ANGEL

Gadis cantik, ceria dan selalu bersikap manja hanya kepada keluarganya, pagi ini telah siap dengan seragam putih abu-abu. Irene Angel Sweet Agnesia Syarif, putri kedua dari Ali dan Prilly. Usianya dan Zie terpaut jauh, 7 tahun. Makanya jika saat Zie berjalan dengan Angel orang yang melihatnya mengira mereka seperti sepasang kekasih. Karena sifat manja Angel kepada kakaknya, wanita-wanita yang mendekati Zie merasa tersaingi, mereka tidak mengetahui jika dia adalah adik kandung Zie.

"Selamat pagi Dad," sapa Angel menghampiri Ali yang sedang menunggu sarapan sembari membaca koran ditemani secangkir black coffee.

"Selamat pagi my sweety," balas Ali. Lalu Angel mencium pipinya.

Angel menghampiri Prilly yang sedang memasak di dapur.

"Pagi Mommy." Angel ceria langsung memeluk Prilly dari belakang dan bergelayut manja.

"Pagi Sweety," jawab Prilly halus, kedua tangannya menuang nasi goreng ke piring.

Angel mencium pipi Prilly, di balas olehnya dicium di kening.

"Apa yang bisa Angel bantu, Mom?"

"Duduklah bersama Daddy. Sarapan sudah siap."

"Angel bantu bawain ini saja ya, Mom?" Angel mengankat dua piring nasi goreng sosis yang sudah siap.

Lantas dia membawanya ke ruang makan.

"Taraaa..., nasi goreng sosis ala chef Prilly sudah jadi," pekiknya ceria sambil meletakan dua piring nasi goreng di atas meja.

"Hmmm," gumam Ali mencium aroma sedap dari nasi goreng yang sudah di hadapannya. "Jadi keinget abang kamu, dia paling suka dengan nasi goreng buatan Mommy," ujar Ali mulai menyendokan nasi ke dalam mulutnya.

Prilly menghampiri Ali dan Angel membawakan telor mata sapi dan susu untuk Angel.

"Sabar Dad, satu minggu lagi kita akan berkumpul bersama seperti dulu," ujar Prilly menenangkan Ali.

"Aaaaaaa... jadi nggak sabar ketemu Abang," rengek Angel menerawang dan membayangkan kakak satu-satunya itu.

"Sudah, sudah, dimakan tuh nasi gorengnya. Nanti keburu dingin," sela Prilly.

Ali dan Angel pun menyelesaikan sarapannya. Seperti biasa, Ali akan mengantar Angel ke sekolahannya setelah itu baru dia berangkat ke kantor.

***

Gadis cantik dengan dress di atas lutut bewarna merah darah kontras dengan kulit putih mulusnya, berjalan memakai high heels dengan ceria menghampiri lelaki tampan dan gagah memakai PDH putih ala nahkoda kapal. Gadis itu dengan senyum selalu tersungging di bibirnya berhamburan ke pelukan lelaki itu. Tangan pria itu sudah terentang lebar siap menerima pelukan gadis yang sangat ia sayangi dan manjakan.

"I miss you Sweety," ucap lelaki tampan itu saat gadis mungil nan cantik sudah berada di dekapannya.

"I miss you too, Bang," balas gadis itu manja.

"Ehem!" suara deheman membuyarkan acara kangen-kangenan. "Jadi cuma adik kesayang saja nih yang dipeluk? Daddy dan Mommy nggak nih?" protes Prilly kepada anak pertamanya.

Zie menghampiri Prilly yang berdiri melipat kedua tangannya di depan dada. Memasang wajah yang pura-pura marah. Ali yang berdiri di samping Prilly hanya tersenyum bangga melihat jagoannya yang kini sudah tumbuh menjadi lelaki tampan bak titisan Dewa yunani kuno.Ketampanan yang ia punya mewaris ke anak lelakinya itu. Bulu matanya yang lentik, alisnya yang tebal, bibir merah yang terlihat tak tersentuh nikotil. Tidak sedikit wanita yang mengejar dan mengaguminya. Namun hatinya sudah terpatri kepada seorang wanita yang menunggunya di negara tercinta, Indonesia.

"I miss you, Mom." Zie memeluk Prilly menumpahkan kerinduannya selama 4 tahun berjahuan dari wanita pertama yang menduduki di hatinya.

