33
"Ini tahu kedirinya, Gaes!" seru Mama sambil membawa hidangan yang baru selesai goreng dengan bantuan nyonya rumah. Wanita paruh baya itu meletakkan piring berisi tahu warna kuning itu di tengah-tengah meja.
Setelah beberapa saat, wanita itu baru menyadari keberadaan seseorang asing di sana. "Halo, ini siapa ya?" tanya wanita itu.
"Eng... Siwi... Tante," ucap Siwi tergagap. Bingung harus memanggil apa pada putri kedua Prof Sumarto itu. Apa dia harus memanggilnya dengan gelar akademis atau gelar keluarga.
"Pacar barunya Arlan ini Kak, Kakak belum tahu?" tanya Sasa takjub.
"Oh...." Sama seperti ekspresi Arkan tadi sang Mama juga bengong sejenak, tapi wanita itu kemudian tersenyum dan menyalami gadis bernama Siwi itu.
"Salam kenal, Mamanya Arkan dan Arlan," ucap wanita itu ramah.
"Salam kenal juga, Tante," angguk Siwi.
Sebenarnya Arlan juga deg-degan mengenalkan Siwi pada Mamanya seperti ini. Karena wanita yang melahirkannya itu sudah sangat akrab dengan Lana, memperlakukannya seperti anak sendiri, bahkan memanggilnya anak mantu kesayangan. Untunglah mamanya bersikap biasa saja.
"Ayo, ayo dimakan tahu kedirinya." Sang Mama malah sibuk merekomendasikan makanan khas kotanya.
Tak lama kemudian, tuan rumah disibukkan oleh para orang tua berdatangan. Yang menjadi mega bintang tentu saja Prof Sumarto Prawirohardjo, kepala keluarga Prawirohardjo yang berjalan dengan tongkatnya. Pria itu menoleh sekilas saat melihat Siwi. Siwi mencoba tersenyum saja saat perhatian semua orang tertuju padanya.
"Ini anake sopo?" tanya Prof itu menyadari bahwa ada orang asing yang menyusup masuk ke dalam acara keluarganya.
"Pacar barunya Arlan, Yah," terang Dokter Afifah.
"Lho, ganti toh. Yah wes, nikmati pestanya, Mbak." Untungnya kakeknya itu tidak berkomentar lagi. Rupanya moodnya lagi senang karena mendengar kabar baik dari Tante Sasa dan Edwin yang akan segera punya momongan.
Arlan mengajak Siwi jalan-jalan ke taman belakang rumah Bang Reno. Ada kolam renang di sana di mana mereka bisa mencelupkan kaki di udara yang panas ini. Mereka duduk-duduk di salah satu gazebo biar terlindung dari sinar UV. Arlan membawa dua mangkuk es cendol untuk dinikmati bersama.
"Gimana menurutku keluargaku?" tanya Arlan.
"Semuanya orang hebat, aku agak minder," aku Siwi. Terutama dia merasa menjadi pusat perhatian karena menjadi pacar baru. Tadi dia juga mendengar beberapa orang bertanya alasan Arlan putus dengan yang lama. Arlan mah santuy aja dan jawab kalau dia udah bosen. Kayak terkesan playboy begitulah, padahal aslinya bucin.
"Nggak usah minder, Lana aja dulu nggak minder." Ucapan Arlan itu membuat Siwi diam sejenak. Sesungguhnya dia masih tidak percaya dia di sini diakui sebagai paca Arlan. Dia tidak mengira Arlan akan menerima perasaannya. Padahal dulu, ketika dia menjadi pacar Lana, Arlan sepertinya tidak pernah melirik cewek lain. Arlan itu memang baik, tapi dia baik pada semua wanita, bukan hanya Siwi saja.
"Apa sih alasan kamu mau pacaran sama aku?" tanya Siwi.
Arlan terdiam. Siwi itu cantik dan body-nya bagus. Bisa dibanggakan ke temen-temennya. Kalau dia jawab begitu kesannya dia cuman ngelihat dari segi fisik aja dong.
"Lan, dipanggil Kakek." Untungnya, tepat saat itu, Arkan memanggilnya, sehingga Arlan bisa kabur.
"Aku ke sana dulu," pamit Arlan. Dia meninggalkan pacarnya barunya itu dan mengikuti kakak kembarnya.
***
Votes dan komen ya Guys...
Apa aku keliru hapus bab ya... Hem sayang juga padahal chapter 31 udah ada yg komen.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top