11.

Jepang.

Saifah kini sudah bersiap untuk kembali. Dia tak sabar menemui Zon untuk mengutarakan rasa sukanya bahkan untuk membalas cinta Zon. Merasa urusannya di Jepang sudah selesai dan pertunangan itu akhirnya dibatalkan Saifah kini tersenyum lega dan benar benar ingin menemui Zon.

Tapi disini Saifah lupa tentang pertanyaan Yuri kemarin. Apakah papahmu baik baik saja?. Tentu tidak, papah Zon seorang konglomerat di Jepang dan punya brand mobil yang diproduksi dan dikirim diseluruh dunia. Bagaimana beliau bisa mengatasi gosip tentang kelakuan sex menyimpang dari putranya. Terlebih  Saifah masuk dalam kartu keluarga itu dengan nama ibu yang berbeda. Dan memilik saudara perempuan disana. Intinya Saifah memiliki dua ibu. Dan ibunya dulu adalah isteri kedua yang tidak masuk dalam keluarga papahnya.

"Apa kau akan kembali?"Tanya sang papah mendapatkan puteranya buru buru berbenah.

"Iya, aku akan kembali. Disana ibuku pernah tinggal dan aku akan tetap disana bersamanya."Saifah menatap orangtua paruh baya didepannya. Saifah penuh kasih sayang tak pernah mendapatkan perlakuan buruk dari papahnya bahkan istri pertama atau saudara perempuannya. Ibunya juga sangat mencintai papahnya bahkan saat hembusan nafas terakhir dan waktu itu sang papah harus launching produk terbaru. Papah Saifah senantiasa menemani ibunya sampai detik terakhir. Cinta..... Begitu kedua orangtua Saifah mengenalkan pada putera kecilnya. Namun, Saifah tak pernah mau pindah ke Jepang. Dia tetap ingin bersama ibunya dikota kelahiran dan tutup usia ibunya yakni Thailand.

"Setelah membuat kekacauan?"Tanya papah Saifah yang kini duduk di sofa dekat kasur Saifah.

"Maafkan aku pah, tapi ini sudah kesepakatan aku dengan Yuri. Masih 2thn aku harus menyelesaikan studyku dan bahkan aku tak mau pindah ke Jepang. Kalaupun harus pindah, nanti. Biarkan kak Mei saja yang melanjutkan bisnis papah."Saifah mencoba membuat alasan sebaik mungkin tanpa memberitahukan bahwa dirinya kini menyukai pria. Dan dengan alasan sang kakak Mei yang lebih dulu berkecimpung didunia bisnis Saifah ingin kakaknya saja yang menerusksn bisnis papahnya. Padahal jelas keturunan lelaki yang wajib melanjutkan bisnis itu. Bahkan Mei atau ibu tirinya tak keberatan sama sekali.

"Ya....Yuri sudah menjelaskannya tentang itu. Tapi, apa kamu akan terus bersembunyi?"Tanya papah Saifah dan kini berdiri dari tempat duduknya dan menatap Saifah langsung ke manik mata itu. Spontan Saifah gemetar takut, dia takut mengecewakan orangtuanya. Dan kini diapun semakin kacau karena dia tidak bisa mengenalkan Zon dengan baik.

"Bersembunyi....Saifah tidak menyembunyikan apapun."Saifah bohong dan dia belum siap akan itu. Saifah tahu kalau sang papah suka nekat. Dia cukup trauma saat papahnya mengacaukan pacar sang kakak waktu itu.

"Baiklah, papah akan pergi." Sembari memberikan amplop coklat yang membuat Saifah curiga.

'Nikmati waktumu dan tetaplah bersembunyi."Sang papah tersenyum sarkas kearah puteranya itu sembari meninggalkan kamar besar dengan interior serba putih dan hitam.

Klik

Saifah yang masih kaku akan pernyataan sang papah kini tiba tiba kaget saat mendengar suara pintu dikunci dari luar. Spontan Saifah menghampiri pintu dan berusaha membukanya.

"Sial...."Gerutu Saifah dan kini mencoba membuka pintu itu.

"Pah buka....pah.....Saifah akan ketinggalan pesawat ..... pah......... "Teriak Saifah dalam kamar dan dia terus berusaha menggedor pintu tak hilang akal Saifah bahkan mencari kunci cadangan nyatanya nihil. Sang papah mengunci doubel pintu itu.

Merasa prustasi dan teriakannya tak terdengar Saifah kini fokus kepada amplop coklat yang ditinggalkan sang papah. Saifah membukanya dengan tegesa dan dia langsung meremas isi amplop kertas itu dengan kasar bahkan melemparnya kesegala arah.

"Papah keterlaluan....!!!"Teriak Saifah prustasi dan kini menenggelamkan kepalanya pada bantalnya.

Surat pindah kampus yang bahkan dia tidak pernah mensetujuinya tiba tiba ada dihadapannya. Itu sungguh membuat Saifah kesal, dia baru dua hari diJepang dan papahnya sudah membuatnya harus tinggal.

