Sakuma Brothers
[ Sakuma Brothers ]
.
.
.
Rei mengintip ke arah peti miliknya yang terbuka, menampakkan sosok seorang gadis mungil yang memejamkan mata. Pemuda itu tersenyum, heran sekaligus terhibur. Tumben sekali gadis itu datang kemari.
"Kinshiro jou---"
"Biarkan aku tidur sebentar dan akan kuberikan koleksi foto Ritsu kepadamu, Sakuma-san."
"Ah, selamat tidur, kalau begitu. Ingin teh hangat setelah bangun? Atau wine? Atau ... darah?"
"Memangnya kau bisa bawa wine ke sekolah ... dan apa-apaan dengan darah, aku tidak sebangsa denganmu ...."
Chiyo membuka sebelah mata, mendapati Rei yang tersenyum geli. Pemuda itu merentangkan tangan, lalu mengelus-elus pelan pucuk kepala sang gadis.
"Kupikir Kinshiro jou-chan susah tidur itu mitos," Rei bergurau tanpa menghentikan elusannya, "Apa perlu kunyanyikan lagu pengantar tidur?"
Kali ini, Chiyo menghentikan gerakan tangan itu, lalu menjauhkan tangan Rei dari kepalanya. Dengan gerakan lesu, ia mulai menutup peti, tetapi berhenti tepat sebelum benda itu tertutup, lalu berkata:
"Tidak butuh, tapi ...."
Gadis itu tampak ragu-ragu sesaat, sebelum akhirnya melanjutkan, "... tetaplah bersamaku hingga aku bangun, Sakuma anija."
Kemudian, peti itu tertutup. Rei yang melihatnya hanya tersenyum simpul, berpikir bahwa nama panggilan itu datang dari influensi adik sang pemuda.
.
.
.
"Kenapa Kicchan ada padamu?"
Ritsu berjalan memasuki ruang klub Light Music dengan wajah cemberut dan langkah gusar. Tanpa menyapa dan basa-basi formalitas lainnya, sang pemuda membuka peti dan mengintip ke dalam, lalu menghela napas lega melihat gadis yang tertidur di dalamnya.
"Kalau Ritsu ingin tidur di peti juga, aku bisa menyiapkan untukmu. Atau kau ingin satu peti berdua---"
"Diam, kau menjijikkan."
Mendengar jawaban sinis dari sang adik, Rei mengeluarkan rengekan "Eeeeh?" pelan, tetapi tidak digubris.
"Aku tidak berpikir dia akan kabur kemari ...," Ritsu bergumam, mengerutkan kening. Rei mengangkat sebelah alis.
"Apa terjadi sesuatu pasa Kinshi---"
"Bukan urusanmu."
Rei kembali cemberut, lalu menghela napas. Ia berjalan mendekati sang adik dan teman seangkatannya itu, lalu berjongkok di sebelah adiknya dan bersiul pelan.
"Memang bukan, tetapi Kin ... Chiyo jou-chan 'kabur' padaku, jadi secara tidak langsung, aku terseret juga, bukan?"
"Logika apa itu ...."
Rei tertawa, tetapi tidak membalas. Ia hanya menatap Ritsu sambil tersenyum simpul, yang dibalas dengan kerlingan sinis.
"Ayolah, Ritsu."
"...."
"Kau---kita sedikit menganggapnya seperti keluarga karena kemiripan fisik dan hobi tidur yang sama. Tidak ada salahnya membantu, bukan?"
"Kalau bisa kubantu, sudah kubantu dari dulu ...."
Ritsu menghela napas, lalu kembali menatap sosok tidur sang gadis dengan tatapan muram. Ia membuka peti perlahan-lahan, lalu menjulurkan tangan dan memainkan ujung rambut ikal sang gadis, tampak tercenung sejenak.
"Dia tidak tidur nyenyak setelah keluar dari rumah sakit beberapa hari lalu," Ritsu bercerita, irisnya tampak sedikit muram, "Dan sepertinya terjadi sesuatu antara dia dan Ecchan. Aku mencoba mencari tahu, tapi mereka berdua tutup mulut soal ini dan yang lain juga tidak mengerti perkaranya apa."
Rei bersiul pelan, tanda bahwa ia mendengarkan. Sang pemuda menjulurkan tangan dan mengelus-elus kepala Chiyo (lagi), lalu tersenyum tipis.
"Kalau begitu, yang bisa kita lakukan hanyalah membuat Chiyo jou-chan lebih tenang dan membuatnya berpikir dengan kepala dingin," Rei berkomentar, kembali tersenyum ke arah Ritsu.
"Kau mengenal Chiyo jou-chan lebih baik dari diriku, Ritsu. Kau percaya dia bisa mengatasinya, bukan?"
Ritsu mendengkus. Ucapan Rei tidak salah, tetapi ia juga tak mau mengakuinya.
Erangan pelan terdengar dari dalam peti; memperlihatkan Chiyo yang mengerutkan kening dan tampak tak nyaman, membuat Sakuma bersaudara sontak menarik tangan mereka. Keduanya menatap intens sosok tidur sang gadis, takut sudah membangunkan, tetapi gadis itu hanya berguman tak jelas sebelum akhirnya membalikkan badan dan mendengkur halus.
Tanpa sadar telah menahan napas, Ritsu dan Rei mendesah lega di saat yang bersamaan, lalu saling lirik melihat reaksi kembar tersebut.
"... Sebaiknya kita membuatkan teh untuk Kicchan saat dia bangun," usul Ritsu, kembali menatap gadis yang tertidur itu.
"Setuju," Rei menimpali, tersenyum tipis.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top