4 | Mitos Situ Gede


Mitos Situ Gede

Apakah kamu pernah ke Tasikmalaya? Jika belum mari kita jalan-jalan. Namun, karena situasi yang tidak memungkinkan, jalan-jalannya via google maps saja.

Kali ini saya kan membahas Danau Situ Gede.

Situ Gede merupakan salah satu objek wisata yang adi di Kota Tasikmalaya. Terletak di kelurahan Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya. Hanya berjarak sekitar 17 KM dari pusat Kota Tasikmlaya. 20 menitpun sudah bisa sampai di sana.

Saya pernah menempuh perjalanan ke sana lebih dari dua jam karena berjalan kaki. Biasalah kegiatan anak pramuka. Hahaha.

Oke, balik lagi ke Danau Situ Gede.

Danau yang memiliki luas 47 hektare ini memiliki mitos. Yaitu orang yang berasal dari Kabupaten Semedang dilarang berkunjung. Tetapi ada pula sumber yang menyebutkan dilarang melintasi Danau Situ Gede untuk berziarah.

Di tengah-tengah danau tersebut ada sebuah pulau kecil. Di pulau tersebut terdapat 3 makam. Makam siapakah gerangan?

Di dalam makam tersebut adalah tempat dikebumikannya Eyang Prabudilaya. Atau Prabu Adilaya. Siapakah dia? Kok bisa dikuburkan di sana? Apa kaitannya dengan mitos pelarangan warga Sumedang?

Prabu Adilaya merupakan seorang pangeran kerajaan Sumedang Larang. Sebagai calon Raja, ia sangat gemar mencari ilmu tanpa terkecuali. Termasuk ilmu agama. Ia pergi ke Mataram untuk berguru Ilmu agama kepada Kyai Jiwa Raga. Sang guru mengatakan bahwa belajar ilmu agama islam tidak cukup dari 1 sumber.

Dengan dua istrinya dan dua pengawal setianya, sang pengeranpun pergi ke Tatar Sukapura (Tasikmalaya). Sepanjang perjalanan Sang Prabu terlihat ceria, ia menceritakan banyak kisah-kisah tentang Rosulullah. Ia juga membaca ulang kitab-kitab kuning yang diberikan Kyai Jiwa Raga. Prabu Adilaya sangat serius mendalami ilmu agama, hingga ia lupa keduniawian. Iapun lupa perannya sebagai seorang suami.

Dewi Cahya Karembong dan Dewi Kembang Hapa, merasa kesepian. Mereka tidak diperlakukan sebagaimana seorang istri. Sang Prabu tidak pernah menafkahi lahir batin.

Karena sebuah kesalahpahaman, kedua istri tersebut membunuh Sang suami saat Prabu Adilaya tengah tertidur. Timbullah rasa penyesalan yang teramat mendalam pada mereka.

Merekapun berjalan mencari tempat-tempat tersembunyi untuk menguburkan sang suami. Dibantu oleh dua pengawal setia sang pangeran, Sagolong dan Silihwati. Tempat-tempat yang mereka lewati kini menjadi nama jalan. Antara lain : Cibeureum, Sambong, Mangkubumi.

Hingga sampailah mereka di sebuah rawa, kedua pengawal tersebut menggali tanah untuk menguburkan pangeran. Saat kuburan sudah siap, pengawal tersebut dibunuh oleh kedua istri prabu. Mereka takut, perbuatan mereka akan dilaporkan pada pihak kerajaan.

Nah, begitulah sejarah Situ Gede secara ringkas.

Lalu darimana air yang ada di situ gede? Konon, katanya air tersebut adalah air mata sangg Ratu, alias Ibunda Prabu Adilaya. Ia menunggu anaknya sekian purnama, namun Prabu Adilaya tak kunjung datang. Awalnya Sang Ratu memerintah adiknya Prabu Adilaya, namun yang diperintahkan juga tak kunjung kembali. Ternyata pangeran tersebut malah bertarung dengan Singa. Tenpat pertarungan itu kini disebut dengan Singaparna (Singa yang terluka parah).

Sangking sedihnya sang ratu, air matanya jadi danau? Ya begitulah yang saya baca dari sebuah blog.

Konon, makam tersebut dijaga oleh seekor harimau dan 4 ekor ikan raksasa. Namanya si kohkol, si layung dan dua lagi saya lupa. Menurut warga setempat, ikan itu sangat besar, sebesar pintu. Sering menampakan diri jika ada yang bermaksud jahat atau akan terjadi bencana. Serem banget, ya ikan sebesar pintu?

Nah, terus mitos itu darimana? Kok, bisa ada mitos orang Sumedang tidak bolehberziarah atau menyeberangi danau situ gede?

Pada tahun 1990-an, mitos tersebut pernah terjadi. Saat itu, perahu rakit yang membawa rombongan 3 orang tiba-tiba saja terbalik di tengah situ karena angin kencang. Untungnya ketiga penumpang tersebut selamat.

Saat ditanya asal, diketahui bahwa salah seorang penumpang tersebut orang Sumedang.

Percaya atau tidak pada mitos tersebut, itu kembali pada diri masing-masing. Tetapi lebih baik menghormati kepercayaan yang ada di masyarakat.

Dari kejadian itu, setiap kali ada yang akan menaiki rakit, atau menyeberangi danau situ gede, akan ditanya asalnya. Bukan mendiskriminasi, tetapi itu merupakan langkah antisipasi.

Terlepas dari mitosnya, Danau Situ Gede merupakan danau yang indah. Warga setempat sering menggunkannya untuk jogging. Capek banget, lho mengelilingi danau ini. ada pula yang mengadakan perkemahan.

Pengunjung danau situ gede ini rata-rata dari Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Banjar, dan sekitarnya. Tidak hanya menikmati keindahan danau, namun pengunjung juga dapat menikmati ikan bakar yang menjadi ciri khas kuliner di situ gede. Juga kelapa muda.

Mengunjungi Situ Gede tidak hanya untuk berwisata, ada pula yang berziarah. Ya, ke makam Eyang Prabudilaya. Dari internet, saya melihat lokasinya, makam tersebut dinaungi oleh sebuah atap dan kelambu di sisi-sisinya. Di sekitaran makam banyak pepohonan besar berumur ratusan tahun. Mengenai harimau penjaga, saya tidak tahu kebenarannya.

Biaya masuk ke danau ini hanya 8ribu rupiah untuk satu motor. Murah banget, kan?

Tertarik berkunjung ke sini?

Oke, segitu saja pemaparan pengenai danau situ gede. Dilain kesempatan akan saya perkenalkan mengenai tempat tinggal saya. Tasikmalaya.

See, you.

https://m.jabarnews.com/read/77806/warga-sumedang-dilarang-berziarah-ke-makam-keramat-ini

https://daerah.sindonews.com/read/1383205/29/misteri-situ-gede-tasikmalaya-dan-prabudilaya-1551449495

http://sep2sip.blogspot.com/2010/04/sejarah-situ-gede-dan-eyang-prabudilaya.html?m=1

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top