48 : Pinta Orang Asing

"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.

Penobatan telah selesai sepuluh menit yang lalu. Kaisar dan beberapa venator yang telah dinobatkan sebagai tim áspro berjalan menuju gerbang istana, selain untuk mengambil perlengkapan sihir, latihan khusus juga akan dilakukan di halaman belakang istana.

Hanya saja langkah mereka semua terhenti oleh seorang pria berambut hitam panjang. Warna kulitnya gelap. Dia memakai pakaian serba hitam. Entah siapa pria itu, yang pasti dia sedang berdiri di depan gerbang istana, berhadapan langsung dengan dua prajurit yang menyilangkan tombak mereka guna menghalangi jalan pria itu.

Kaisar menyuruh orang-orang yang mengikutinya untuk tetap berada di tempat mereka berdiri saat ini, sedangkan dirinya melangkah mendekati pria itu, sambil bertanya, "Siapa Anda?"

Pria itu menoleh, senyuman lebar meluncur dari sudut bibirnya, kemudian dia merundukkan badan memberi hormat. "Senang bertemu dengan Yang Mulia, saya telah menunggu kedatangan Anda," ucap pria itu.

Kaisar menatap dua prajurit di depannya, kemudian menganggukkan kepala memberi isyarat bahwa ia menyetujui tamu tak diundang ini untuk masuk ke istana. Pintu gerbang dibuka lebar, memberi jalan kepada Kaisar dan pria asing, di sisi lain ada anggota áspro yang baru ikut masuk ke dalam istana.

Pria asing itu menatap empat manusia yang berjalan di belakangnya, mereka berempat entah sedang mendiskusikan apa hingga salah satu dari mereka berusaha untuk mencolok mata seorang pemuda berambut pendek, ia terkekeh pelan kemudian mengikuti langkah Kaisar menuju aula istana.

Kaisar duduk di singgasananya yang dibalut oleh warna emas, dinyamankan dengan tempat duduk empuk, tidak terlalu mencolok tetapi terlihat elegan.

"Perkenalkan siapa dirimu," perintah Kaisar. Kepalanya menunduk, matanya menyerobot menatap pria itu, sedikit memberinya tekanan aura supaya terpatri di dalam benak orang tersebut supaya tidak memiliki rencana busuk ke istana ini.

Terhenyak. Pria itu sedikit terkejut dengan sambutan Kaisar yang menekan dirinya dengan aura. Tersenyum tipis, dia membalas, "Nama saya Gio, Yang Mulia."

Kaisar menganggukkan kepala. Salah satu kakinya terangkat kemudian ditumpukan ke kaki yang lain, kedua tangannya bersatu di atas lutut kanannya, sedangkan punggungnya merunduk ke depan.

"Apa yang bisa saya bantu?" tanya Kaisar.

"Saya ingin membawa seluruh anggota Black Wolf."

Jawaban dari Gio membuat Kaisar langsung menatap pria itu dengan tatapan menyipit curiga. Kedua tangan Kaisar saling meremas, matanya tidak beralih dari tubuh tinggi Gio, dalam benaknya ia berwaspada jikalau seseorang di depannya adalah iblis.

"Untuk apa membawa mereka?!" Nada suaranya menjadi lebih tegas, bervolume besar guna menekan Gio, Kaisar bersiap secara diam-diam untuk membunuh seseorang di depannya jikalau dia berbahaya.

Gio sama sekali tidak tersinggung ketika Kaisar menekan suaranya untuk menakut-nakuti dirinya, justru ia senang bahwa Kaisar memiliki kemampuan memimpin dengan tepat, ia cukup salut. "Saya ingin melatih mereka secara pribadi," pintanya.

"Mereka belum sadarkan diri. Pun, saya belum tentu mengizinkan mereka pergi bersama orang yang tidak saya kenal."

Gio tersenyum lebar. Tiba-tiba tubuhnya dipenuhi oleh kilatan sihir berwarna hitam dan emas yang membuat Kaisar langsung berdiri.

