini jarang ia buka. Hanya digunakan untuk menelepon atau menerima panggilan. Banyak pesan yang sudah menumpuk. Tara membaca sebagian pesan. Termasuk dari Sky B di aplikasi Madam Rose.

Sky B

Hai, Sea. Aku bersyukur bisa mengirim pesan buatmu. Waktu kita tak lama lagi bukan? Aku tak mau menghilang tanpa mengucap perpisahan. Kau sudah banyak mengisi hariku belakangan ini, My Secret Admirer. Kau tau, Sea?  Apa yang setiap hari  mengikutimu bagai kau adalah seorang incaran? Membuntutimu ke mana pun bagai kau adalah sasaran. Menirumu, tapi kau tak bisa menyentuh apalagi menangkapnya?

Sky B

Hari ini aku berduka, Sea.

Sky B

Hello, Sea. Are u okay?

Sky B

Keep healthy, Sea. 💪

Sky B

Hello, Brother! Kamu mau menghilang tanpa say good bye? 👊

Dan pesan terakhir.

Hari ini.

Sky B

Sea? Where are you?

----

Tara mengembus napas. Tentu saja ia tak sempat membalas semua pesan itu. Tiba-tiba terlihat di layar.

(Sky B is typing)

Sky B

Are u there? 🙁😒

Tara mencoba membalas pesan itu.

Sea.

Ya! Sorry. Beberapa hari ini saya sibuk, Sky B. How are u?

---
Di seberang sana, mata Aisha terbelalak bersama debar yang mulai tak terkendali. Ia kembali menelan saliva. “Ya Tuhan. Kenapa aku meski gugup begini?”

Aisha mengetik pesan balasan.

----

Sky B

I think no!

Sea.

Sebentar. Izinkan saya menjawab pertanyaan di atas. Your mean. Bayangan?

-

--
Ada sesuatu yang berderai dalam jantung Aisha. Tanpa sadar ia tersenyum. “Kau selalu berhasil menebak tanyaku, Sea! But, now ….” Aisha menggigit bibirnya. Matanya membola gelisah, sementara otak memikirkan sebuah cara untuk mengungkap semua tanya yang bersarang di hatinya.

----

Sky B

Anda benaaaar! 👍⭐⭐

Tapi lupakan. Itu cerita kemarin.

Sea.

Kenawyh? 🤭

----

Aisha terkekeh.

----

Sky B

Kau meniru perkataanku? 😳😂

Sea

👻👻👻

----
“Aku harus bisa membuatku menuruti apa yang kupinta, Sea. Ini caraku agar bisa membuktikan siapa dirimu!” kata Aisha dengan mata menajam. Menarik napas kuat. Kini mulai bisa menyusun strateginya.
----

Sky B

“Sea. Aku lelah.”

Sea

🤔🤔

Sky B

Ya. Sepertinya aku lelah bersembunyi dari akun ini. Sebelum tupkun. Bolehkah aku meminta sesuatu padamu?

Sea

Apa?

Sky B

Bagaimana kalau kita berjumpa? Jujur. Aku lelah mencari jodoh. Di aplikasi ini, hanya kau yang klop kuajak cerita. Aku tak memaksa. Tapi... bagaimana kalau kita mencoba dulu? I know. Ini mungkin di luar dari yang seharusnya. Berseberangan dari bio yang kutulis. But. Aku merasa hal berbeda buatmu. Aku ingin  … mengenalmu lebih jauh . Mau kah kau memberi kesempatan ini?

---

Lama Tara tak membalas. Di depan layar ponselnya, Aisha menahan debar. Ia sedang menguji siapa orang di balik layar dari akun Sea itu. Jika memang ia adalah Tara. Detik ini, setiap tanggapan dari lelaki itu akan memperlihatkan penilaian positif dan negatifnya Sea di mata Aisha.

“Kita lihat. Seperti apa dirimu sebenarnya, Om Modus!”

Senyum elegan Aisha kini terukir bersama mata yang memicing. Tiba-tiba lampu di otaknya menyala. Lewat ini ia bisa membuka belang pria itu. Hitam kah? Atau putih?

