Saat Dia Tertidur (9)
PRILLY POV
"Kalau aku cinta sama kamu,menurut kamu gimana???"
Apa katanya? Cinta? Aku menundukkan kepala menahan senyum. Oksigen...aku butuh oksigen!
"Kenapa senyum-senyum...salah ya kalau cinta?"
Ali melonggarkan lingkaran tangannya dipinggangku dengan wajah bertanya-tanya.
"Bukan gitu...aku...akuuu..."
Aku menurunkan tanganku dari dadanya. Memainkan kuku jariku serba salah.
"Tadinya aku tak percaya aku punya perasaan kaya gini sama kamu...sejak Shanaz koma...dan kamu menggantikan perannya dengan begitu berbeda...sekarang aku ingin bersamamu bukan lagi hanya karna Caca tetapi juga karna Cinta..."
Aku memandang takjub pada pria didepanku. Terpana dengan keterus- terangannya. Aku saja tak berani menyimpulkan rasaku ini cinta karna aku takut kecewa. Aku tak bisa hanya memikirkan saat ini tapi saat yang akan datang. Bagaimana kalau Shanaz bangun?
"Kalau kamu diam terus tak mengatakan apa-apa aku tak bisa berharap kamu punya rasa yang sama,kalau memang hanya karna Caca,sudahlah tak apa...asal kamu selalu ada didekatku.."
Ali mengelus wajahku dengan ibu jari lalu telapak tangannya. Aku memegang tangannya yang masih dipipiku. Kucium telapak tangannya sambil memejamkan mata. Aku memeluk dan menyusupkan kepalaku didadanya. Kudengar jantungnya berdetak lebih cepat. Tadinya tangan Ali tak langsung balas mendekapku. Tangannya dibahuku sambil menatapku bingung.
"Aku memang tak tau diri ya,udah punya isteri dan anak masih juga,berharap cinta dari kamu...!"
Ali akhirnya mendekapku,mendaratkan bibirnya diatas kepalaku.
"Ssttt...jangan bilang begitu A, aku juga gak tau diri mencintai suami kakakku yang sedang koma...aku makhluk paling tega kurasa A,bahkan aku juga tega mengambilnya menjadi suamiku...!"
Jariku menyentuh bibirnya sambil mendongakkan wajahku menatapnya.
"Jangan bilang begitu,kita menikah karna keadaan yang mengharuskan,sayang....!"
Ali balas menyentuh bibirku.
"Jadi kita gimana A?"
Aku memainkan kancing bajunya.
"Kita nikmati saat ini ya..."
Ali menyelipkan jarinya kejariku.
"Lalu kalau Shanaz bangun?"
Aku mengeratkan selipan jarinya.
"Bisa gak kita gak usah mikirin itu dulu...kita hadapi yang saat ini,aku cinta sama kamu...!"
Ali mengecup punggung tanganku yang menyatu dengan tangannya. Aku ikut mengecup punggung tangannya dan wajah kami hanya dipisahkan oleh tangan kami yang menyatu didepan bibir kami masing-masing.
Ali menurunkan tangan kami yang bertaut dari depan bibir kami,wajahnya sedikit menunduk mencium keningku,menyentuhkan bibirnya kebibirku,perlahan mengecup bibirku yang sedikit lembab karna sisa lipglos.
"Aku juga cinta sama kamu,A'a...!"
Ali memeluk tubuhku hangat. Aku merasa ditaburi dengan bunga-bunga dari atas langit-langit kamar. Kupejamkan mata menikmati rasa bahagia ini. A'a Naz,maaf,aku sejenak melupakanmu.
Terbayang wajah Shanaz,kenapa saat dia tertidur,aku dan Ali justru menyemai cinta kami?
############
Author Pov
Hari-hari Ali dan Prilly semakin berwarna. Seperti pasangan yang sedang dimabuk cinta lainnya.
"Mama sayang,Caca sayang....Papa berangkat kerja dulu ya,tunggu Papa pulang...!"
Ali mencium pipi montok Caca dan membuat gerakan seakan Caca mencium tangannya.
Ali beralih menatap Prilly,Prilly mencium punggung tangannya lalu Ali mencium kening dan bibirnya singkat.
"Bye Papaaa...ati-ati Papa sayang...!"
Prilly memandang mobil Ali yang melaju meninggalkan rumah hingga hilang diujung jalan.
"Aku lebih senang liat Den Ali sama Mba Prilly dari pada Mba Shanaz lo Bi..."
