PROLOGUE
Wadah dari sang raja kutukan, Ryomen Sukuna rupanya adalah seorang pemuda berwajah naif bernama Itadori Yuuji. Ciri-cirinya berambut pendek di cat merah muda, tubuhnya pun tegap dan tinggi, nampak atlentis dan kuat. Semua fotonya menunjukan dirinya yang sedang tersenyum lebar bersama dengan teman-temannya, tipikal seorang remaja normal yang ramah pada setiap orang.
*Srek *Sret
Ruangan yang begitu sepi jadi menojolkan suara kertas foto yang di sebar oleh seorang pemuda berpakaian serba hitam. Tepat di bawah kipas angin baling-baling, remaja itu duduk sendirian di sofa panjang berwarna abu-abu.
Sesekali dia berdehem lirih, sepasang mata sewarna batu emerald bergulir ke kanan dan ke kiri, menilai bagaimana kesannya terhadap Itadori Yuuji.
Pada pundak kanannya, dia pun menjepit ponselnya yang sedang terhubung dengan pihak luar. "Hmm. Aku mengerti," balasnya sambil mengangguk kecil pada orang di seberang sana. Dari apa yang telah di dengarnya barusan, sepertinya malam ini bukan hanya Itadori Yuuji seoranglah yang harus di waspadainya.
Tapi siapa peduli? Targetnya bukanlah Itadori Yuuji melainkan jari Sukuna lah yang saat ini sedang di perebutkan oleh para pemburu hadiah.
OXO
Di bagian dalam pelosok hutan, pada saat pertengahan malam bulan purnama. Dua orang remaja berseragam SMA baru saja selesai menyelesaikan pertarungan sengit dengan sebuah kutukan tingkat-2.
Satu perempuan, satu laki-laki. Keduanya pun diam di tempat, mengambil nafas dalam-dalam sambil menyeka keringat, darah, atau bahkan lumpur yang menempel pada tubuh mereka yang sudah letih dan penuh akan luka.
"Oi Itadori....." panggil remaja perempuan itu pada temannya yang berjarak paling dekat dengan mayat kutukan. "Cepat ambil jarinya," pintanya kemudian, seraya mengarahkan telunjuknya ke asap hitam yang mengepul di sekitar mayat.
Pemuda yang di panggil Itadori itu terlihat sama persis dengan yang ada di foto. "Iya ya," jawabnya sedikit malas. Mengikuti arahan dari temannya, Yuuji pun akhirnya pergi mendatangi asap hitam tersebut, membungkuk, hendak memungut jari berkuku panjang yang pernah di telannya.
Tapi di tengah melakukannya, gerakan tangannya berhenti. Yuuji membulatkan kedua manik kecoklatannya, menatap heran seekor binatang berbulu putih yang entah kapan tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Ke-kelinci?" gumamnya terheran-heran. "Da-darimana datangnya?" Mulutnya pun semakin terbuka lebar, Yuuji mengerjapkan matanya dengan cepat ketika baru menyadari kelinci kecil itu tiba-tiba berlari kencang sambil membawa kabur jari Sukuna.
"TU-TUNGGUU!!!!"
Yuuji lalu berteriak sekencang-kencangnya sambil berlari mengejar makhluk tersebut. Gadis bersurai karamel yang tadi bersamanya pun akhirnya malah dibuatnya mulai ikut panik dan segera ikut berlari mengejarnya.
"Bo--bodoh!! Kenapa kau bisa lengah hanya karena seekor kelinci!!?
Gadis itu cuma bisa berlari sebentar, setelahnya ia tak sanggup mengikuti kecepatan Yuuji maupun kelinci tersebut.
Padahal Yuuji adalah anak paling lincah dan tercepat yang pernah di temuinya, bahkan katanya pemuda tersebut mampu berlari dengan kecepatan mobil. Tapi bagaimana bisa Yuuji kerepotan hanya karena seekor kelinci?
Kelinci itu berlari dengan kaki-kaki kecilnya dengan membawa jari Sukuna di mulutnya yang mungil. Setiap kali Yuuji sudah berada sangat dekat dengan si kelinci, sebelum pemuda itu melompat dan menjebaknya dengan tubuhnya ataupun tangannya yang besar, kelinci itu melompat ke samping untuk menghindarinya. Membuat Yuuji terjatuh dengan posisi wajah duluan yang menabrak tanah.
Tapi Yuuji pun masih tidak mau menyerah, dia tidak bisa kembali ke sekolah dengan tangan kosong. Apapun yang terjadi dia harus mendapatkan kembali barang pusaka tingkat khusus tersebut.
Yuuji terus mengejar dan mencoba mengiring kelinci itu untuk mendekati teman sekelasnya. "Kugisaki!!!" serunya dari kejauhan, melambaikan kedua tangannya. Seolah-olah dia memang lagi bermain sepak bola, berusaha mengiring bola dan mengumpan pada teman setimnya.