Pedang yang terbungkus sarung di samping tempat duduk kebangsawanannya dia tarik keluar, seketika Kaisar mengacungkan senjatanya ke depan tubuhnya, bersiap melawan Gio.

Aura pria itu menekan dan begitu berbahaya seolah berusaha menaklukkan Kaisar untuk masuk ke dalam kematian. Kemampuan luar biasa Gio membuat Kaisar menelan ludah, tetapi sang pemimpin tetap terlihat berani dengan menentang seseorang di depannya.

Kilatan sihir itu mengembang besar menyelimuti ruangan aula, angin besar ikut andil dalam pengembangannya, petir berwarna emas mencuat keluar menyambar apapun di sekitarnya. Sampai pada akhirnya kilatan itu menghilang digantikan wujud pria mulia yang membuat Kaisar menjatuhkan pedangnya begitu saja. Tidak menghitung detik, Kaisar jatuh terduduk, kemudian sujud hingga keningnya berdarah.

"Maafkan sa---"

"Rahasiakan ini." Gio memotong ucapan Kaisar cepat, dia masih saja tersenyum dengan jari telunjuknya di depan belahan bibir, membuat Kaisar menganggukkan kepala sambil bersujud.

Pria asing itu memiliki wujud berbeda dari yang pertama Kaisar lihat. Kulitnya putih bersih dibalut dengan pakaian terbuka berwarna hitam. Memakai anting emas berlambangkan bunga teratai. Ketika dia melangkah pergi menjauhi Kaisar, wujudnya kembali seperti semula, tidak membiarkan siapapun melihat wujud aslinya selain pada pria yang sedang bersimpuh di atas lantai.

Pintu aula ia buka. Sekiranya sepuluh prajurit bersiap untuk masuk dengan membawa berbagai macam senjata. Mungkin mereka datang karena merasa ada tekanan kuat di dalam aula, sehingga mereka berpikir bisa saja Kaisar dalam bahaya.

Gio memberikan senyuman ramah, menurunkan pedang yang mengacung kepadanya, kemudian berjalan pergi menuju ruang rawat mereka yang terpilih.

Prajurit-prajurit itu masuk ke dalam aula, mereka semua terkejut melihat Kaisar masih dengan posisi bersujud dengan adanya lelehan darah di lantai membuat mereka langsung menghampiri Kaisar. Sebagian Prajurit yang lain berlari keluar untuk mencari Gio, tetapi tidak ada jejak yang tertinggal, pria asing itu telah tidak ada di depan aula.

"Cepat cari orang tadi!" teriak salah satu prajurit.

Dua prajurit membantu Kaisar untuk duduk di atas kursi, ada yang mengusap kening Kaisar menggunakan pakaian yang mereka sobek, mereka semua khawatir dengan kondisi lunglai Kaisar.

"Jangan mencari dia!"

"Tapi Yang Mulia, dia---"

"Jangan cari dia!" Tekan Kaisar sambil menatap prajuritnya dengan tatapan memerintah, auranya ikut keluar untuk mengancam mereka, berkat itu tidak ada prajurit yang membangkang.

Kaisar segera melangkah pergi, tidak memedulikan kepalanya yang berdarah, ia harus segera mengikutinya. Harus.

Pintu ruang rawat terbuka. Arden yang berada di sisi pintu terkejut bukan main hingga punggungnya ia tabrakkan ke dinding belakangnya. Sejak tadi ia sibuk melamunkan rencana ke depannya seperti apa, siapa sangka tiba-tiba pintu terbuka?

Oliver, Daniel, Qenan dan Arden menatap Gio yang masuk tanpa didampingi siapapun. Keempatnya hanya bisa berdiam diri ketika pria itu berjalan mendekati tubuh Carl. Mereka hanya mengingat pria ini yang berdiri di depan gerbang istana tadi.

Yang dilakukan Gio hanyalah berjalan menelusuri tiap-tiap ranjang, menatap satu persatu korban, merasa sedih melihat kondisi mereka yang mengerikan. Hingga langkah kakinya terhenti di depan ranjang Kallen, dia menatap pemuda itu sangat lama, bahkan jemarinya ia gunakan untuk meraba perut Kallen---Lefko keluar dari dalam selimut dan menggonggong keras membuat Gio terkejut.

