Part 6 - New Friend
"Fel, lo ikutan kan?" Tanya Bianca di tengah pembicaraan antusias mereka untuk hadir di acara ulang tahun salah satu teman kampus mereka yang terkenal kaya dan borjuis.
"Ha? Gue?" Tanya Felicia bingung.
Pasalnya dia tidak menyangka akan mendapatkan ajakan itu dari Bianca yang jarang mengajaknya berbicara.
"Iya, ini acara ulang tahunnya Selomita anak Bisnis. Dia mau open table di kemang sabtu ini."
"Tapi gue kan nggak kenal dia, gue juga nggak diundang," jawab Felicia ragu.
"Cowok lo kan diundang, artinya lo juga diundang, Fel." Kata Bianca seraya melirik ke arah tiga orang lelaki yang sedang berbincang-bincang sambil sesekali memperhatikan mereka.
"Gue juga nggak gitu deket sama Selomita kok, gue nggak suka malah. Anaknya ketengilan. Tapi namanya minum gratis itu nggak boleh ditolak, Fel," jelas Bianca lagi karena gadis itu tidak juga mengiyakannya.
Felicia kembali terdiam sebelum menjawab, "gue nggak boleh pulang malem."
"Nggak pulang malem kok, kita mah pulangnya pagi," tambah Andreas menimpali yang diberikan pelototan oleh Bianca.
"Nginep rumah gue aja, gimana?" Usul Bianca yang membuat baik Andreas maupun Aldrich memberikan ekspresi terkejutnya.
"Kenapa?" Tanyanya polos.
"Lo salah makan ya? Sejak kapan lo jadi baik gitu? Nggak biasa-biasanya lo mau ramah sama cewek lain, sampe nawarin nginep segala," kata Andreas mengungkapkan keterkejutannya.
"Sembarangan! Gue emang baik ya. Gue tuh cuma males ramah sama pacar-pacar lo berdua. Soalnya statusnya tuh nggak permanen. Baru gue mulai akrab, eh udah ganti pacar yang baru. Nanti gue yang jadinya awkward."
Aldrich berdeham canggung berusaha menutupi fakta yang baru saja diucapkan perempuan itu. Matanya berputar untuk melihat reaksi Felicia. Namun belum Aldrich berhasil membaca ekspresi gadis itu, Bianca sudah kembali menambahkan.
"Ya, tapi kalo Felicia kan udah beda ya," katanya sambil melirik penuh arti kepada Jonathan, "jadinya asik deh sekarang kalo nongkrong-nongkrong, gue jadi punya temen ngobrol, nggak basi dengerin cowok-cowok ngobrol nggak jelas mulu."
Felicia tidak paham dengan apa yang disampaikan oleh gadis itu.
Dan Aldrich seratus persen paham dengan apa yang dimaksud oleh Bianca. Pasti Jonathan mengatakan semua pembicaraan hati ke hati mereka berdua kemarin sore kepada perempuan itu. Matanya melotot menuntut penjelasan kepada Jonathan yang menghindari pandangannya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Sahabat sialan.
"Jadi gimana? Lo mau kan, Fel? Asik kok!" Rayu Bianca lagi.
Felicia mengalihkan pandangannya bingung kepada Aldrich, seolah meminta ijin kepadanya yang membuat Aldrich merasa tindakannya itu sangat manis.
"Terserah kamu aja. Kalo kamu mau ikut dan nginep di tempat Bianca, besok paginya aku anterin pulang ke rumah."
Bahkan dengan seperijinan dari lelaki itu saja, Felicia masih tampak berpikir keras untuk ikut atau tidak.
Bianca mendekatkan wajahnya ke telinga Felicia sambil kemudian membisikan jurus terakhirnya, "Gue kasih tahu sesuatu, Fel. Selomita itu mantannya Aldrich. Lo nggak takut kalo Selomita ngeflirt sama Aldrich lagi kalo lo nggak ikut?"