Walau terkadang Ali, Prilly dan Angel mengunjunginya namun tetap rindu itu sangatlah besar.

"I miss you too, Captain," balas Prilly dipelukan anak sulungnya.

Ali menepuk bahu Zie dan berucap, "Selamat atas kelulusanmu, Kap! Daddy bangga denganmu."

Zie mengalihkan pelukannya kepada Ali. "Thank you, Dad!" ucapnya di dalam pelukan sang ayah yang selalu memberikannya semangat dan support.

Saat keluarga itu sedang melepas rindu, tiba-tiba ada wanita cantik, tinggi, putih berwajah kebulean menghampiri.

"Selamat untuk kelulusanmu, Ken," ucap wanita yang sudah berdiri dihadapan Zie.

Ken adalah panggilan teman-teman Zie di sana. Wanita itu berjalan ke arah Zie dan berniat untuk mencium pipinya. Namun langkahnya terhenti saat Angel bergelayut manja di lengan Zie.

"Thank you, Sofi," ujarnya singkat dengan wajah datar.

Ali dan Prilly merasakan sesuatu yang tidak beres dengan sikap Zie. Namun mereka hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Apa dia kekasihmu?" tanya Sofi dengan menunjuk Angel.

"Hai... ak---" Saat Angel ingin menjawab dengan cepat Zie memotong.

"Menurut kamu?"

Zie menarik pinggang Angel posesif. Membuat Angel mengerutkan dahinya dan menatap Zie bingung.

"It is okay. I'm sorry, Ken. Aku tidak tahu kalau kamu sudah memiliki kekasih," ujar Sofi terdengar nada kecewa.

"Aku sudah sering memberitahumu, namun kamu tidak pernah mendengarkannya."

"Karena aku tidak percaya sebelum melihatnya sendiri."

"Terus sekarang apa kamu masih ingin mengejarku setelah kamu tahu aku sudah memiliki kekasih?"

"Jika kamu mengizinkan aku akan melakukan itu."

Ali kaget mendengar jawaban Sofi yang tidak mau menyerah. Membuat Ali teringat pada wanita jalang yang hingga sampai saat ini dia masih belum bisa memaafkannya. Nadia! Ali tersenyum geli, ternyata kejadiannya di masa lalu terjadi kepada anaknya.

"Aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk hal itu. Ayolah Sofi! Banyak lelaki lain yang lebih bisa menerima dan mencintaimu. Hatiku sudah aku kunci untuk wanita lain. Aku minta kamu jangan lagi menggangguku dan mengejarku," tegas Zie pada Sofi.

"Baiklah Ken, aku tidak akan mengganggumu lagi. Maafkan perbuatanku selama ini sudah mengganggumu," ucap Sofi kecewa dan sedih.

Prilly dan Ali bernapas lega, karena ternyata Sofi menyerah dan kekhawatiran mereka pun tidak akan terjadi. Kejadian di masa lalu Ali dulu membuat mereka selalu was-was pada anaknya. Karena mereka menyadari bahwa pesona Zie yang tidak dapat ditolak kebanyakan wanita, tidak menutup kemungkinan ada yang teropsesi ingin memilikinya.

"Maafkan aku tidak bisa menerimamu hadir di hidupku," ujar Zie tegas menginginkan Sofi tak lagi mengusik ketenangannya.

"Baiklah! Aku pergi dulu. Sekali lagi selamat atas kelulusanmu."

"Terima kasih Sofi."

Acara wisuda kelulusan Ahli Nautika Tingkat III di Belanda hari ini sangat meriah dan sukses. Setelah Zie lulus SMA dia memutuskan untuk mengambil hadiah ulang tahun yang di berikan uncle-nya. Raja!

Raja memberikan biasiswa kepada Zie untuk melanjutkan sekolahnya di Belanda mengambil jurusan pelayaran. Ali tidak mempermasalahkan hal itu, karena dia sudah tahu jika dari kecil Zie menginginkan untuk menjadi pelaut seperti mommynya. Niat Zie didukung oleh Raja dan yang pasti Rizal. Namun untuk Angel dengan tegas Ali tidak pernah akan mengizinkannya untuk mengikuti jejak mommynya. Prilly!

