Chapter 8 ~ Chasse à l'ours (Berburu Beruang)
Drap Drap Drap
Dua orang lari terbirit-birit menghindari serigala yang mengejar mereka dengan kecepatan penuh. Dari arah tak terduga, sebuah bilah angin membelah leher serigala itu, dan hilang begitu saja.
Serangan barusan itu dari Lemon. Dia melancarkan serangannya dari lingkup rumahnya dengan mengendalikan angin di luar area perisai tak kasap mata.
Sekali ayunan tangannya, Lemon mengarahkan angin ke serigala yang mengejar mereka berdua. Sebelum mengenai serigalanya, ia memadatkan anginnya agar berputar di tempat dengan membentuk bilah. Bilah angin itu sangat tajam dan bisa memotong leher serigala sekaligus.
"OI, SUDAH KUKURANGI SERIGALANYA. SISANYA KALIAN SERANG SAJA SENDIRI."
Lemon kembali meneruskan kegiatan menata batu yang sempat tertunda. Sudah setengah jalan dan susunan batu itu akan digunakan untuk api unggun.
Rean cukup kagum dengan serangan barusan. Tetapi ini bukan masanya untuk mengagumi sesuatu. Ia harus menghindari serigala lapar yang tersisa. Di tangannya sudah ada banyak kayu bakar yang siap diberikan kepada Lemon.
Sudah berkali-kali Rean menghantarkan tumpukan kayu kepada Lemon. Namun, Lemon bilang butuh lebih banyak lagi. Stamina Rean benar-benar terkuras habis sekarang.
Di belakang Rean ada Rezaril yang menghalau serigala menyerang mereka. Naas, hasil lenyap terbakar api yang dia hasilkan, seperti api abadi. Walau hanya sebesar lilin, tapi langsung bisa melahap sesuatu yang lebih besar dalam waktu singkat.
Rezaril meruntuki dirinya yang tidak pernah melatih magic-nya. Sekarang pun ia meminjam senjata milik Rean, sebab Rezaril tak punya senjata. Lemon bilang Rezaril sering bertarung di Bumi, akan tetapi sesuatu yang dia lawan itu adalah preman bukan binatang seperti saat ini. Rezaril juga tidak bisa pakai kekuatannya sesuka hati di Bumi.
'Memang tidak cocok untuk berburu, hiks.'
Rezaril semasa di Bumi banyak mengikuti kegiatan dan kelas tambahan. Kalau pulang pun selalu terlambat. Rumahnya yang jauh tersembunyi di banyak gang gelap, tak dapat dipungkiri kalau banyak preman.
Rezaril yang terlihat polos, membuat para preman akan langsung meremehkannya. Jadi, setiap pulang Rezaril harus melewati mereka terlebih dahulu tanpa membunuhnya. Kemudian, barulah melaporkannya pada polisi.
Kadang kala saat Rean main ke rumahnya, Rezaril akan memaksa untuk mengantarkannya pulang. Bahkan meminta Rean datang dengan kakaknya. Itu demi keamanan Rean.
"Berhenti! Hah, aku capek."
Rean bersandar pada pohon besar. Tangannya mengelus dadanya untuk mengatur napasnya yang memburu.
"Rean, kau tidak apa-apa?" tanya Rezaril khawatir.
"Iya, aku baik-baik saja."
Tampak raut Rezaril melunak, dia pun akhirnya duduk di batu besar terdekat. Mereka berdua juga sadar kalau berhenti di situ tidak akan aman. Aura serigala itu sangat terasa seakan menusuk jiwa. Masalahnya stamina mereka sudah habis.
Srek
"Hais, apa lagi itu? Hiiiii!"
"Kau kenapa Rean?"
"Di-di belakangmu."
Melihat Rean yang begidik ngeri membuat Rezaril ikutan takut. Dia menengok ke arah yang ditunjuk Rean. Betapa terkejutnya dia melihat beruang hitam besar berdiri menggeram ke arah mereka. Kaki mereka seakan lemas sata itu juga. Ingin rasanya kabur dari situ, akan tetapi ketakutan membuatnya semakin tak berdaya.
"Hiks, di-dia tidak akan memakan kita 'kan?"
"Rean, tenangkan dirimu."
Detak jantung Rean tak dapat dikontrol. Tubuhnya gemeteran, Rean sampai menutup matanya karena takut. Dia tak pernah melihat beruang sebesar itu dengan mata kepalanya sendiri. Bahkan hawa membunuh beruang itu sangat terasa olehnya. Sekarang, bagaimana cara untuk menyelamatkan diri?
'Apa ini akhir dari hidupku?'
GROWLL
Beruang itu meraung memamerkan gigi dan cakar tajamnya. Satu cakarnya berayun ke arah mereka berdua. Rezaril cepat-cepat ke arah Rean, tetapi ia tak yakin bisa lebih cepat dari beruang yang akan menerkam mereka.