Felicia tampak terkejut atas fakta tersebut. Dan tanpa berpikir panjang, dia langsung memberikan jawaban, "gue ikut!"
***
"Lo mau pake ini ke tempatnya Selomita?" Tanya Bianca dengan pandangan sangsinya melihat dress yang dipaparkan di depan tubuh Felicia.
Felicia sudah membawa pakaian dan perlengkapannya untuk menginap di tempat Bianca semenjak pagi tadi dia pergi ke kampus.
Felicia mengangguk dengan bingung atas pandangan meremehkan yang diberikan Bianca kepadanya, "kenapa? Jelek ya?"
"Bagus sih," katanya sambil memberikan jeda sejenak memikirkan pemilihan katanya sebelum menambahkan, "cuma terlalu biasa buat dipake clubbing. Gue pinjemin dress aja ya?"
Bianca mengusulkan sambil berjalan mengarah ke lemarinya tanpa menunggu jawaban apalagi penolakan.
"Elo itu dikasih kelebihan yang harusnya lo tonjolkan. Apalagi di momen-momen kayak gini, lo harus bisa outstanding saat lo bisa melakukannya." Katanya sambil memilah-milah dress miliknya yang jumlahnya tidak normal menurut Felicia.
"Momen kayak gini? Maksudnya apa?"
"Ya momen kayak gini," ulangnya seolah apa yang ditanyakan Felicia sudah sangat jelas, "saat lo akan ketemu dengan mantan dari cowok lo yang gaya angkuhnya selangit."
Felicia berusaha menekan rasa penasarannya sambil bertanya dengan nada sedatar mungkin, "emang Selomita itu orangnya gimana sih?"
Bianca memutar bola matanya malas seolah perempuan yang akan dijabarkannya itu memang sudah berada di hadapannya, "angkuh, sok cantik sok ketajiran, sok berkuasa, ketengilan lagi. Ya gue tau sih dia emang cantik, cuma belagunya itu loh. Nggak usah sampe begitu banget kali."
Seketika wajah malasnya berubah ceria dan bersemangat saat dia berhasil menemukan dan mengambil salah satu dress berwarna hijau gelap berbahan brukat.
"Lo coba ini deh, pasti cocok deh buat lo!" katanya menyodorkan dress itu ke tubuh Felicia sambil membandingkan warnanya dengan warna kulit gadis itu, "Gue waktu itu beli dress ini karena bagus banget. Tapi ternyata pas gue pake nggak cocok di gue, kebesaran di bagian dadanya, cuma gue yakin lo pas lah."
Felicia melihatnya dengan sangsi, "Tapi.. bagian punggung sama dadanya kebuka banget."
Bianca tertawa mendengar opini gadis itu, "Ya emang tujuannya gitu, Fel. Baju ini diciptakan buat bikin cowok kayak Aldrich nggak kedip ngeliat lo."
Belum sempat Felicia bereaksi atas kata-kata Bianca, dia sudah mendorongnya masuk ke kamar mandi dengan dress hijau tersebut.
"Udah mending lo cepetan ganti baju, habis itu kita harus buru-buru make up sebelum Aldrich sama Jonathan jemput kita."
Butuh waktu lebih dari satu jam untuk kedua wanita itu merias wajah mereka dengan semua perlengkapan make up Bianca dan Felicia yang digabungkan. Felicia menggunakan riasan mata smoky eyes dan lipstick berwarna merah sementara Bianca memilih efek bling dan lipstick berwarna nude matte pada bibirnya yang lebih berisi.