***

"Akhirnya bisa merasakan udara di negara tercinta ini lagi," ucap Zie saat ia menghempaskan tubuhnya di King size kamar yang sudah 4 tahun ia tinggalkan.

Setelah acara wisuda, keluarga kecil itu menyempatkan berjalan-jalan mengelilingi negara yang pernah menjajah Indonesia berabad-abad. Dua minggu mereka habiskan di negara Belanda sebelum kembali ke Indonesia.

"My lovely tunggu aku," ujar Zie berbicara dengan sebuah foto berbingkai gold dengan ukuran 10R yang berdiri kukuh di atas nakas.

Bergegas Zie membersihkan diri dan ketika dirasa sudah siap ia keluar dari kamarnya. Terlihat Ali, Prilly dan Angel bersantai di ruang tengah. Angel tiduran di sofa dengan paha Ali menjadi bantalnya dan Prilly bergelayut di dada suaminya. Sungguh keluarga yang harmonis.

"Mau ke mana kamu, Zie?" tegur Ali melihat Zie meraih kunci mobilnya yang tersimpan di laci samping televisi.

"Ah Daddy ini kaya nggak pernah muda aja! Yang pasti bakalan nemuin anaknya Autie Mila lah, Dad!" sahut Angel sebelum Zie menjawab.

Zie yang masih berdiri di depan kedua orang tuanya dan adiknya hanya menggaruk tengkuknya yang sudah pasti tidak gatal dan menggigit bibir bawahnya. Ali dan Prilly terkekeh melihat salah tingkahnya Zie.

"Sudah sono Bang, kasihan tuh Kak Bella galau setiap hari karena rindu sama Abang," usir Angel yang dihadiahi jitakan sayang dari Zie.

"Enak aja kalau ngomong. Abang lakuin itu juga buat dia nantinya. Abang malu kalau berhadapan dengan Uncle Kevin dan Autie Mila, kalau belum sukses. Seperti pesan Daddy dan Mommy. Daddy dulu saja tega ninggalin Mommy, tanpa berpamitan sama Mommy pula. Masih mending Zie ninggalin Bella tapi sudah menjadi status pacar dan berpamitan baik-baik," sindir Zie melirik Ali dan Prilly.

Ali dan Prilly sudah menceritakan semua yang telah dialaminya pada Zie. Samata-mata untuk meyakinkan Zie dan membagi pengalaman kepada anaknya.

"Oh iya??? Apa itu benar, Dad?" tanya Angel penasaran dan mulai tertarik dengan cerita masa lalu orang tuanya.

"Sudahlah Zie, pergilah sekarang. Kasihan Bella sudah sangat merindukanmu," sela Ali sengaja menunda jawaban atas pertanyaan Angel.

"Baiklah Dad, Zie berangkat dulu," pamit Zie mencium kening Prilly dan pipi Ali.

Walau ia sudah tumbuh menjadi pemuda tampan, namun ia tidak malu untuk mencium orang tuanya dihadapan banyak orang sekali pun. Karena dengan itu, salah satu caranya mengungkapkan rasa sayang kepada orang tua.

"Hati-hati, jangan ngebut nyetirnya. Salam buat Autie Mila ya?" pesan Prilly.

"Siap Mom, Zie pergi dulu ya?" Zie menarik hidung mancung Angel yang masih diposisi ternyamannya.

"Aaaaaabbbaaaanggggggg! SAKIT!" teriak Angel. Zie hanya terkekeh sambil berlari menuju garasi.

Angel mengusap-usap hidungnya yang sudah pasti merah karena ulah kakaknya. Sambil mengerucutkan bibir, dia mengusap hidungnya terlihat wajahnya yang sangat menggemaskan! Tidak jauh berbeda dengan Prilly saat seperti itu. Ali dan Prilly hanya tersenyum melihat kedua buah hatinya jika saat bersama seperi kucing dan tikus. Namun saat berjahuan saling merindukan.

***

Sudah tiga bulan Zie berada di Indonesia. Seminggu setelah kepulangannya di Indonesia, Ali dan Prilly memberi hadiah atas kelulusannya. Kapal pesiar yang bernaung di bawah perusahaan penyebrangan milik Prilly, PT Gerbang Samudra. Sengaja Prilly tidak mengganti nama perusahaan yang dulu dimiliki Kurniawan. Prilly tidak sendiri menjalankan bisnisnya, karena akhirnya Arif dan Kevin mau bergabung dan menanam modal di perusahaannya. Hingga saat ini mereka bekerja sama dengan baik.

