2nd Reason
Hujan cukup deras hari ini. Padahal biasanya hujan hanyalah musim selingan yang datangnya hanya sebentar, itu pun kecil. Ujian semesteran telah selesai beberapa hari yang lalu. Besok adalah pengumuman hasil ujian tersebut.
Sakura duduk di depan meja riasnya. Di depannya sebuah cermin besar berembun, memudarkan refleksi Sakura. Mata emerald itu menunduk menatap meja yang sengaja ia kosongkan. Pikirannya melayang mengarungi luasnya lautan kemungkinan yang berkilauan bagai bintang.
🌸
Semua siswa berkerumun di satu titik yang sama. Para guru TU memang menyebalkan. Mereka terlalu pelit hanya untuk memotokopi lembaran itu setidaknya 2 atau 3 agar kerumunan itu tidak hanya ada satu.
Sasuke, Naruto, Sai, Shikamaru, Choji, Kiba, Shino, Lee dan Neji. Mereka selalu bersama setiap saat di sekolah. Semuanya satu kelas. Yaitu kelas dengan catatan terbaik sepanjang sejarah sekolah ini. Mereka tak sengaja lewat, melihat kerumunan yang membahana itu.
"Eh, lihat! Ramai sekali." Tunjuk jari Naruto pada tempat itu. Lalu Sai berinisiatif menanyakan perihal keramaian itu pada seorang siswi.
"Apa katanya?" Tanya Naruto pada Sai setelah siswi itu menjawab dan pergi.
"Pengumuman." Jawab Sai singkat.
"Pengumuman?" Ulang Lee dengan semangat.
"Pengumuman apa?" Sai terlihat agak sulit menjawab.
"Hasil ujian kemarin." Semua terdiam. Sedetik kemudian semua berlari, kecuali Sasuke. Naruto dan yang lain ikut berdesak-desakkan demi melihat namanya setidaknya pada lembar pertama --25 peringkat teratas. Sasuke berhenti berjalan dan memandangi teman-temannya dari kejauhan.
"Sasuke? Kau tak mau melihat hasil ujianmu?" Naruto berhenti sejenak untuk mengajak Sasuke.
"Untuk apa? Hasilnya sudah kelihatan hasilnya sebelum guru itu membagikan soal." Jelas Sasuke sambil berbalik dan pergi. Baru saja berbalik, Sasuke langsung berhenti. Dia melihat sebuah sakura berlari kecil masuk kelas.
Sakura yang tersisa bahkan setelah musim semi selesai. Sakura... yang selalu ada di setiap musim. Sakura... yang selalu menampilkan keanggunannya di setiap musim. Di setiap sudut hati Sasuke yang selalu hampa.
🌸
Hari ini Sakura berangkat lebih pagi dari siapa pun di sekolah. Dia sengaja. Dia tahu hasil ujian sudah ditempel sejak kemarin setelah semua siswa pulang.
Sakura segera mendatangi papan informasi. Ada 4 lembar yang tertempel di sana. Lembar pertama, ada 25 peringkat teratas. Yang kedua ada 25 peringkat teratas kedua, dan seterusnya. Sakura berharap ragu dengan menempatkan pandangannya pada lembar pertama. Satu per satu dari bawah.
Bukan, bukan, bukan. Tidak ada sampai 11 peringkat teratas. Dia lanjutkan sambil berharap, kecewa, was-was, ragu, dan lain sebagainya. Sampai 6 peringkat teratas. Tidak ada juga.
Hatinya mulai berkata bahwa namanya tidak mungkin ada di 5 peringkat teratas. Tapi dia juga berharap ada namanya di sana. Sakura kembali menelusuri nama demi nama. Tidak ada sampa 4 peringkat teratas.
Ini adalah harapan terakhir
Sakura menutup mata rapat-rapat sambil merapalkan doa.
Ketiga...
bukan
Kedua...
bukan
Pertama...
bukan juga.
Namun Sakura berhenti pada nama yang tertulis di samping angka satu. Nama itu.... serasa tak asing sama sekali. Bahkan amat familiar di matanya. Nama itu. Yang selalu ia dengar saat masih kecil. Iya, dia.
"Uchiha..."
"Hei, lihat-lihat! Pengumumannya dipajang." Beberapa siswa yang sudah berangkat merapat.
Sakura menggigit bibir bawahnya. Dia tak sanggup melihat yang lain kecuali bayangan bahwa dia tidak akan menangis. Mereka yang baru datang sudah menemukan nama masing-masing.
"Hai, kalian! Lihat ini. Peringkat paling bawah adalah seorang wanita." Seru salah satu dari mereka.
"Benarkah? Siapa?"
"Ha... runo... Sakura..?"
DEG.....
