Lima - Si cowok menyebalkan

"Abang, ingat ya hari ini harus minta maaf sama cewek itu. Biar bagaimanapun tetap Abang yang salah." pesan Risa pada putranya.

"Iya Mam, semoga nggak lupa ya," jawab Andra sambil memperbaiki tali sepatunya lalu berpamitan pada mamanya.

"Siapa tau dengan kamu minta maaf sama cewek itu kalian bisa berteman baik, bahkan mungkin bisa berjodoh." ucap Renna setengah berteriak bermaksud menggoda anaknya yang tengah menaiki sepedanya, bersiap hendak berangkat ke sekolah.

"Jangan sampai deh Mam, jahil anaknya." sahut Andra sambil mengayuh sepedanya dan melambaikan tangan ke arah Mamanya.

***

Andra baru saja memarkirkan sepedanya, lalu berjalan santai melewati koridor sekolahnya. Ia mendengus kesal mengingat kejadian di sekolah kemarin. Ia hampir saja hilang kesabaran akibat upah Shilla yang terus menerus mengganggunya, seolah sengaja ingin membuatnya marah.

Dari menyenggol tangan Andra dengan sengaja agar tulisan Andra menjadi tercoret-coret. Meminjam penghapus Andra tanpa izin lalu memberikan dengan percuma pada Wanto. Menarik kursi Andra ketika cowok itu hendak duduk setelah kembali dari kantin, beruntung Andra sigap memegang meja sehingga tubuhnya tertahan dan tidak terjatuh ke lantai. Shilla yang melihat kejadian itu hanya tertawa terbahak-bahak lalu menghilang keluar kelas, entah kemana ia pergi.

Ingin rasanya Andra meluapkan kekesalannya pada cewek itu, hanya saja ia sedang tidak mood untuk membalas kejahilan Shilla kemarin. Entah apa yang membuatnya uring-uringan kemarin. Teman sekelasnya saja sampai terheran-heran dan hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Andra yang tidak seperti biasa. Biasanya cowok itu yang suka menjahili orang lain. Tapi kemarin cowok itu seolah kalah oleh kejahilan Shilla si cewek pindahan yang baru sehari bersekolah di SMA mereka. Mungkin lebih tepatnya mengalah.

Lain cerita jika hari ini, Andra sudah menyiapkan berbagai strategi perlawanan jika Shilla mengajaknya ribut hari ini. Andra memasuki ruang kelas XII Ipa 1 dengan wajah tengilnya. Cowok tinggi berkulit putih itu lalu duduk di kursinya setelah meletakkan tas di mejanya. Ia terlihat celingak-celinguk seolah sedang mencari sesuatu di sekitar mejanya.

"Ngapain lo Ndra?" suara Wanto membuatnya salah tingkah. Andra lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal sebelum menjawab pertanyaan Wanto.

"Ni orangnya kemana?" jawab Andra sambil menunjuk ke arah tas Shilla yang tengah bertengger di kursinya tanpa ada pemiliknya. Kemudian melihat ke bawah kursi cewek itu, barangkali cewek itu sedang bersembunyi di bawah kursi, fikirnya konyol.

"Lah ngapain lo nyariin dia? Jangan-jangan..."

Belum selesai kalimat yang diucapkan Wanto namun tangan Andra sudah keburu melotot kepadanya.

"Apaan, gue cuma mikir kali aja tasnya lupa dibawa pulang kemaren," pungkas Andra cepat.

"Yeee.. Santai aja kali nggak usah ngegas gitu. Noh anaknya lagi di lapangan main takraw,"

"Hah? Main takraw? Ngapain pagi-pagi main takraw?"

"Tuh kan, lo aja bingung apalagi gue. Ngapain coba tu cewek main takraw. Udah gitu pake ngajak anak sebelah lagi. Heran deh gue,"

"Lebih heran kalo dia main takraw sendirian kali, masa iya main bareng angin,"

"Maksud gue, gue heran kok ada cewek main takraw, udah gitu pagi-pagi lagi,"

Andra hanya mengedikkan bahunya, kemudian berlalu menuju kantin.

"Lah kemana woi!" teriak Wanto pada Andra

"Kantin." Jawab Andra tanpa menoleh ke arah Wanto.

"Nah ini anak juga aneh, masa pagi-pagi udah ke kantin. Mana sebentar lagi bel. Rada gesrek emang tu dua orang, ckckck" omel Wanto sambil kembali ke melanjutkan tugas piketnya. Sementara Rina menatap bingung ke arah Wanto yang tengah mengomel sendiri.