Malam ini adalah pesta pertunangan Zie dan Bella. Sengaja Ali dan Kevin mempercepat pertunangan anak mereka, mengingat hubungan mereka yang terjalin sejak mereka sama-sama duduk di bangku SMA. Usia Zie dan Bella hanya terpaut dua tahun. Sedangkan Zie masih ingin berlayar setelah ini. Hanya sebagai pengikat saja, sebelum Zie meninggalkan Bella untuk berlayar. Sedangkan Bella masih melanjutkan kuliahnya.

Setelah acara selesai, para sahabat itu pun berkumpul di ruang tengah di rumah Kevin. Seperti reuni kecil-kecilan dengan keadaan yang sudah berbeda. Memiliki keluarga masing-masing.

"Nggak kebayang sebelumnya Li, kita akan menjadi besan," celetuk Kevin membuat mereka semua terkekeh.

"Nah itulah cinta Vin, kita tidak tahu ke mana hati berlabuh. Cinta datang dengan sendirinya tanpa dipaksa dan tanpa direncanakan," jelas Ali menepuk bahu Kevin.

"Seneng ya bisa berkumpul semua seperti ini dengan keadaan yang sudah berbeda. Rasanya baru kemaren kita pakai seragam putih abu-abu. Eh ternyata kita sudah tente-tante dan om-om," sela Gritte yang duduk di sebelah Arif.

"Iya bener tuh Te, rasanya baru kemaren aku nenangin Prilly yang nangis sampe glosoran di guyur hujan lebat di depan rumah Ali. Namun Tuhan mentakdirkan mereka bersatu hingga seperti sekarang ini," timpal Mila tersenyum jahil.

"Nggak di beberin juga kali Mil, jadi malu kan kalau inget itu. Kebayang betapa cengengnya aku waktu itu," ujar Prilly langsung menyembunyikan wajahnya yang sudah merah di dada Ali.

"Tapi kalau kejadian itu tidak terjadi, nggak mungkin kan kamu menyadari kalau memiliki rasa cinta pada Ali. Dan jarak jauh membuat kalian semakin yakin dengan perasaan yang kalian punya. Kalau rasa itu tidak hanya perasaan yang sesaat," timpal Dimas.

"Iya. Betul kata Dimas!" ujar Ali menyetujui ucapan Dimas.

Saat mereka sedang bercanda gurau dan bercerita masa lalu, tiba-tiba Angel menghampiri Ali dan Prilly. Wajahnya sudah terlihat basar air mata membasahi pipinya yang chubby.

"Ayo Dad, kita pulang sekarang," ajak Angel sambil menarik tangan Ali.

"Hey Sweety, ada apa denganmu?" tanya Ali bingung dan sudah terlihat khawatir.

Belum Angel menjawab, Danu mecengkram pergelangan tangan Angel. Danu adalah anak dari Dimas dan Gina. Semua orang yang di situ dibuat bingung dengan mereka. Apalagi Dimas dan Gina, mereka khawatir Danu menyakiti Angel.

"Angel, dengerin Kak Danu dulu. Kamu kenapa menangis? Apa Kakak menyakiti kamu?" tanya Danu membuat semua orang semakin bingung menatap mereka bergantian.

Bukannya menjawab, Angel justru menepis tangan Danu dengan kasar. Danu semakin bingung dengan sikap Angel, dia berdecak menggaruk pelipisnya.

"Angel tunggu di mobil," ujarnya pada Ali dan berlalu begitu saja ke luar rumah Kevin.

Danu hanya bisa berdiri mematung melihat kepergian Angel dengan banyak pertanyaan di dalam pikirannya. Ali dan Prilly saling melihat lalu dialihkan pandangannya kepada Dimas dan Gina. Namun sama seperti Ali dan Prilly, mereka pun juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anak mereka. Ali menatap Danu tajam, Danu yang menyadari tatapan Ali mencoba menjelaskan.