"Siapa dia?"
"Entahlah. Dia kelas C."
"Bagaimana bisa dia masuk kelas C? Nilainya payah semua."
"Hai, Ao! Kau 'kan kelas C. Masa kau tidak mengenalnya?"
"Mana kutahu. Memangnya aku mau menghapal semua nama teman sekelasku."
"Ah, Ao payah! Kalau kita tahu orangnya 'kan bisa kita jadikan bahan olok-olokkan. Sudahlah, ayo pergi!"
Mereka semua pergi meninggalkan Sakura sendirian. Tubuhnya bergetar. Kepalanya tertunduk dalam-dalam. Ao. Rasanya Sakura mengenal pria itu. Sakura mengangkat kepala menelusuri lembar pertama sekali lagi. Ao. Takeyama Aoki. Satu kelas dengan Sakura. Peringkat 4.
Rasanya Sakura benar-benar putus asa. Kalau si Ao itu benar-benar bilang pada temannya kalau dia mengenal Sakura, ke depannya pasti Sakura akan stres.
Kakinya berjalan lunglai menjauh. Menuju kamar mandi. Menutup dan mengunci pintu, lalu menangis sejadi-jadinya di sana. Sakura merasa, Tuhan tidak adil. Kalau dia diciptakan bodoh, lalu untuk apa dia diterima di sekolah elit ini? Mendapat peringkat terbawah dengan nilai paling jelek lebih menyakitkan dari pada tidak diterima sejak awal.
Saat bel akan berdering 5 menit lagi, Sakura menyudahi tangisannya. Dia berusaha agar tidak terlihat habis menangis. Baru saja keluar dari kamar mandi, matanya sudah disambut pemandangan raven gelap itu. Dia tidak bisa menghindar karena kelasnya berada di sebelah papan informasi.
Sakura memutuskan berlari menuju kelas. Saat Sakura memutuskannya, Sasuke masih berbicara dengan temannya. Tapi tepat saat dia melintas di depan Sasuke, dia malah berbalik. Sakura menggerutu dalam hati, namun ada yang lain di sana. Sesuatu yang begitu hangat, namun setengah terasa.
🌸
Akhir-akhir ini,warna pink berhamburan di musim panas. Liburan musim panas ini, Sasuke hanya berdiam diri di rumah. Dia tidak tertarik dengan piknik, pantai, dan semacamnya. Sama seperti sebelumnya.
Namun kali ini, musim panas agak berbeda. Warna pink selalu terlihat di mana. Di pinggir jalan, di depan toko mainan, rumah-rumah tetangga, taman, dan masih banyak lagi. Mulai muncul tanda tanya di kepala Sasuke. Siapa dia? Sepertinya otak Sasuke berkata kalau dia pernah melihat si pink ini. Di mana?
Meski tak tertarik dengan kegiatan liburan, Sasuke tetap keluar dengan teman sebayanya saat festival. Kali ini Sasuke hanya bersama dengan Naruto. Yang lainnya sibuk dengan urusan masing- masing.
Mereka berdua menyusuri jalan setapak, meneliti setiap kedai di pinggirannya. Naruto yang paling sering minta berhenti. Kali ini, dia minta Sasuke menunggunya memilih dango mana yang paling besar. Karena bosan, Sasuke mengalihkan pandangannya.
Lagi-lagi, warna pink. Naruto selesai memilih namun Sasuke tetap diam. Dia memperhatikan si yukata bermotif sakura yang tengah bercanda ria dengan temannya. Rambut merah muda itu diikat sedemikian rupa hingga menampakkan leher putih yang berkilauan diterpa cahaya festival.
"Sasuke, ini punyamu." Naruto tak ditanggapi Sasuke. Dia mengikuti jejak pandangan Sasuke, dan menemui seorang gadis merah muda di sana.
"Naruto." Panggil Sasuke lirih.
"Iya?"
"Apa kau mengenalnya?"
"Oh, dia. Namanya Haruno Sakura. Memangnya kenapa? Kau suka dia?"
"Tidak. Hanya saja dia jadi sering muncul di depanku."
"Benarkah? Ekhem... tapi menurutku, kau jangan dekat-dekat dengannya."
"Kenapa? Bukankah kita satu sekolah dengannya."
"I-iya, sih. Tapi, dia mendapatkan nilai dan peringkat terendah. Maksudku, martabatmu sebagai nomor satu bisa jatuh kalau dekat dengannya." Jelas Naruto canggung.
"Oh, begitukah?"
"A-ah, sudahlah. Sebaiknya kita pergi. Ayo!" Naruto mendahului Sasuke. Sebelum berbalik, Sasuke menatap Sakura lekat. Lalu, tersenyum sinis padanya.
🌸🌸🌸
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top