9. Confession

Acara perayaan akan digelar lusa. Sedangkan yang dilakukan oleh si tokoh utama hanya duduk diam bersandar pada punggung kursi. Melihat lurus ke arah jendela yang menampilkan tumpukan salju kian tinggi. Abu-abu. Hari hendak berganti, malam semakin mendekat dan itu berarti waktu untuk pulang.

Tapi aku malas.

Jika dulu menjelang hari ulang tahun akan selalu menjadi moment yang paling menyenangkan, paling dinantikan, sekarang tidak lagi. Aku semakin cemas.

"Ternyata masih di sini?"

Shizu menarik kursi di sebelah kanan. Suaranya menarikku dari lamunan. Aku hanya berdeham singkat, jawaban tanpa minat yang entah mampu didengar atau tidak.

"Diluar dingin sekali. Ayo pulang bersama."

Aku memperhatikan Shizu yang sedang menutup mata. Tangan disaku dan tubuh disandarkan pada pinggiran kursi. Perasaan bersalah selalu muncul berkali-kali lipat tiap melihatnya. Setidaknya harus ada satu orang yang tahu bagaimana keadaanku. Setidaknya aku harus meninggalkan jejak, supaya mudah dicari ketika benar-benar hilang.

Meski tidak berharap ditemukan, meninggalkan tanpa pesan terasa tidak sopan.

Mulutku terbuka, bersiap mengatakan segalanya. Namun tidak ada suara yang keluar. Seperti ada ganjalan besar pada tenggorokan yang membuat suara itu tersangkut. Aku menarik napas dalam, kemudian menatap langit-langit kelas. Menahan segalanya seorang diri dalam kurun waktu lama sangat berat. Tidak pernah terpikirkan, jika untuk melepaskan beberapa bagiannya ternyata terasa jauh lebih berat.

Seperti memaksa masuk tumpukan karton bekas pada suatu wadah, kemudian menyiramnya dengan air supaya bisa memuat lebih banyak karton lagi. Lantas ketika terlalu penuh dan berjamur hingga menimbulkan bau tak sedap, mengeluarkannya satu persatu menjadi sangat sulit. Karton-karton itu sudah menempel satu sama lain.

Seokjin Hyung, dia sudah membalas pesanku dan bersedia untuk ditemui. Cukup sulit membujuk sepupuku yang satu itu. Dia bilang tidak mau merepotkanku, toh beberapa hari lagi dia akan datang ke rumah. Merayakan ulang tahunku seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku bisa bertemu dengannya nanti, tanpa membuatku kelelahan karena perjalanan yang cukup panjang.

Tapi aku menolak.

Pasti tidak leluasa jika dia yang menemuiku. Keluargaku ada di sini, bagaimana mungkin aku bisa menggali informasi sesuka hati. Setelah itu aku akan menemui kakek dan nenek. Seharusnya mereka berdua tahu lebih banyak dan lebih baik dari Seokjin Hyung. Seharusnya.

"Aku minta maaf, tapi sepertinya kita tidak bisa berteman lagi."

"Apa kau terbentur sesuatu? Bicaramu melantur terlalu jauh, Taehyung."

Shizu bahkan mengatakannya tanpa mau repot-repot menatapku. Aku ini terdengar tidak masuk akal bagi sebagian orang. Tapi bagiku ini merupakan hal yang paling tepat. Jika kami berdua tetap mempertahankan pertemanan seperti ini, akan ada satu orang yang semakin terluka. Dan satu lainnya memupuk rasa bersalah terus-menerus setiap hari.

"Aku serius."

Kali ini aku berbalik, memberi perhatian penuh pada sosok gadis di sampingku. Berharap akan diberi reapons serupa. Namun Shizu tetap pada pendiriannya. Dia tidak mau mendengar apa yang kuucap. Posisinya masih sama seperti sebelumnya. Bersandar pada punggung kursi, tangan dilipat di atas perut, sambil menutup mata.

Situasi saat ini sangat canggung. Rasa percaya diri yang kupunya perlahan terkikis habis. Rasa ragu mulai muncul. Sedih dan berat sebernarnya, selain itu aku juga merasa malu.