Langkah kaki Prilly terhenti dibelokan dapur ketika terdengar suara Susi.
"Iya aku juga Sus,Den Ali kelihatan lebih bahagia sama Mba Prilly,Mba Prilly itu penyayang,rajin,perhatian banget sama Den Ali dan Caca...."
Suara Bi Sinah.
"Aku loh dibantu terus jagain Caca,coba kalau mba shanaz ... jangankan bantuin,jagain bentaran aja waktu aku bikinin susu dia ogah ..."
Susi terdengar menyahut.
"Masakanku tambah enak karna diajarin sama Mba Prilly,dia selalu cari cari resep diinternet,aku seneng dia mau bantuin masak,bener-bener berbeda banget sama Mba Shanaz..."
"Semoga mereka berjodoh selamanya ya Bi...aku ini kadang jahat Bi,pinginnya Mba Shanaz gak bangun-bangun..."
"Hihi..aku juga..."
Prilly menghela nafas mendengarnya. Antara harus senang atau sedih. Jahat Prilly jika berharap sama,tetapi dia juga tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika shanaz bangun dari komanya?
Saat ini bersama Ali seperti masa-masa berpacaran bagi Prilly. Selalu menunggu saat Ali pulang bekerja dengan perasaan rindu. Alipun merasakan hal yang sama,sekarang pulang kerja adalah saat yang ditunggu. Bayangan Prilly dan Caca membuat semangat untuk pulang kerumah.
"Mba Sus...botol Susu Caca tolong ya...!!"
Prilly membuka suara saat menghampiri Bi Sinah yang sedang mencuci dan berdiri didepan mesin cuci.
"Eh,iya Mba....!"
Susi nampak kaget.
"Caca udah selesai makan nih,boleh minta tolong beresin dulu ya bekas makannya...!"
"Iya...iya...mba...!"
"Makasih Mba Sus...tar susul kekamar mainnya Caca ya...!"
Sekali lagi Susi menjawab iya dan Prilly berlalu membawa Caca kekamar bermainnya.
Bermain bersama Caca sudah menjadi kebiasaannya,nanti kalau Caca sudah tidur baru dia bisa melakukan aktifitas lain.
Caca sudah mulai diajari berjalan. Prilly menurunkannya dilantai dan memegang tangan Caca untuk mengajarinya melangkah. Kalau ada Papanya,Prilly akan menyuruhnya ada didepan menyambut Caca dan Caca akan dengan semangat mengejar Papanya. Sesekali Caca tersungkur,dan Ali dan Prilly akan kompak menenangkannya.
Setiap malam ditempat tidur Prilly selalu bercerita tentang perkembangan Caca pada Ali.
"Seneng ya Caca sekarang udah mulai gede,mulai bisa jalan"
Prilly menoleh Ke Ali yang telentang menatap langit-langit kamar. Ali menoleh dan tangannya menyentuh kepala Prilly.
"Makasih ya kamu udah rawat Caca dengan sangat baik,padahal dia bukan anakmu sendiri"
Ali bergumam menatapnya.
"Dia anakku A,kamu jangan bilang bukan"
Prilly memandang Ali sedih.
"Maaf sayang,aku gak bermaksut buat kamu sedih,aku justru salut sama kamu,kenapa bisa setelaten itu menjaga Caca,Caca beruntung memiliki Mama yang merawatnya sepertimu!"
Ali mencium kening Prilly. Prilly menyusupkan kepalanya keketiak Ali.
"Bobo sayang,kamu pasti cape seharian jagain Caca"
Ali mengelus dahi Prilly dengan ibu jarinya.
"Kamu pasti juga cape cari nafkah buat kami ya A!"
Prilly mengelus punggung Ali yang memiringkan badan kearahnya.
"Capeku hilang kalau pulang kerumah melihat kalian!"
Ali tersenyum mencium bibir Prilly.
"Good Night,Papa...!"
"Good Night,Mama...!"
############
Ali Pov
Kupandang wajah tertidurnya yang lelah. Aku semakin menyayanginya. Lebih dari menyayangi Shanaz. Sesuai perjanjian aku tak pernah meminta nafkah batin padanya,tapi sampai kapan aku tahan?
Setiap memandangnya terbayang tubuhnya yang diolesi handbody. Wangi dan halus. Sudah lama aku memendam hasrat sejak Shanaz hamil dan melahirkan. Shanaz sering menolak melayani dengan alasan kelelahan dan akupun memaklumi karna aku juga sibuk dan lelah. Apalagi dalam keadaan hamil aku tak tega menggaulinya. Kecuali saat aku tak bisa menahan lagi ya Shanaz tetap mau melayani tapi ya seperti tidak bergairah karna dia hanya sekedar memenuhi hasratku.
