3. Masih Soal Rok Panjang

'Karena apa pun yang berlandaskan Allah tak akan pernah salah.'

~Thierogiata

***

Roknya sudah hangus terbakar di tempat sampah sana, Ailee sudah tak memiliki pilihan lain selain ke sekolah dengan rok panjang. Memang ada rok lain, namun pendeknya tak ketulungan dan Ailee sendiri sangat yakin kalau dia tidak akan nyaman memakai rok lamanya. Dengan wajah bete dan mood yang sudah berantakan sepagi ini, Ailee ke meja makan untuk sarapan bersama dengan keluarga. Mamanya menyambutnya dengan senyuman meski Ailee menampilkan yang sebaliknya.

"Cantik loh kamu kayak gitu."

Ailee tak menjawab, dia langsung mendudukkan diri kemudian membalik piring. Bukan saatnya percaya diri dengan ini semua, Ailee benar-benar tidak mood, menjawab pun rasanya malas sekali.

Kairo yang pagi ini tumben-tumbenan ikut sarapan juga tersenyum tipis melihat penampilan adiknya itu.

"Udah SMA suruh pakai, pakaian bener aja susah banget," celetuknya yang langsung mengundang pandangan tidak suka dari Ailee.

Ailee menatap Kairo seolah mengatakan untuk tak ikut campur dengan apa yang terjadi. Mereka adalah dua orang yang berbeda meski terlahir dari rahim yang sama, Kairo dulu semasa sekolah menghabiskan waktu dengan segala kegiatan yang bermanfaat, guru-guru mengenalnya sebab pernah memenangkan lomba pidato islami, lomba adzan antar sekolah saat maulid nabi, lomba kaligrafi dan kegiatan keagamaan lainnya. Sementara Ailee dikenal karena kebar-barannya, karena pernah merobohkan pagar saat kabur di jam pelajaran bersama mantannya yang super-duper badboy.

Kairo sendiri mantan ketua rohis yang merupakan langganan menjadi imam di musala sekolah, sementara Ailee? Tidak! Dia bahkan jarang sekali salat di sekolah.  Makanya guru-guru yang sempat mengenal Kairo, terheran-heran saat mamanya datang mendaftar bersama dengan Ailee, bisa dibilang dalam keluarganya Ailee adalah tim yang melawan arus, seluruh keluarganya berpenampilan sangat islami hanya dia yang tidak, Ailee pembangkang dan sangat manja. Dia selalu yakin kedua orang tuanya pasti memaafkan segala kesalahannya karena dia adalah anak perempuan satu-satunya.

"Bagus kok begitu, emangnya nggak sayang tubuh kamu jadi konsumsi publik?" tanya Kairo, kalau berbicara soal ketegasan, mungkin bisa dibilang papa Ailee kalah tegas dari Kairo, mungkin karena Kairo abang, dia tak terlalu menjaga omongannya di depan Ailee. Jika dia tidak suka maka dia akan langsung bilang kalau dia tidak suka, kalau papa Ailee akan tetap menasihati dengan lembut dan kasih sayang.

"Kan adek masih muda."

"Nggak gitu konsepnya, saat kamu sudah baligh ya dosa tanggung sendiri."

"Ya kan udah aku tanggung sendiri, terus kenapa ikut campur?"

Kairo sedikit membulatkan matanya, sungguh tak menyangka kalau nasihatnya akan mendapat balasan seperti itu.

Dia langsung menjitak jidat Ailee. "Kalau abang, papa, mama kami semua diam aja, kamu bisa aja menyeret kami ke neraka. Iya urusan dosa masing-masing tapi sebagai sesama muslim, apalagi kita terlahir sebagai keluarga wajib saling mengingatkan. Lain kali jangan jawab gitu kalau dikasih tau orang!"

***

Sampai di sekolah tentu Ailee tetap tak bisa hidup tenang, Leoni dan Sania yang berusaha menahan tawa menjadi gangguan pikiran bagi Ailee. Kenapa sih? Kenapa dia selalu seaneh itu di mata orang-orang? Padahal setiap bercermin di pagi hari rasanya Ailee lumayan cantik. Dia tetap berjalan beriringan dengan kedua temannya meski keduanya tampak ogah-ogahan.

"Nurut banget lo sama Pak Halal," kata Sania heran, padahal tempo lalu Ailee terang-terangan mengobarkan kebencian pada guru matematika mereka itu.

