Pengatur imajinasi
~
Isabel sedang memperlihatkan buku catatan cokelat pada Dirga. Ada beberapa misi yang belum sempat Isabel buka sebelumnya. Namun hanya soal kejadian yang sudah terjadi dan sepertinya berhasil ia lewati.
Ada sekitar tujuh misi.
Misi tentang gunung Amazon, tentang menolong Sandra, juga misi soal Aksara. Dirga bisa menebak jika tokoh utama kali ini Sandra dan Aksara. Isabel mengangguk membenarkan ketika Dirga bertanya.
Tuk
Tuk
Tiba-tiba Fiona mengetuk pintu kamar Isabel. Benar. Isabel membawa Dirga ke dalam kamarnya karena ia berpikir itulah satu-satunya tempat teraman.
"Apa Mah?" Isabel hanya berteriak enggan membuka pintu.
"Teman kamu kasih minum kek.." Fiona pun berteriak dari luar. Sepertinya ia sengaja mengganggu.
Kesal, Isabel membuka pintu setelah meminta Dirga menyembunyikan catatan itu.
"Gak perlu Mah. Kita cuma ngobrol bentar.." Ujar Isabel yang hanya membuka sedikit pintu kamarnya.
"Ngapain kamu?" Bisik Fiona. "Dia bukan Angkasa kan? Katanya pacaran sama Angkasa? Kenapa bawa cowok lain masuk ke dalam kamar? Belajar nakal ya kamu?" Fiona masih berbisik-bisik berharap Dirga tidak mendengar. Namun suara itu tetap saja jelas.
"Kita ngobrol bentar Mah.." Isabel berusaha memberikan alasan biasa. Tapi tentu, alasan dangkal seperti itu mana bisa diterima? Saat kamu punya pacar, dan malah mengajak cowok lain masuk ke dalam kamar, kira-kira alasan apa yang normal untuk digunakan?
"Kenapa ngobrol di dalam kamar? Kenapa juga harus di kunci?" Fiona makin penasaran.
"Bentaran doang Mah. Jangan kepo deh! Sana ah!" Isabel kembali mengusir Nyonya Fiona. Tak ada alasan yang bagus memang. Biarkan dia berpikir sendiri. Nyonya Fiona itu putih dan polos, pasti pikirannya ribut sekarang.
"Awas kamu yah! Mamah laporin Pak Jendral tar sampai ke Angkasa baru nyaho kamu.." Ancam Fiona.
"Bodo!"
BRUKK!
Isabel terkekeh. Sikap Fiona sepertinya sama sekali tidak menunjukkan tentangan apapun mengenai hubungannya dengan Angkasa. Dia justru terkesan menjadi mata-mata Angkasa. Padahal dia sendiri sangat menentang keras hubungannya dengan Pak Jenderal.
"Kayaknya Lo udah dapet restu.." Ujar Dirga yang kemudian menunjukkan misi baru di buku coklat itu. Isabel sontak merebut buku itu supaya bisa lebih jelas membacanya.
• Dapatkan restu Nyonya Fiona
• Dapatkan restu Pak Jendral
"Tinggal satu lagi!" Isabel tersenyum bangga. Namun tidak dengan Dirga. Dia melengos dan duduk di ambang jendela kamar Isabel.
"Kayaknya satu lagi bakal susah.."
"Kenapa?" Tanya Isabella penasaran.
"Pak Jendral itu gak mudah." Ujar Dirga.
Isabel sempat tertegun sebelum kembali bertanya. "Gak mudah gimana?"
Dirga menghela napas kemudian menerawang ke luar jendela.
"Lo tau gak sih Angkasa punya penyakit jantung bawaan sejak kecil?" Tanya Dirga.
"Sejak kecil?" Isabel memang sudah menduga, tapi mendengarnya langsung seperti ini masih saja membuatnya gugup. Ya, mendengar orang yang kita cintai sakit, bukankah rasanya juga sakit? Dirga mengangguk mengiyakan pertanyaan Isabel. "Gue tau sejak nemu botol obat kecil itu di saku jaketnya pas kita naik gunung Amazon waktu itu. Coach bilang kalau itu obat penyakit jantung." Jelas Isabel.
"Lo panik?" Tanya Dirga terkekeh.
"Jelas.. Tapi nyatanya dia gak kenapa-kenapa. Percuma gue marah-marah sama tim sendiri." Keluh Isabel.
"Dia collapse di POS tiga.. Kita semua panik. Gandi apalagi gak berhenti nangis liat Angkasa udah gak bisa napas. Nadinya jantungnya semua berhenti. Dia hampir lewat. Untung ada tim medis khusus dan obat-obatan di POS tiga." Cerita Dirga membuat Isabel terenyuh. Ia tak menyangka ada kejadian seperti itu di gunung Amazon. Kisah itu menambah daftar panjang kejadian kelam di gunung Amazon.
"Serius?" Dirga mengangguk mengiyakan.
"Pak Jendral sengaja meletakkan tim medis di POS tiga. Padahal dia tau tubuh Angkasa, mana bisa diandalkan. Bahkan di Pos satu pun dia hampir pingsan. Harusnya dari POS-POS awal pun bantuan disediakan. Mereka sangat keras sama Angkasa."
"Separah itu Dir?" Dirga kembali mengangguk. "Gue nyesel sumpah! Gue pun gak sengaja nemu botol obat itu di Pos tiga. Makannya gue baru ngotot nyusul kalian ke Pos empat." Jelas Isabel. "Terus, kenapa di Pos satu dan dua gak ada tenaga medis?" Tanya Isabel.
"Lo pikir kenapa?"
"Sengaja gitu?" Tanya Isabel heran. Dirga hanya menggedikan bahu mendengarnya.