°°°

Selesai subuh. Pemuda bertubuh tegap berkaus loreng sedang melakukan push up dengan Bella berada di atas tubuhnya. Gadis kecil itu tertawa riang sambil memeluk tubuh Tara dari belakang.

Hendru dan Rendra yang baru saja selesai olahraga lari, duduk tertawa melihat gadis kecil itu.

“Bella usianya berapa, Ndan?”

“Dua ta-hun!” jawab Tara.

“Bella. Sini sama Om mau nggak? Naik ke pundak Om juga.” Rendra mengambil posisi push up di samping Tara seraya memukul pundaknya sendiri agar Bella naik ke sana.

Bella yang digoda tertawa girang.

“Naik, Bella?” tanya Tara menyeringai sedikit memiringkan wajah agar bisa melihat Bella.

“Maaauuuu!” Gadis kecil itu dipindahkan Tara ke belakang tubuh Rendra. Lalu Rendra melakukan gilirannya.

“Kalian ambil jam penerbangan pukul berapa?” tanya Tara berjalan ke meja makan, duduk, dan meneguk segelas air mineral.

“Besok sore, Kapt!” jawab Hendru. “Pengennya masih di sini dulu, biar bisa bantuin Kapten dapetin Aisha. Ya nggak, Rend?” kata Hendru dalam rangka menambah suara dukungan.

“Hum! Be-tul tuh!”

“Kalian ini. Jangan khawatir masalah itu!”

“Begh! Soalnya, baru kali ini Kapten kita getol banget ngejar lawan jenis, ya ‘kan, Rend?” Hendru tertawa. Ia tahu betul, bagaimana dulu Tara bersikap dingin dan menutup diri pada wanita ketika mereka bertugas di kapal perang ujung tombak perbatasan Laut Natuna Utara sana.

“Betul! Ini bentuk du-kungan kami, Kapt!” ujar Rendra disela gerakan push up-nya.

“Laju Om! Lajuuu!” pekik Bella diikuti tawa Hendru dan Tara melihat mulut Bella yang malah maju hingga air liur memercik dari mulutnya. Tara meraih tisu di atas meja dan mengusap sayang mulut mungil itu.

“Setelah masa lalu  ….”

Kalimat Hendru terputus saat mata Tara tajam menembus netranya.

“Kami senang Kapten mau membuka diri, Kapt! He he.” Hendru mengusap belakang kepala cengengesan.

Dalam hati Tara bergumam. Ini semua karena Aisha orangnya. Jika tidak, mungkin bukan begini ceritanya.

Pukul delapan, Tara kembali ke Dermaga. Sementara Hendru dan Rendra melakukan tugas mereka sendiri sementara masih di Jakarta.

Keesokan hari, pulang dari dermaga, Tara melepas pulang dua rekannya itu di Bandara Soekarno-Hatta untuk kembali ke Surabaya. Setelah itu, ia pulang ke rumah untuk istirahat. Hari ini adalah hari terakhir ia bertugas di Dermaga.

Selesai mandi. Ia duduk di tepi ranjang membuka ponselnya. Ada banyak pesan lagi dari Sky B. Dahi Tara mengernyit, lalu matanya membola tajam. Sky B lagi-lagi mengajaknya bertemu. Gadis di balik nama Sky B itu cukup gigih juga memintanya bertemu.

Kalimat pujian, permohonan, hal-hal yang berkaitan dengan sharing mereka selama ini diulang Sky B bagai nyanyian syahdu yang terus menggedor pintu hatinya.

Misalnya saja.

Sky B

Sea. Answer me please. Laut, laut apa yang bisa jalan? 😄

Sea

Hhm? 🤔 saya  dooong itu mah! 😒😅
🔫😂👊💪

Sky B

Geer! 😛 dengar.

Permi-Sea, numpang lewat, ada abang ganteng di sana? 😂🤣

Sea

😂🙄🙄🙄

Sky B

Answer me. Aku adalah danau tapi tak berair. Kota tanpa bangunan. Gunung tanpa tanah maupun batu. Apakah aku? 😉

Sea

Peta! 👉💪

Sky B

Wah. 😍 Anda benaaar! You know, Sea. Aku tersesat, menuju hatimu.  Beri aku peta agar tak lagi hilang arah tujuan. Eaaaa 👊💪😂

Sea

🙉🙊🤣🤣👊👊

----

Jujur saja, Sky B itu cukup berhasil. Mengisi kekosongan sebagaimana awalnya niat aplikasi itu dipasang meski atas desakan tim dan para Kopaska saat bertugas di Laut Natuna sana.