Daniel terkekeh keras, ia yakin pria itu tidak menyangka ada anjing di dalam selimut, hanya saja kenapa anjing itu terlihat nyaman dengan tangan pria asing?

Gio kembali melangkah dengan diikuti Lefko dari belakang. Lagi dan lagi langkahnya berhenti untuk yang terakhir kali. Ia menatap seorang pemuda lain yang terbaring di atas tempat tidur, wajah pemuda itu tampan sedikit cantik. Paras rupawannyalah yang mungkin membuat gadis cantik di sampingnya menempel terus.

Gio melihat Oliver yang terus menempel-nempelkan telapak tangan Jeri ke pipi. Namun, bukan itu yang membuat ia terdiam, melainkan ingatan lain dalam benaknya. Pelan-pelan ia menyunggingkan senyum.

Arden menatap curiga kepada Gio, ia bertanya-tanya kenapa pria asing itu menatap Kallen dan Jeri begitu dalam? Sorot matanya seperti kosong. Untuk keduakalinya ia dibuat terkejut karena orang lain, kali ini bukan hanya dirinya saja yang terkejut, tapi mereka yang sejak tadi di dalam ruangan ini ikut terkejut.

Diawali oleh Fried yang terbangun dengan wajah terkejut, lalu Rafe terbangun hingga jatuh dari atas kasur, dan disusul yang lain hingga di akhiri oleh Jeri; dia langsung dipeluk erat oleh Oliver---gadis itu menangis histeris saat tahu orang yang ia cintai telah bangun.

Mata Daniel terbelalak, senyumnya merekah, dia berkata dengan nada tinggi, "Kalian sudah sadar?!"

Len mendongak menatap Daniel dan kemudian tersenyum puas. Bersyukur ia bisa bangun, ia pikir selama ini ia berada di mimpi paling buruknya seumur hidup, ternyata semua baik-baik saja---tetapi seperti tidak baik-baik saja.

Carl dan Aaric mengelus dada, keduanya berterimakasih kepada Dewa karena telah menyelamatkan mereka.

Kallen masih terbengong-bengong saat Arden mendatanginya dan menepuk pundaknya agak kasar.

Rafe yang terjatuh ke atas lantai karena terkejut kini sudah berusaha berdiri sambil memegangi kepalanya, baru saja ia mengalami mimpi buruk, tetapi juga seperti bukan mimpi.

Viktor sibuk mengusap kepalanya, ingatan di dalam dirinya terasa kacau hingga menimbulkan pusing.

Theo meraba seluruh tubuhnya, ketika tidak ada yang sakit ia menghela napas panjang.

Sedangkan Jeri membiarkan dirinya dipeluk erat oleh Oliver, meski nyatanya ia sendiri dalam kondisi linglung.

Di sisi lain hanya Kartel yang masih berbaring sambil terus melanjutkan tidurnya, kepalanya terlalu sakit hanya untuk dibuat bangun, jadi ia memilih terus berdiam diri dalam baringnya.

Theo terkejut dengan adanya Fried, dia menunjuk temannya dengan jari yang bergetar. "Kau di sini?" tanyanya lirih.

Fried menoleh ke Theo, dia juga tadi terkejut karena tiba-tiba bangun sudah bersama teman-temannya. Dia berkata keras, "Sialan, aku tidak berhasil membawa bosnya!!!"

Ada suara Fried, Viktor langsung berdiri di atas kasur dan menunjuk Fried emosi. Bahkan dia melempar bantalnya ke wajah Fried. "Manusia laknat! Ke mana kau pergi! Dasar sialan! Kami mencarimu ke mana-mana! Kau tidak tahu kita melawan iblis sialan itu! Kami semua mati!!!"

"Bukannya kau masih hidup?" sahut Rafe. Dia mendongak menatap Viktor yang heboh sendiri setelah bangun.