Malu karena baru sekarang hendak mengakui kebohongan. Padahal ada banyak sekali waktu jika aku memang berniat untuk mengakuinya sejak awal. Manusia selalu dihantui oleh rasa takut pada hal-hal yang tidak pasti. Hal-hal yang belum diketahui akhirnya. Dan mengabaikan hal-hal yang sudah jelas menakutkan.

Aku selalu takut jika kejujuranku akan mengecewakan Shizu, membuatnya marah padaku. Padahal selalu terdapat dua kemungkinan. Memang, anak itu pasti kecewa padaku. Dia pasti marah. Namun kemungkinan dia tetap mau berteman denganku masih ada. Hanya saja aku takut kecewa. Tidak mau berharap terlalu banyak, jadi kemungkinan kedua itu dengan sengaja kulupakan.

"Aku tidak pantas berteman denganmu. Ingat perkataanmu di kedai es krim beberapa hari yang lalu?" Shizu tetap diam, aku mengulas senyum tipis. Tahu pasti jika hal ini tidak akan berjalan dengan baik. "Katamu, kau benci dibohongi. Dan aku sudah membohongimu sejak lama. Karena itu, kurasa aku tidak---"

"Apa yang selama ini kau sembunyikan? Sebuah rahasia? Kurasa setiap orang pasti memiliki rahasia, jadi aku akan baik-baik saja."

"Kau tidak mengerti---"

"Menurutmu apa aku bisa mengerti sesuatu yang tidak kuketahui? Apa yang bisa dimengerti jika tidak ada penjelasan sama sekali?"

"Aku seorang penipu."

"Kau konyol."

Bagi sebagian orang ini memang terdengar konyol. Bahkan aku sendiri sempat berpikir sama seperti itu. Dan ternyata Shizu juga punya pemikiran yang sama. Lagi-lagi aku hanya bisa menarik napas dan memgembuskannya dengan kasar. Menatap gadis Jung sebentar sebelum kembali mengalihkan pandang ke luar jendela.

"Aku sudah banyak menipu orang-orang disekitarku. Dan kau termasuk salah satu diantaranya. Aku merasa begitu jahat ketika menerima begitu banyak ucapan doa dan selamat dari teman-teman. Belum lagi perayaan yang menghamburkan banyak uang. Aku tidak bisa terus-menerus menerima hal seperti itu."

"Sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan?"

"Aku sudah menipu orang-orang dengan...," ucapku menggantung di udara. Berat sekali untuk mengatakannya. Rasanya begitu malu, sampai pita suara tidak lagi mau mengeluarakan suara yang kupunya. Tapi aku harus mengatakannya sekarang, selagi ada kesempatan. "... ulang tahunku."

Aku tidak pernah tahu jika pada akhirnya aku yang akan mendapatkan kejutan. Bukan gadis itu. Karena setelah pengakuan yang kulakukan ia malah tertawa. Kemudian mengatakan sesuatu yang tidak bisa kumengerti.

"Ternyata ini maksud perkataanmu saat itu? Dasar bodoh."

"Saat itu? Apa maksudmu?"[]








a/n:
Alohaaaa, sudah april ya sekarang. Waah berarti genap atau malah lebih dari sebulan ya aku ga update. Drama RL aku yang kalau kata temen genrenya thriller (hiperbola emang anaknya) sampe aku disaranin buat ga usah nonton2 drama lagi, karena hidupnya udah penuh sama drama :") lumayan menyita waktu. Sampai berimbas kemana-mana.

Tapi sekarang dramanya sudaaah selesai, yeay. Aku udah mulai berada di tahap pemulihan juga. Karena emang dari awal bulan kemarin aku sakit, sembuh beberapa hari, terus sakit lagi. Bahkan sampe ke tahap males narik napas, karena kalau narik napas rasanya sakit bgt. Tapi aku masih hidup jadi mustahil buat ga narik napas, yakaaaan. Ah, kalau sekarang alhamdulillah sudah lebih baik....

Makanya aku bisa update. Bentar lagi juga ini mau tamat sih, sekitar 3-4 part lagi mungkin ya. Semoga aku cepet ngetiknya.
Anyway makasih buat kalian yang udah mau nunggu ceritanya sampe sekarang ^^
Jangan lupa jaga kesehatan yaa 💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top