"Wah.. Parah.."
"Dan perlu Lo tau, Pak Jenderal sering mukulin Angkasa."
"Yang bener?" Isabel sedikit tak percaya.
"Iya. Gue pernah liat sendiri.." Dirga meyakinkan.
"Kok gue makin gemes dengernya..?" Isabel bergidik sendiri.
Tapi tunggu Bukankah seharusnya mereka tidak membahas ini?
"Oh iya, Dir.. Kenapa Lo bisa masuk ke dunia Wangja?" Ini pertanyaan penting. Harusnya mereka bahas sejak awal.
"Gue pengatur Imajinasi.." Jelas Dirga singkat.
"Artinya, Lo sama dengan Pabella?"
"Bisa iya, bisa enggak. Gue gak pernah tau kalau dia pengatur Imajinasi juga. Biasanya kami tidak berbagi informasi soal beginian.."
"Kok bisa?"
"Karena di dunia Novel, kita selalu berubah-ubah sesuai dengan apa yang penulis inginkan! Kita bisa paham apa mau penulis setelah mereka menciptakan! Dan bagi yang tidak bisa satu frekuensi sama penulis, dia gak akan pernah dipilih untuk jadi tokoh utama. Gue salah satunya."
"Ah.." Isabel mengangguk paham. Meski sebenarnya kalau dipikir ulang, penjelasannya agak konyol. Ternyata ada dunia seperti itu? Pikir isabel. "Terus, gimana caranya Lo bisa di sini? Karena gak ada penulis yang cocok sama Lo?" Tanya Isabel.
"Ada.. Dulu ada. Dan dulu gue juga penulis di dunia nyata. Sampai akhirnya gue tersedot ke dunia Novel orang lain."
"Lo gak bisa balik lagi?"
Dirga menggeleng.
"Gue terjebak karena gak bisa menyelesaikan misi." Jelas Dirga.
"Artinya misi itu penting?"
"Iya. Sepenting nyawa Lo.." Jawab Dirga.
"Maksudnya?"
"Lo yang di dunia nyata bakal mati kalau sampai misi-misi itu gagal. Dan Lo gak bisa balik lagi ke sini." Ujar Dirga. Isabel langsung terdiam. Mati? Artinya tidak bertemu dengan Tante Aini, Mas Rian, Om Will, Mbak Hani..? Pikir Isabel.
"Terus gue yang di sini?" Tanya Isabel.
"Jadi pengatur Imajinasi. Kayak gue. Lo bakal masuk ke dalam Novel ini, dan Novel itu lalu berperan sebagai ini, dan itu! Terus menerus seperti itu.." Ungkap Dirga.
"Terus Angkasa? Jangan-jangan dia juga pengatur Imajinasi?" Tanya Isabel.
"Setiap tokoh dalam novel ini kita sebut pengatur Imajinasi. Tapi cuma orang-orang kayak kita yang punya ingatan panjang. Karena kita berasal dari dunia yang berbeda." Jelas Dirga. Dia tanpa lelah menjelaskan semua yang ia tahu.
"Tunggu deh. Gue gak ngerti Terus Angkasa kemana kalau Novel ini mencapai ending?" Tanya Isabel.
"Mereka melebur. Tokoh-tokoh itu hilang."
"Termasuk ingatannya?" Isabel tentu tak terima.
"Iya!" Jawab Dirga tegas.
"Artinya selama Novel ini belum sampai ending, dia ingat sama gue, terus kalau udah end, dia sama sekali gak ingat sama gue, dan kita pisah gitu?" Isabel mencoba memastikan jika kesimpulannya benar.
"Yap. Persis!" Jawab Dirga. Mengecewakan! Awalnya Isabel berpikir bisa membawa Angkasa ke dunia nyata, dan hidup bahagia bersama. Ternyata harapannya benar-benar hanya khayalan belaka.
"Apa yang terjadi kalau gue bawa Angkasa masuk ke dalam asap abu-abu itu?" Asap abu-abu?"
"Berapa kali Lo liat asap abu-abu itu?" Tanya Dirga.
"Mm.. Sejauh ini tiga kali.. Satu di rumah, di gunung Amazon, terus di toko komputer.." Jawab Dirga.
"Ah.." Dirga hanya mengangguk paham.
"Kenapa memang?"
"Gue juga sempat lihat asap abu-abu dulu.. Tapi setelah misi gue gagal, gue gak pernah lihat lagi.." Ujar Dirga.
"Kalau boleh tau, kenapa misi Lo gagal?" Tanya Isabel kembali.
"Tokoh terpenting mati.." Dirga terlihat sedih. Hatinya kembali tersayat jika mengenang kejadian itu lagi. Kebetulan, tokoh yang ia anggap penting itu adalah orang tersayangnya. Cinta pertamanya.
Arrghhhh..
Rasa sakit bagai pukulan besi itu kembali menghujam dada Isabel. Ia tiba-tiba ambruk saking sakitnya.
"Kenapa Bel??" Dirga tiba-tiba panik melihat Isabel meraung kesakitan.
Tak paham dengan apa yang harus ia lakukan, Dirga akhirnya berniat pergi mencari bantuan. Fiona. Dia akan memanggil Fiona.
"Tunggu!" Isabel menahan. Kali ini meski tangannya bergetar hebat, ia masih berusaha menahannya. "Angkasa. Dia gak baik-baik aja sekarang.." Ia bisa pastikan itu. Angkasa pasti sedang kesakitan!
Ikatan Batin..
Nyoya Arini..
Sakit..
Tapi untuk apa aku merasakan semua ini jika akhirnya hanya akan hilang?
Termasuk Angkasa..
Isabella~
🍃
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top