Dan kini ada rasa tak enak bergelayut di hati Tara.

Ia sendiri sebenarnya tak menyangka itu. Ia hanya ingin berteman baik dengan si Secret Admirer-nya di dunia maya. Apalagi kini ia sedang berusaha mendapatkan hati Aisha. Tapi … ia juga tak ingin membuat Sky B kecewa.

Hari ini Tara mengirim pesan balasan.

---

Sea

Kamu yakin? Bukankah kamu mau kita hanya mengenang sebagai pengagum rahasia untuk satu sama lain selamanya, Sky B? Kalau kita bertemu. Bukankah hal itu gagal percuma?

Sky B langsung membalas.

Sky B

Aku berubah pikiran. Please. 🙏Beri kesempatan untuk kita berdua. Kita hanya cukup saling berbagi cerita saat bertemu. Lalu? Setelah itu kita bisa memutuskan langkah selanjutnya. Lanjut? Atau tupkun dan say good bye selamanya?

----

Di seberang sana, Aisha mendesah gamang. Baru kali ini ia seagresif ini pada lelaki yang menjadi lawan bicaranya. Ya! Jangankan meminta ke jenjang serius, jatuh cinta lebih dulu saja tidak ada dalam kamus hidupnya!

Ini semua karena pertemuan beberapa hari lalu. Karena Tara menyebutkan Laut itu Sea. Dan spontan menyatakan Sky ada Secret Admirer!

 Lalu kenapa Aisha risau?

Aisha memukul dahinya sendiri.

“Ya! Kenapa aku risau? Agh!” katanya mendesah lemah bingung dengan dirinya sendiri. “Tidak! Aku sudah mengirim pesan ini. Jadi  ….” Aisha membuang napas tegas. “ Aku harus menyelesaikannya!”

°°°°

Aisha mencangklongkan tas miliknya lalu melangkah keluar ruang kerjanya untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 18. 30 sekarang. Citra sudah pulang lebih dulu sekaligus menemui sumber untuk acara “Cerita Nusantara” yang di-handle-nya dengan Heni. Aisha tak ikut lagi mengurusi karena sudah undur diri dari acara itu untuk menjadi host sekaligus tim kerja usai tugas mewawancarai Mr. Tanu. Masalah tentang Madam Rose juga sudah selesai ia kerjakan dengan Citra sebelum meliput ke dermaga. Hanya nanti untuk mengundang sumber yang bersedia, Aisha akan ikut turun tangan saat waktu tayang sudah tiba. Hanya mengontak. Itu bisa dikerjakan seiring mengerjakan yang lain.

Sekarang ia masih sibuk meliput, menulis blog dan menayangkan kegiatannya di instagram seperti biasa. Aisha dan Citra kini berbeda tugas kerja. Membuat waktu pertemuannya dengan Citra makin jarang saja.

“Sha, acara di hotel Grand Masta entar lo dateng?” Niel mengejar Aisha yang sedang berjalan menuju pintu keluar. Gadis bermata biru itu menghentikan langkah.

“Hum. Kenapa? Bareng kalian aja entar. Ama Citra dan Mba Heni juga. Lo gimana?”

“Iya. Bareng aja, ya. Makanya gue nanya, hai rekan Cencalo!” kata Niel dengan tangan mengubah gemulai.

“Eh, ngomong cencalo, udah lama kita nggak makan udang asam manis atau bakar bareng, ya, Sha.”

Aisha tertawa. “Kapan-kapan deh kalau ada waktu luang kerja. Hhm?”

Sedang melangkah bersama, mata mereka menangkap sosok Riana  berjalan dari arah berlawanan menuju mereka

“Sha, lo nolak jadi host program baru? Kenapa?” tanya Riana tanpa dosa. Sejujurnya mengalihkan alibi bagai lempar batu sembunyi tangan.