Tepat seperti yang dikatakan oleh Felicia tadi saat pertama kali melihat dress hijau gelap yang dipilihkan oleh Bianca untuknya. Sejujurnya dia merasa tidak nyaman mengenakan dress mini seperti ini kalau bukan Bianca yang memaksanya. Dress itu jatuh tepat lima senti di bawah pangkal pahanya. Panjang lengannya menutupi sikunya, namun ada bagian yang terbuka tepat bagian atas belahan dadanya serta bagian punggungnya hampir sepanjang dua jengkal. Rambutnya digelung naik ke atas dan memperlihatkan tengkuknya yang dihiasi beberapa anak rambutnya.
"Gosh, bener kan apa gue bilang? Dress ini bener-bener cocok banget buat lo!" Puji Bianca sambil menggeleng-gelengkan kepalanya penuh kepuasan seolah dialah yang mendesain sendiri dress tersebut.
"Lo juga cantik kok, Bi." Kata Felicia membalas pujian gadis itu sambil menutupi rasa sipunya. Karena Bianca juga tidak kalah mempesona menurutnya. Bianca mengenakan dress mini berwarna nude dengan beberapa kerutan yang mengikuti lekuk tubuhnya.
"Oke, gue cantik, tapi lo cantik dan seksi, Fel." Tambah Bianca, "elo itu minta diserang!" Katanya sambil tertawa yang membuat Felicia semakin malu.
"Kenapa lo kasih gue baju ini kalo menurut lo bikin gue seolah minta diserang?" Keluhnya masih dengan tersipu.
"In a good way maksud gue," kata Bianca berusaha berhenti tertawa, dia sadar bahwa kata-katanya membuat teman barunya itu tidak nyaman, "emang lo nggak mau 'diserang' Aldrich?"
Felicia membelalakan matanya tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Bianca, "kenapa gue mau..?" Bahkan suaranya tercekat dan tidak sanggup melanjutkan kata-katanya karena wajahnya merah padam.
Bianca merasa teman barunya ini cukup menarik, apalagi untuk digoda seperti ini. Akhirnya ada pacar dari sahabat Jonathan yang menyenangkan untuk diajak berbicara.
"Boleh gue tanya sesuatu sama lo?" Tanya Bianca lagi tanpa menunggu Felicia menenangkan dirinya.
"Lo udah pernah tidur sama Aldrich?"
Dan Felicia nampak kembali kebingungan.
"Gue nggak ada maksud apa-apa," tambahnya, "cuma gue kira kalian udah.. pas di Bali kemarin."
Felicia akhirnya memutuskan mengangguk walau agak ragu.
"Tiap orang mungkin punya pendapat beda-beda, tapi buat gue wajar kok kalo kita pacaran dan have sex." Katanya mengungkapkan pendapatnya, "daripada mereka nggak dapet dari kita dan nyari di luar kan?"
Felicia kelihatan memikirkan kalimat itu sambil terdiam.
"Ya, pinter-pinter aja jadi cewek, Fel. Main di zona aman aja, jangan biarin cowok lo kelepasan. Cowok kan gitu, kalo lagi horny otaknya suka ditinggal. Musti elo yang pegang kontrol. Yang rugi soalnya kita bukan mereka."
Felicia memang fakir pengalaman, namun dia paham apa yang dimaksud Bianca. Dan dia tahu bahwa dia sempat kurang 'pintar' sekali dan kecolongan. Walau tentu saja dia tidak berani mengatakan apapun kepada Bianca saat ini.
Bianca mengambil ponselnya yang bergetar barusan.
"Mereka bentar lagi sampe tuh katanya, tunggu di depan yuk," ajaknya.
"Tunggu, Bi. Menurut lo, gue beneran nggak apa-apa pake baju ini?"
Bianca mengangguk mantap, "dress itu cocok banget buat lo kok. Kenapa? Lo takut beneran diserang sama Aldrich? Kalo lo beneran diserang sama dia, gue rela kok dia ngerobek dress itu." Katanya sambil berjalan keluar kamarnya.
Sepertinya Felicia harus belajar menerima bahwa teman barunya ini punya cara yang sangat tidak biasa untuk menyampaikan pendapatnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top