Aku mencium bibir Prilly yang tertidur dengan bibir sedikit terbuka. Memeluknya sambil memejamkan mata untuk segera berpindah kealam mimpi.
"Ali.....!"
"Shanaz,kamu sudah bangun...?"
"Iya,setelah sekian lama,aku sekarang bangun untukmu,apa kamu merindukan aku?"
"Hmmm!"
Aku tak bisa menjawabnya.
Shanaz memelukku,memberikan kecupan dibibirku,meraba dadaku yang tentu saja membangkitkan gairah. Shanaz menarik bajuku dan mencium dadaku dibagian coklatnya membuat Aku tak tahan.
"A'aaa!"
Desahan Shanaz membuat Aku menatap wanita didepanku, aku terkejut karna tiba-tiba wajah Shanaz berubah menjadi wajah Prilly. Aku tersentak bangun dan mengusap wajahku. Ternyata aku cuma mimpi.
"Kenapa, sayang?"
Prilly ikut bangun dan menyeka keringat didahiku.
"A'a mimpi buruk?" tanya Prilly dengan wajah penuh tanda tanya.
Prilly menuangkan air dalam botol kedalam gelas yang sengaja disiapkannya disamping tempat tidur agar jika haus kami tak perlu keluar kamar.
Aku meminum air putih yang diangsurkan Prilly.
"Aku mimpi shanaz sadar dari komanya..apakah itu mimpi buruk??"
Aku memandang Prilly yang tiba-tiba berwajah sendu. Aku menyentuh wajahnya.
"Apa Aa merindukannya?"
Aku menggelengkan kepala. Aku yakin bukan karna aku merindukannya. Tiba-tiba Prilly memelukku.
"Aku takut!"
Airmatanya meleleh. Pasti dia takut akan perpisahan yang suatu saat terjadi jika Shanaz sadar dari komanya.
"Jangan takut,kamu harus yakin aku mencintaimu,kalau Allah menuliskan takdir kita untuk tetap bersatu,bagaimanapun caranya itu pasti akan terjadi!"
Aku menangkup pipinya,menghapus airmatanya dengan ibu jariku. Perlahan mencium keningnya,mendaratkan bibirku kebibirnya. Kurasa Prilly agak agresif malam ini,karna mengimbangi sentuhan bibirku. Mungkin karna rasa takut akan kehilangan moment ketika Shanaz suatu saat sadar.
Melumat bibirnya lembut dengan penekanan membuat tangan Prilly yang berada dibahuku menekan intens. Aku terdorong kedepan dan menindih tubuhnya,mengecup lehernya membuat tubuhnya mengejang. Meremas dadanya yang masih tertutup membuat punggungnya terangkat semakin menempel ketubuhku. Matanya sayu perlahan terpejam.
"Prilll!"
Aku melenguh ditelinganya. Prilly membuka matanya menatap mataku yang pasti berkabut menahan gairah.
"A'aaa..."
Prilly mematahkan keraguanku mencumbunya, tanganku mulai menyusup kedalam gaun tidurnya yang tersingkap menampilkan mulusnya benda yang ada dibaliknya yang tersentuh kulitku. Dadanya mengeras saat tanganku tersentuh kesintalannya,ia mendesah meremas rambutku ketika bibirku merasakan yang tadi tersentuh. Tubuh yang tadinya hanya bisa kupandang tanpa sepengetahuan pemiliknya kini polos dibawahku.
"Kamu gak apa-apa,aku sekarang akan melanggar janjiku?"
Aku masih meyakinkan diri menyentuhnya lebih jauh walaupun keteganganku sudah mulai tak bisa ditahan untuk dilepaskan memenuhi kebutuhannya.
Prilly menyentuh bibirku dengan jarinya.
"Aku isterimu,tak ada perjanjian kalau kita sudah bicara atas nama cinta"
###########
Banjarmasin, Juli 2015
Republish, 11 April 2020
Tidak diedit, tidak direvisi
Jeng jeng...
Thanks readers...udah menantikan kelanjutan cerita ini...tanpa readers tulisanku ini tak berarti apa-apa...
Vote dan komennya membuat tulisan ini lebih sempurna...
Salam cinta dari Papa Aa dan Mama Ii...
Mmuach dari Caca...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top