“Hh? Bukannya itu mau lo?” cecar Niel yang sejak awal sudah menduga itu semua.

Riana memilin ujung rambut sebahunya manja. “Lo kok sinis amat ama gue, Niel? Apa sih masalah lo ama gue?” kata Riana sengit. “Gue nggak pernah ‘kan ganggu lo?”

“Nggak ada apa-apa. Emang lagi ngga mau aja,” potong Aisha malas. “Yuk, Niel!” Aisha melangkah meninggalkan Riana yang menatapnya dengan senyum manis tapi sinis.

“Jera juga lo kena jebakan tikus, ya! Ternyata memang kudu kena fisik dulu! Untung Putra mau diajak kerja sama. Ah, dewi keberuntungan agaknya sedang berpihak padaku, Aisha!” ujarnya dalam hati. Ia menepuk-nepuk berkas di tangan kanan berisi sebuah surat persetujuan untuk menjadi host program acara “Cerita Nusantara.”

Di parkiran, kaki Aisha terhenti ketika melihat ada mobil SUV berlian Wuling Almaz berwarna putih dengan seorang pria berdiri menyandar sambil bersedekap dada di depan mobilnya.

Tanpa sengaja Aisah menelan saliva gelisah.

“Kamu? Ngapain ke sini?” katanya ketus.

“Mau jumpa Niel. Kamu kira mau apa? Ketemu kamu?” jawab Tara sarkas dan sudah melangkah  mendekati mereka berdua.

Niel tersenyum jenaka. “Kapt, mana obatnya?” tanyanya sambil mengahaturkan tangan.

“Nih.” Tara menyerahkan sebungkus resep obat pada Niel.

“Obat paan Niel? Lo sakit?” tanya Aisha heran.

“Kagak! Multivitamin aja ini,” jawabnya cengengesan.

“Makasi, ya, Dok. Gue pamit duluan, ya.” Niel melambai tangan sambil mengedipkan mata.

“Niel, tung—”

“Saya juga punya sesuatu buat kamu.” Tara menatap mata biru Aisha sekilas.

Mata itu kini berubah tajam dengan sorot mata heran.

Tara meraih sesuatu dari saku kemejanya. “Nih.”

“Apa ini?” tanya Aisha tak mengenal benda di tangan Tara itu miliknya.

“Cek aja. Entar juga tau.” Tara tersenyum seraya mengangkat sebelah alisnya.

Aisha medengkus, lalu melangkah menuju motornya dan segera melaju pulang. Tak lama Aisha keluar dari pagar DuMed Tara melajukan mobilnya juga mengikuti rute Aisha dari belakang bagai mata-mata tanpa sepengetahuan gadis itu. Ia hanya ingin memastikan gadis itu sampai ke rumah dengan aman. Selesai itu ia juga pulang.

Malam hari. Aisha mencoba kembali mengirim pesan pada Sea.

Setelah beberapa lama melewati perdebatan dan perbincangan. Madam Rose memberinya notifikasi.

💡Hello Sky B. 😉👉Sea accepted your RSVP 💡

🕣19. 30 pm

💒Kesawan Resto

🗓 Tomorrow.

Congratulations, Dear 💕😉

🌹Sea and Sky B, great match! 😍 Semoga Berjodoh ❤

Dengan jantung berdebar Aisha bersorak entah untuk alasan senang atau gamang. Dia sudah sejauh ini dan tidak bisa berhenti. Sekarang hanya tinggal menyusun rencana bagaimana langkah selanjutnya.

“Aku hanya ingin memastikan, Sea. Siapa kamu sebenarnya?” gumam Aisha dengan senyum elegannya.

 🌹🌹🌹

Cihaaaaa para penonton setia sekalian. 😍😍😂
Kalian pasti udah tahu kan, ya siapa pemilik akun Sea 🌊 dan siapa pemilik akun Sky ☁ B? 🤭

Ahay, mereka mau ketemuan permirsah! 🤭😂

Kira-kira bakal gimana esok?

Nantikan terus kisah mereka, ya 😉🔫

Yang udah baca, jangan lupa vote-nya, ya. ❤❤❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top