Sesaat setelah dia selesai dengan rasa prustasinya dia mengingat bahwa  yang harusnya dilakukan saat ini adalah menghubungi Zon. Saifah ingat Zonnya lemot dan suka salah paham. Bahkan Saifah yang kemarin bercanda tak ingin menghubungi Zon dan membuat surprise dengan jawabannya yang dalam kenyataannya gagak total itu. Makin prustasi, bingung, dan Saifah sampai hilang akal.

Mencari dari laci, celananya, disekitaran kamarnya Saifah tak menemukan ponselnya.

"Aih....."Gerutu Saifah lagi. Pasti papahnya juga telah mengambil ponsel itu.

Lantas Saifah kini mencari laptopnya dan mencoba mengirim pesan lewat email.

Nihil.

"Papah keterlaluan. Kenapa wifi rumah harus dimatikan!!!!!!"Teriak Saifah makin gila karena akses untuk memberitahu Zon kini telah ditutup total.

Suara teriakan itu sungguh tak dihirau oleh sang papah. Bahkan sang papah mendengar Saifah mulai melempar barang yang ada dihadapannya. Baik itu tv, laptop, telpon kamar, apapun itu.

.......

Diruang kerja papah.

"Apa kamu tak keterlaluan?"Tanya seorang wanita paruh baya, isteri pertama menghampiri sang suami dengan membawakan secangkir kopi.

"Aku hanya ingin dia jujur itu saja."Sang papah ingin menghendel semuanya. Dia merasa jauh dengan puteranya saat Saifah mulai berbohong.

"Mungkin dia butuh waktu untuk cerita, dan mungkin dia tidak ingin melukaimu." Ibu tiri Saifah membujuk sang suami agar membiarkan Saifah pergi dan menunggu Saifah untuk berani cerita.

"Tapi secara langsung dia menyakitiku dengan menyembunyikan sesuatu yang besar untuk kehidupannya kelak."Sang papah kini mengambil kopi yang dibawa isterinya sembari memandang kembali foto dimana Saifah sang putera hampir mencium pria dikampus.

"Dia mungkin takut karena dulu kamu pernah memisahkan Meichan dengan pacarnya. Bagaimana Saifah tak takut dengan cara ekstream itu."Istrinya tengah membujuk agar tidak keterlaluan dengan puteranya.

"Aku tak mau mendengar kamu sengaja membukakan pintu untuk Saifah agar dia bisa pergi."Papah Saifah mengancam karena beliau tahu isterinya itu tak akan tega melihatnya.

"Apa kamu akan pergi sekarang?" Tanya sang isteri saat suaminya mulai bersiap.

"Iya, ada meeting di Korea dan aku kembali besok." Papah Saifah harus pergi bekerja.

"Baiklah.... Jangan terlalu keras pada Saifah."Pesan sang isteri dan dibalas dengan anggukan oleh suaminya.

.....

Kembali ke Saifah.

Saifah tak kehabisan akal kini dia merangkai korden dikamarnya untuk dia jadikan tali. Dia ingin turun dari lantai tiga dengan tali itu. Semoga berhasil!!

Serasa sudah kuat Saifah kini membuat simpul untuk dikaitkan dengan ranjang kasurnya. Tak sampai situ Saifah memastikan kalau korden itu yang dia jadikan tali kuat.

Perlahan tapi pasti Saifah berusaha turun dengan tali yang dibuat ala kadarnya tanpa mempertimbangkan lebih lanjut kuat atau tidaknya. Serat kain yang ketara bahkan itu terlalu lembut untuk dijadikan tali membuat Saifah harus terus berdoa agar tali itu tidak putus.

Saifah tak tahu kalau sutera yang lembut itu tidak bisa dibandingkan dengan sutera KW yang dijual dipasar.

Alhasil.....

Belum beberapa langkah Saifah meluncur turun dengan bebas. Kain sutera yang dijadikan tali dadakan untuk turun benar benar robek dan putus.

Dan suara pria bongsor terjun langsung tak terhindarkan.

Gubrak....

Suara hantaman tubuh terjun ke semak semak tanaman yang ditanam ibu tiri Saifah hancur. Sehingga sanggup membuat teriakan maid menggelegar sangking takutnya.

Darah itu mengucur deras karena ada sesuatu yang melukai tubuh Saifah.

"Tuan......tuan....... Den Saifah jatuh. Tolong......panggilkan ambulance....."Teriak maid dihalaman depan rumah membuat sang papah dan isterinya berduyun duyun keluar dari rumah.

"Ya ampun......."Sang papah kini mengambil tubuh puteranya mencoba mencari denyut nadi disana. Sedangkan isterinya kini masih panik memanggil ambulance dan tak henti berteriak agar segera datang.

"Sai.....Saifah.......bangun nak.....papah disini....."Sang papah kini tak kuasa melihat darah itu berlinang diantara bunga bunga yang ditanam sang isteri.

"Seharunya kamu jujur saja sama papah. Tidak perlu berbuat seperti ini.....hiks hiks.... Bangun Sai....." Sang papah menangis melihat keadaan puteranya yang lemah tak berdaya.

"Papah tidak akan membencimu, papah tidak melarangmu. Bahkan papah akan tetap menerimamu. Jadi bangun........." Papah Saifah tak sanggup membendung air mata itu.

"Sai.....................'

Tbc
Abaikan drama.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top