"Maaf Uncle Ali, aku nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Angel. Tadi sewaktu kami sedang mengobrol dan bercanda dengan Bang Zie, Bella, Alexa dan ada Angel juga, sekaligus aku ingin berpamitan sama mereka buat berangkat ke Ausie lusa. Tapi tiba-tiba Angel pergi begitu saja sambil nangis," jelas Danu menjawab kebingungan orang-orang yang berada di tempat itu.

Ali dan Prilly merasa ada sesuatu yang saat ini putrinya rasakan. Prilly terdengar menghela napas, dan mengambil tasnya.

"Li, Pril, maafin Danu ya?" ucap Gina merasa tidak enak hati pada Ali dan Prilly.

"Kamu nggak usah merasa bersalah. Ini urusan anak-anak kita. Biar mereka sendiri yang menyelesaikan. Aku yang akan mengurus Angel." ujar Prilly mengelus bahu Gina seraya tersenyum manis.

"Hanya kesalahpahaman saja," timpal Dimas.

"Mah, kita pulang yuk! Besok pagi Lexa ada ujian," ajak Alexa pada Gritte.

"Oh iya ayuk!" Gritte bangun dari duduknya disusul oleh Arif.

"Kita pulang duluan ya?" Pamit Arif pada semua orang yang ada di sana.

"Oke, hati-hati. Makasih ya?" ucap Kevin menjabat tangan Arif dan memeluknya.

Setelah Gritte mencium pipi Prilly, Mila dan Gina bergantian, lantas mereka pulang lebih dulu.

"Maaf Uncle bukan maksud Danu membuat Angel menangis," sesal Danu selepas keluarga Arif pergi sambil menundukan kepalanya.

Ali berdiri menghampirinya, tersenyum dan menepuk bahu Danu.

"Ini masalah waktu saja. Kalian belum sama-sama menyadari. Sudahlah, Uncle yakin kamu dan Angel bisa menyelesaikan ini."

Danu mengerutkan dahi ia tidak memahami ucapan Ali. Dimas yang melihat kebingungan anaknya menepuk bahunya dan dia rengkuh bahu Danu untuk merangkulnya.

"Sudah kita pulang saja. Pikirkan dan renungi ucapan Uncle Ali nanti di kamarmu saja," ucap Dimas lalu terkekeh menyenggol lengan Ali dengan sikunya. Ali malah ikut terkikih, Dimas dari dulu tak pernah berubah, humoris dan suka bercanda.

"Ya sudah kalau begitu. Kita pulang dulu ya?" pamit Gina mencium pipi Mila dan Prilly bergantian, lalu mengajak Dimas dan Danu keluar.

Keluarga Danu pun berlalu dari rumah Kevin, tinggal keluarga Ali.

"Kita juga pamit ya Vin, kasian Angel menunggu di mobil," timpal Ali menyalami Kevin dan memeluknya.

"Oke. Hati-hati ya kalian di jalan," pesan Mila pada calon besannya itu.

Zie pun menyalami dan mencium tangan calon mertuanya. "Zie pamit ya Ma, Pa."

"Iya, hati-hati kamu menyetirnya," pesan Kevin menepuk-nepuk punggung Zie.

"Iya, Pa," sahut Zie patuh dan sopan.

Mereka semua mengantar keluarga Ali sampai di teras rumah.

"Hati-hati ya Mom, Dad, Honey," pesan Bella setelah keluarga calon suaminya masuk ke dalam mobil.

Mereka saling melambaikan tangan, mobil yang dikemudikan Zie pun keluar dari pelataran rumah Kevin.

Sesampainya di rumah, Angel langsung berlari mendahului kakak dan orang tuanya masuk ke dalam rumah tanpa berucap sepatah kata pun.

"Tuh Mom, Dad, lihat! Sepertinya ada sesuatu sama Sweety," ujar Zie yang baru saja keluar dari mobil.

"Sudah ah! Besok saja kita tanyakan pada Sweety. Biar dia menenangkan dirinya sendiri dulu," ucap Ali lalu mangajak Zie dan Prilly masuk ke dalam rumah.

#########

Satu part lagi ending. Sumpah, panjang banget cerita ini. Dari masa SMA sampai mereka punya anak sudah gede-gede. Wkwkkwkwkwk lol

Terima kasih untuk vote dan komentarnya ya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top