BUUM
Suara yang seperti ledakan itu terdengar sampai ke tempat Lemon. Dia melihat beberapa pohon tumbang dan tanah melayang ke udara. Kejadian itu membuatnya bertanya-tanya.
"Mrs. Muezza, apa kau jugaー lho?"
Seingat Lemon, kucing itu ada di belakangnya main rumput. Sekarang sudah hilang entah kemana.
"Itu bisa dicari nanti."
Lemon langsung meninggalkan pekerjaannya dan melesat menuju ke TKP. Ia terus mengawasi tempat itu. Banyak debu yang membumbung tinggi. Namun, itu tak berlangsung lama, sebuah bilah es nampak mencuat.
Lemon langsung menghentikan langkahnya. Ia melompat dengan bantuan kekuatan anginnya mendorong tubuhnya ke atas batang pohon. Lemon terus melompat dari dahan ke dahan lain sampai di pohon dekat TKP.
Sampai di sana Lemon dibuat terkejut. Tampak Rean yang kepalanya tertunduk, satu tangannya terangkat. Tepat di depan Rean ada beruang yang sudah mati tertusuk bilah es raksasa. Aura yang ia pancarkan bahkan ratusan kali lebih pekat dari si beruang. Rezaril yang di sampingnya sampai berkeringat dingin melihat Rean.
"Re-Rean?"
Rean hanya menolehkan kepalanya. Saat melihat wajah khawatir dari Rezaril, tingkah Rean langsung berubah. Bilah es raksasa pada beruang juga menghilang. Karena tak ada penyangga, beruang itu pun jatuh ke arah Rean.
Rezaril yang melihat itu sigap menarik tangan Rean agar tidak tertindih oleh beruang. Melihat beruang yang tumbang menimpa pohon tempatnya bersandar tadi membuat Rean bingung. Otaknya masih loading untuk menangkap kejadian saat ini.
"Kau tidak apa-apa?" Rean ragu-ragu untuk meng-iya-kan pertanyaan Rezaril. Dia tampak lega melihat Rean kembali seperti semula.
Di sisi lain, ada Lemon yang menyeringai melihat kejadian itu. Seseorang datang tepat di samping Lemon. Dia memakai jumbah putih yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah.
Lemon beralih menatapnya dan bertanya, "Apa kaumelihat yang barusan?"
"Iya, aku melihatnya."
Lemon dapat melihat bahwa orang itu cemas akan sesuatu. "Seperti yang kau lihat. Rean memiliki penjaga, tapi tak dapat dipungkiri bahwa dia akan bisa lepas kendali."
Orang berjubah itu menghela napasnya sebelum memutuskan untuk pergi. Lemon kembali memperhatikan kedua anak tadi. Matanya menangkap sekelebat bayangan seperti binatang. Bayangan itu berlari dan hilang menembus pelindung di rumahnya.
"Apa itu barusan?"
"APA?!"
Lemon yang bengong dikejutkan oleh teriakan Rean. Di sana nampak Rezaril yang berusaha menjelaskan kejadian barusan, tetapi Rean tak percaya. Ia mengaku dirinya ketakutan sampai tak bisa bergerak. Saat membuka mata ia melihat Rezaril yang menariknya menjauh.
"Bagaimana bisa kau tidak ingat?"
"Rez, kau tahu sendiri aku bahkan belum bisa mengendalikan kekuatanku dengan benar."
"Kok bisa, sih?"
Rean mengedikkan bahunya. Tak tahu harus menjawab apa. Rezaril jadi ikutan bingung sampai mengacak-acak rambutnya.
"Oi! Kalian dapat hasil buruan bagus?" tanya Lemon yang tiba-tiba datang. Lemon sibuk mengamati beruang itu dari kepala sampai ujung kaki.
"Hmm, gimana caranya bawa ke rumah?" gumam Lemon yang berpose sedang berpikir.
Lemon sangat fokus pada beruangnya. Rezaril dan Rean saling pandang, gelisah berharap Lemon tak bertanya siapa yang membunuhnya.
"Ahh!" Lemon menepukkan kepalan tangannya ke tangan yang terbuka. "Bagaimana kalau kita buat beruang ini berjalan sendiri?"
"Caranya?"
Lemon memberikan sedikit angin ke tubuh beruang. Anginnya membuat beruang itu seakan-akan berdiri dengan kedua kakinya. Perlahan Lemon menggerakkannya agar tampak berjalan, seperti boneka kayu yang digerakkan dengan tali.
Rean dan Rezaril dibuat kagum, tetapi melihat penampilan beruang yang sudah berdarah membuat mereka ngeri. Terlihat seperti zombie berjalan, lebih tepatnya mayat berjalan.
"Ayo kita balik!" ajak Lemon saat melihat mereka diam di tempat.
ೋ๑୨୧๑ೋ
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top