Oliver tertawa pelan melihat tingkah teman-temannya ketika sadar. Ia masih saja memeluk Jeri, senang sekali rasanya tatkala Jeri tidak menolak pelukannya. Sedangkan Gio menikmati wajah-wajah heboh orang-orang yang akan ia latih, sesekali mencuri pandang ke Kallen dan Jeri.

Viktor terdiam. Kemudian dia meraba seluruh tubuhnya dan mengecek hidungnya. Ia masih merasakan rabaan dan masih bernapas, itu berarti ia masih hidup. Seketika dia tersenyum lebar. "Aku pikir aku sudah di surga hahaha ... " tawanya keras.

"Kau semakin gila, ya?" seloroh Theo kepada Viktor.

Saat matanya hendak menatap Theo, matanya sudah menemukan Qenan berdiri di samping Daniel. Ingatannya merekam dengan jelas iblis itu mengatakan hal tentang Qenan.

"Kau! Berani sekali bersekongkol dengan iblis sialan itu!" teriak Viktor sambil melompat turun, dia berjalan cepat menuju Qenan, tetapi tiba-tiba Daniel berdiri di depannya berusaha menghalang-halanginya.

"Minggir sialan! Kau bersekutu dengan iblis juga?!" Viktor berusaha mendorong Daniel pergi, tetapi temannya itu sama sekali tidak bergerak dari tempatnya, membuat ia marah.

"Apa maksudmu?" Daniel menahan tangan Viktor yang berusaha memukul Qenan.

Punggung Qenan menempel pada dinding, ia menatap sorot mata kebencian Viktor, tetapi ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga Viktor marah.

"Apa yang kau maksud Viktor?" Aaric yang sejak tadi diam akhirnya membuka suara, matanya menatap Viktor meminta penjelasan, sedangkan hatinya bertanya-tanya.

"Iblis itu berkata kalau Qenan telah berhasil membimbing kita!" Jari telunjuk Viktor mengarah pada Qenan, matanya menjadi bengis tatkala melihat Qenan terlihat terkejut. "Kau jangan berpura-pura!" sungutnya sambil berusaha meraih Qenan, tetapi oleh Daniel terus dihalangi.

"Pantas saja iblis itu seolah mencari kita saat itu," gumam Carl. Dia mengusap dagunya, masih teringat juga dalam pikirnya tentang bagaimana iblis itu tiba-tiba ada di tengah-tengah mereka dan bertanya kelompok mereka yang lain di mana.

Bukankah itu tidak sekedar hanya kebetulan? Terlebih Qenan pun tidak ikut dalam misi penyelamatan.

"Hey, Qenan tidak mungkin seperti itu, aku percaya pasti dia tidak seperti itu!" bela Daniel. Ia mendorong sedikit kasar tubuh Viktor hingga dia melangkah mundur beberapa langkah.

"Kau jangan membelanya Daniel!" sentak Viktor.

"Kau berkata apa, Daniel? Bahkan gara-gara dia, kita diserang iblis kuno! Dia ini vampir! Asal kau tahu!" Arden ikut berbicara, membuat semua manusia yang ada di sana terkejut, bahkan Jeri sampai melepaskan diri dari pelukan Oliver demi menatap Qenan dengan jelas.

Qenan terdiam. Kepalanya tertunduk. Dia menarik pelan tangan Daniel untuk tidak melakukan pembelaan apapun tentang dirinya. Pandangan takutnya menatap Jeri, ia menggelengkan kepala kepada pemuda itu, berharap Jeri percaya kepadanya.

Namun, Jeri sama sekali tidak merespon Qenan, dia hanya duduk sambil terus menatap pemuda berambut perak dengan tatapan datar seperti biasanya.

"Dia vampir?" Theo membeo.

"Qenan seorang iblis?" Oliver menatap tidak percaya ke Qenan.

"Bajingan sialan!" umpat Fried, dia menatap nyalang pada Qenan, meski sebenarnya ia tidak percaya kalau Qenan adalah iblis.

Len tersenyum misterius. Sejak pertandingan terakhir, ia sudah banyak menebak, ia tidak terlalu terkejut dengan fakta tersembunyi seorang Qenan.