Salahkan ketidak sabarannya pemuda itu sampai bisa-bisanya keceplosan. Kelinci itu pun jadi ketakutan dan langsung mengubah arahnya, melompat ke sisi kiri dengan cekatan.
Yuuji mengulangi hal yang sama dan berakhir menggenaskan, sama seperti percobaannya yang lain. Pemuda itu lagi-lagi membenturkan kepalanya pada permukaan tanah.
Namun kali ini, Yuuji langsung bergegas bangkit berdiri dan menoleh kesana kemari mencari sosok si kelinci putih. Sampai sekitar 2-3 menit dia terus berdiri di sana.
"Eh!!?" seru pemuda itu terkesikap. Sekarang dia tidak menemukan kelinci tersebut dimanapun. "Kugisaki.....apa kau lihat kelincinya?" tanyanya pada temannya di belakang.
"Ti--tidak....." jawab gadis itu. Perempuan bermarga Kugisaki itu juga dibuat kebingungan akan lenyapnya sosok hewan mamalia tersebut. Mau berapa jauh mereka melemparkan pandangan pada sekeliling daerah tersebut, satu jejak kaki pun sudah tidak terlihat lagi.
OXO
Sementara kedua remaja tersebut sibuk mencari-cari Shikigami berwujud kelinci itu. Nampak ada seorang pemuda berjaket hitam yang berdiri di atas tebing, tepat di atas mereka berdua, yang melepaskan tenik Jujutsu nya sebelum menarik jari Sukuna dari lubang bayangan ciptaannya.
"Ini sudah yang ketiga," gumamnya seraya mengantongi barang pusaka tersebut.
Sebelum meninggalkan tempat tersebut. Dia mengambil waktu untuk mengintip ke bawah sana, mungkin karena sedikit penasaran akan reaksi para remaja tersebut setelah kehilangan jari Sukuna. Lalu di lihatnya bagaimana Itadori Yuuji diomeli habis-habisan oleh teman sekelasnya, Kugisaki Nobara.
Senyuman kecil lantas terpatri pada wajahnya yang tertutup tudung jaket. Pemandangan itu sedikit menarik baginya yang tak pernah berteman baik dengan anak seumurannya.
Pemuda itu tertawa sebentar lalu barulah dia pergi meninggalkan tempat tersebut, menghilang dalam kegelapan malam bersama dengan kedua Shikigami berwujud dua anjing besar berwarna putih dan hitam yang berjalan di sisi kiri dan kanannya.
OXO
Fushiguro Megumi adalah namanya, seorang keturunan dari pria Zen'in yang telah gagal mempertahankan kehormatannya. Ayah kandungnya sekarang disebut-sebut sebagai pembunuh penyihir Jujutsu, seorang pria yang terkenal akan kekejamannya.
Dia harus bersembunyi di balik ketenaran ayahnya, berada dalam bayang-bayang pria tersebut. Tidak ada tempat yang lebih nyaman dan aman ketimbang di sana, sangat cocok dengan dirinya yang sangat famiiar dengan bayangan.
Fushiguro Megumi jarang hadir di sekolahnya, sering absen demi membantu pekerjaan pria tersebut. Seperti malam ini, dia harus bergadang demi mencuri jari Ryomen Sukuna dari tangan amatir dua ahli Jujutsu seumurannya. Jujur saja tindakan tersebut meninggalkan sedikit rasa pahit di sekitar mulutnya.
Dan besoknya dia akan menjual barang pusaka tersebut ke tempat pelelangan bawah tanah, sebuah bisnis ilegal dimana para pengguna Jujutsu dan orang-orang kaya biasa membaur menjadi satu. Tempat yang memiliki sudut pandang berbeda, tergantung darimana kau melihatnya.
Dengan jadwalnya yang padat. Megumi kadang harus merelakan waktunya di sekolah. Namun berkat pekerjaan sampingannya, sekarang kondisi finansial keluarganya sudah jauh lebih membaik ketimbang saat cuma mengandalkan ayahnya yang hobi menghamburkan uang demi pacuan kuda atau Pachinko.
Jari Ryomen Sukuna adalah barang kutukan tingkat khusus, harga jualnya selangit. Banyak orang yang ingin mendapatkannya dengan berbagai tujuan dan salah satu dari orang-orang tersebut ialah Gojo Satoru yang sedang membesarkan wadah dari sang raja kutukan, sepertinya pria itu memiliki rencana dengan Itadori Yuuji.
Maka tak aneh apabila Megumi bertemu dengannya sekarang.
Ciri-ciri Gojo Satoru ialah dia adalah seorang pria yang tingginya mencapai 190cm, mengenakan penutup mata hitam, bersurai dan berkulit seputih salju. Pakaiannya pun serba hitam, mengenakan jaket dan celana panjang, membuat siluetnya nampak semakin jangkung dan besar.
Di sebelah Gojo Satoru. Berdiri seorang pemuda yang sepertinya mengendong tas berisikan pedang, Megumi tidak akan mengira apabila pemuda tersebut membawa suatu barang yang lebih normal karena pemuda itu nampak jelas adalah salah satu dari murid Gojo Satoru.