Namun, yang lebih membuat Rina bingung adalah sosok Andra yang kembali setelah beberapa detik hilang di balik pintu kelas.

"Lah, napa balik lu?" tanya Wanto dan Rina yang hampir bersamaan.

"Ssstt, diam-diam aja ya kalian." pesan Andra lalu tersenyum licik lalu menatap ke arah tas Shilla. Sementara Wanto dan Rina hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya itu. Mereka tak mau ikut campur.

***

Shilla mengobrak-abrik isi tasnya, seperti sedang mencari sesuatu. Tampak jelas kecemasan di wajahnya. Tak berapa lama gadis itu berdecak kesal dengan wajah frustasi. Ia lalu menatap tajam ke arah Andra yang tengah dengan santai duduk di kursi sebelahnya sambil mengenakan earphone.

"Lo nyembunyiin seragam gue ya?" tuduh Shilla kepada Andra.

"Enak aja lo nuduh gue, emang lo punya bukti?"

"Udahlah, siapa lagi coba yang punya dendam ke gue selain lo."

Andra hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum miring seolah tidak tahu menahu tentang seragam cewek itu yang hilang.

Shilla lalu menggebrak meja kesal sehingga membuat teman-teman sekelasnya menoleh ke arahnya dan Andra. Shilla terus menatap tajam ke arah Andra. Jelas terlihat dari matanya kilatan amarah.

"Cepat balikin, sebentar lagi bel masuk." ucap Shilla berusaha menahan amarahnya. Sementara Andra tetap pada kursinya tanpa bergeming sedikitpun.

"Woi cowok garam! Cepat balikin atau gue jambak lagi!" ancam Shilla setengah membentak. Dan Andra tetap pada tempatnya tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya. Habis sudah kesabaran Shilla, tanpa fikir panjang cewek itu lalu menjambak rambut Andra. Sontak teman-teman sekelasnya ternganga melihat kejadian itu karena terkejut dengan perlakuan Shilla, begitupun Andra. Ia berusaha keras melepaskan jambakan Shilla di rambutnya, namun tangan Shilla seolah melekat erat dengan rambutnya. Andra menyentakkan tangan Shilla dengan kasar sehingga membuat cewek itu sedikit terdorong ke belakang dan terduduk di kursinya.

"Apa-apaan sih lo, bisa pitak nih kepala gue!" bentak Andra kesal.

"Lo yang mulai! Cepat bilang di mana seragam gue." bentak Shilla tak mau kalah.

"Noh, gue simpan di gudang!" ucap Andra kesal, ia lalu duduk kembali ke kursinya dan membuka bukunya kasar. Sementara Shilla langsung berlari keluar pintu kelasnya. Namun baru beberapa langkah ia beranjak dari tempat duduknya, Pak Eko sudah lebih dulu berada di pintu kelas dengan wajah masam.

"Mau kemana kamu? Jam pelajaran sudah mau di mulai." ucap Pak Eko galak.

"M..mau ganti seragam Pak." ucap Shilla ragu, iya tak yakin jika gurunya ini akan memberikannya izin untuk mengganti seragamnya.

"Sudah, duduk sekarang. Nanti saja jam istirahat kamu ganti seragammu." ucap Pak Eko sambil duduk di kursinya.

Shilla hanya menunduk pasrah, ia terpaksa mengikuti pelajaran dengan baju yang bau keringat. Shilla kembali ke tempat duduknya dengan wajah kesal, ia lalu menatap tajam ke arah Andra yang sedang berusaha menyembunyikan senyum kemenangannya.

"Ihhh cewek badak jorok, bau keringat." gumam Andra sedikit keras seperti sengaja agar didengar oleh Shilla.

"APA LO BILANG!!" bentak Shilla.

"Apalagi yang kamu lakukan? Kalau tidak bisa tenang keluar saja dari kelas saya." ucap Pak Eko dingin.

"Maaf Pak." ucap Shilla meminta maaf kepada Pak Eko, ia tidak mau jika harus dikeluarkan dari kelas saat ini.

"Ya sudah, sekarang kalian buka halaman 35." perintah Pak Eko.

Shilla melirik ke arah Andra yang sedang terkekeh pelan. Jelas sekali cowok itu tengah mengerjainya.

"Lo bisa menang sekarang, tapi jangan harap nanti." bisik Shilla pada Andra.

"Oh ya? Liat aja nanti." jawab Andra sambil berusaha menahan senyum kemenangannya.

"Ishh.. Dasar cowok menyebalkan." umpat Shilla yang hanya dibalas kekehan oleh Andra.

***

Ayoo jangan lupa tinggalkan jejak cintakuu :*

Aku sayang kalian gengsss :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top