"Kenapa kalian begitu marah? Bukannya di tim kita juga ada iblis??" Rafe adalah satu-satunya orang yang berwajah polos saat ini, dia menunjuk Kallen dan Arden, kemudian menatap Kartel yang tertidur.

Len dan Carl menepuk kening lelah dengan kelemotan Rafe. Kallen mendengus. Arden menunjukkan jari tengah kepada Rafe. Aaric menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bukan begitu konsepnya, sialan!" maki Theo sambil melemparkan bantal ke dada Rafe, ia ingin sekali menendang kepala pemuda itu, tetapi jarak mereka terlalu jauh.

"Jelaskan padaku apa maksud kalian!" Jakob tiba-tiba datang dengan wajah datar, matanya menatap Qenan tanpa perasaan, sedangkan tangannya menutup pintu dengan pelan.

Mereka semua terdiam, sejak kapan Jakob di sana?

Pintu kembali terbuka, kali ini Kaisar yang masuk, ketika matanya berusaha mencari Gio di sekeliling, dia berada tidak jauh dari Jeri dan Oliver.

"Jelaskan juga kepadaku," katanya.

Kaisar juga mendengar bersama Jakob di belakang pintu tadi. Mereka pikir kenapa anak-anak ribut, ternyata pembahasan cukup sensitif. Ia dan Jakob terkejut dengan apa yang Viktor teriakkan atau yang Arden sebutkan, tetapi ada hal lain yang ingin Kaisar tahu melalui Jakob.

Di tim Jakob ada iblis lain selain Qenan, Kaisar mendengar seseorang menggerutukan persoalan iblis lain ini, jika ada kesempatan akan ia bahas dengan Jakob. Tidak mungkin pria itu mengkhianati manusia.

Secara rinci Theo, Viktor dan Fried menceritakan sepenuhnya dari awal mereka bertemu Emma hingga akhir mereka seolah binasa. Dari Fried yang hilang, dari mereka melawan Gavrill, dari mereka menemukan fakta bahwa Qenan berhubungan dengan iblis itu, sampai detik di mana mereka semua dimasukkan ke dalam buku.

Arden ikut menambahi ketika mereka mencari bunga leven, dia menjelaskan keseluruhan yang ia tahu selama melawan Rhodes tanpa dikurangi dan dan ditambahi, dia tidak ingin curang. Lagi pula, sedikit menghancurkan rasa percaya manusia itu seru, kan?

"Qenan tidak seperti itu! Aku yakin iblis itu berusaha menjatuhkan Qenan!" Kembali Daniel membela Qenan.

"Bukan berarti fakta dia iblis itu hilang, kan?" Arden memojokkan Daniel menggunakan kata-katanya, diakhiri dengan seringai licik, membuat lawan bicaranya tidak bisa berbicara.

Kaisar langsung memasukkan Qenan ke dalam sangkar yang ia ciptakan menggunakan sihir, tidak lupa juga memberikan pengikat kepada kaki dan tangannya, pengikat itu bisa meniadakan energi sihir seseorang.

Tiba-tiba Akash datang dan langsung membawa Qenan, dia hilang dalam hitungan detik bersama Qenan yang berada di dalam sangkar, sedangkan Kaisar menatap serius pada pemuda di depannya.

"Ada lagi yang ingin kalian sampaikan?"

Sedangkan, di balik pintu yang tidak terlalu tertutup rapat, sebuah siluet terlihat sedang menyeringai. Dia berjalan pergi, kedua tangannya saling menjentik pelan, dan bibirnya bersiul-siul. Matanya yang menyalak-nyalak terlihat sedang lapar, pikirannya bermain bagai puzzle, hingga wujudnya berhasil ditelan kegelapan bersamaan dengan kabar miring yang terus menggunjing.

Iblis menyusup bersama manusia ...

... Yang pernah membunuh William Roger, putra semata wayang dari menteri keuangan---Keandre Roger dengan Theresea Roger, berada di tim Black Wolf.

15 April 2022

Ersan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top