Pemuda itu bersurai hitam gelap, layaknya orang-orang Asia pada umumnya. Sepasang matanya sebiru indahnya batu aquamarine, bersinar redup dengan lingkaran hitam membingkai sudut dan bawah matanya. Seragam yang di kenakannya sama persis dengan punya anak-anak SMA Jujutsu yang lain, namun jaket miliknya itu berwarna putih bersih, sedangkan desain celananya masih hitam seperti yang lain.
Megumi merasa pernah melihatnya, kalau dia memang tidak salah dengar pemuda tersebut masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan Gojo Satoru.
"Yo Megumi!!" sapa Satoru di depan pintu apartemen keluarga Fushiguro, dengan lambaian dan senyuman ceria khas dirinya. "Sudah lama tidak melihatmu," katanya sambil sedikit membungkuk, menyamakan tingginya dengan Megumi di depannya.
"..........pagi-pagi begini. Ada keperluan apa?" tanya Megumi seraya menoleh ke dalam apartemennya. Sebenarnya dia sangat enggan mengubris Gojo Satoru, namun dia pun tidak mau menciptakan perkara baru dan membangunkan kakak perempuannya yang masih tidur lelap.
Bayangkan saja. Bahkan matahari saja masih belum sepenuhnya terbit dan kau sudah harus bangun meladeni seorang tamu paling menyebalkan di dunia ini.
Satoru masih dalam posisi membungkuknya, satu tangannya bertumpu pada daun pintu, seperinya agar Megumi jadi tidak bisa menutup pintunya. Pria itu menyeringai kecil lalu berkata, "Tadi Yuuji bilang. Kemarin malam ada kelinci yang berhasil mencuri jari Sukuna darinya dan Nobara......"
Sesaat Megumi masih memasang wajah datarnya, setelah itu dia tersenyum hambar. "Muridmu kurang kompeten," komennya dengan nada datar.
"Dan. Mau sampai kau menyembahku sekali pun. Aku tetap tidak akan mengembalikannya. Kalau mau kau harus membelinya dari Toji," sambungnya tepat di depan muka pria jangkung tersebut——Gojo Satoru yang di katakan mereka sebagai penyihir Jujutsu terkuat dalam jaman ini.
"Lagi-lagi ulah bapak brengsekmu itu huh......" keluh Satoru sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya aku bakal lebih bersedia membelinya kembali darimu ketimbang dari si gorila sialan itu...." ocehnya lalu geleng-geleng kepala, seolah mengasihani dirinya sendiri.
Megumi lantas menguap lebar, nampak acuh tak acuh akan ocehan Satoru. Kemarin seharian dia berputar-putar melakukan banyak hal, malamnya belum cukup tidur. Masalah yang dialami Satoru tidaklah berarti apapun baginya.
"......hubungi saja Toji. Sudah sana jangan mengangguku lagi," ujar Megumi sambil melambaikan tangannya dengan malas, mengusir Satoru seperti mengusir ayam saja.
Satoru mengabaikannya, tidak bergerak dari tempatnya dan malah terdiam sambil menggaruk pipinya. Gelagatnya yang mencoba bertingkah manis membuat Megumi ingin menamparnya.....kalau dia bisa tentunya.
"Ehh~~~ Megumi-chan kejam sekali~~" serunya ala perempuan-perempuan manja. "Padahal masih ada lelaki tampan yang ingin kekenalkan padamu," sambungnya cepat sebelum Megumi mulai menegurnya.
"Ha!!?" Megumi pun meringis jijik mendengarnya, kenapa pula Gojo Satoru bertingkah dan berbicara seperti tante-tante yang hendak menjodohkan anak-anaknya. Pria itu memang pantas di pertanyakan kewarasannya.
"Oke...oke.....sudah jangan melihatku seperti itu lagi. Kau menyakiti hatiku," keluh Satoru yang sekarang sudah bertingkah seperti sedia kalanya.
Dengan berat hati, Megumi menutup mulutnya lalu mengalihkan pandangannya ke arah pemuda yang berdiri di sebelah Satoru. Ini pertama kalinya dia bertemu atau melihat pemuda tersebut. Jadi saat Satoru bilang mau memperkenalkan orang, pasti yang dimaksudnya adalah pemuda itu kan?
Megumi sedikit tersipu saat matanya tak sengaja bertemu dengan iris sebiru dalamnya lautan milik pemuda tersebut. Walaupun kepribadiannya cuek dan dingin namun sebenarnya Megumi kurang mahir bersosialisasi. Jujur saja bertemu dengan orang baru membuatnya sedikit canggung.
"Salam kenal. Namaku Okkotsu Yuta," ucap pemuda tersebut sambil tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya. "Aku satu angkatan dengan Zen'in Maki," sambungnya. Senyumannya melebar ketika Megumi bersedia membalas uluran tangannya.
".......fushiguro Megumi," balas Megumi tanpa menjelaskan latar belakangnya sendiri.
TO BE CONTINUE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top