"Dih! Apaan! Ini tuh gara-gara nyokap bokap gue! Ya kali karena dia!" Ailee sungguh tidak Terima jika sesuatu yang terjadi dalam hidupnya dikaitkan dengan Halal, amit-amit!

"Gue mah kalau dibilangin gitu pasti nurut, soalnya kan dia calon imam gue." Leoni berkata sambil berbinar-binar, membayangkan jika mungkin suatu saat dia akan memiliki kehidupan baru bersama Halal dalam keadaan yang halal pula.

Ailee menatap teman karibnya itu dengan pandangan aneh, ada manusia seperti Leoni ini? Halunya semakin samar dan seperti tak terselamatkan.

"Gila!" Ailee langsung meninggalkan Leoni dan Sania begitu saja, mood-nya sudah rusak sejak di rumah, jangan sampai dia juga merasa tidak tertarik berada di sekolah.

"Aneh banget tapi dia pakai rok panjang gitu?" tanya Sania.

Leoni mengangguk sambil terkikik, sebagai sahabat tentu hal aneh dalam diri sahabatnya akan menjadi bahan candaan.

"Kayak bukan Ailee banget!"

***

Karena jam pelajaran selanjutnya adalah sejarah Indonesia, maka Ailee mengambil buku pelajarannya di loker, setelah dari loker dia langsung berjalan kembali ke kelas, entah takdir atau memang dunia sesempit itu, tepat saat Ailee melintasi ruang guru, saat itu juga Halal keluar dari ruangan. Dia langsung memindai penampilan Ailee hari ini.

"Gitu kan bagus."

Ailee langsung menghentikan langkahnya, tidak ada yang aneh dengan celetukan barusan, namun terdengar tidak menyenangkan karena keluar dari sosok yang sangat menyebalkan di abad ini.

Ailee langsung berbalik, dia menatap Halal.

"Lebih bagus begitu, lebih nyaman juga kan?"

"Nggak! Sama sekali nggak! Berhenti ikut campur dan mengurusi penampilan saya ya!" ingatkan Ailee berusaha terlihat galak.

"Saya guru di sini, jadi sudah kewajiban saya men tertibkan, tata tertib yang sudah ada. Rok pendek kamu yang sebelumnya berlawanan dengan tata tertib sekolah di mana untuk siswa muslim atau non muslim yang tidak mengenakan hijab, harus memakai rok di bawah lutut!" Halal tetap tenang dan menjelaskan seprofesional mungkin karena Ailee tetaplah muridnya.

Ailee menghela napas, dia juga bingung kenapa dia harus menghabiskan bermenit-menit untuk penjelasan seorang Halal.

"Kaos kaki kamu apa sudah diganti?"

Ailee menarik roknya dan menunjukkannya sendiri.

"Bagus, Terima kasih sudah mendengarkan arahan dengan baik. Saya permisi."

Ailee juga menghela napas lantas berbalik. Halal sepertinya tak banyak omong, bahkan dengan siswa maupun siswi yang lain, tapi kenapa kalau menceramahi Ailee mulutnya sangat lancar? Ah entahlah, terkadang memang orang pandai dalam bidang masing-masing.

***

Jujur saja pandangan aneh orang-orang atas dirinya cukup membuat Ailee merasa tidak nyaman, dirinya memang kelihatan aneh jika memakai sesuatu yang tertutup. Atau mungkin orang-orang menyukai dirinya yang terbuka itu?

Kadang ya apa yang kedua orang tuanya juga abangnya sampaikan ada benarnya, bahkan tak ada yang salah. Yang salah hanya pemikiran Ailee, dia selalu ingin dipahami, namun semuanya justru tak pernah berusaha untuk memahami.

"Aneh banget nggak sih Ma?" Ailee mengikuti mamanya yang sedang memasukkan adonan cookies ke dalam oven.

"Nggak ada yang aneh! Malah bagus tau!"

"Aneh Ma, orang-orang aja ngetawain aku!" Ailee masih protes berusaha mencari pembenaran atas sesuatu yang sama sekali tidak benar.

"Pokoknya besok aku mau ganti."

Prita menatapnya, wanita itu memegang kedua bahu anak perempuannya itu.

"Sebenarnya kamu sendiri yang rugi kalau sampai mempertontonkan sesuatu yang seharusnya kamu jaga."

"Tapi... "

"Bagus kok, kalau nggak diuji maka surga tak akan menjadi sesuatu yang spesial. Sabar sedikit ya, memaksakan diri masuk surga itu lebih baik daripada suka rela masuk neraka. Itu kata-kata ustadz dan Mama lupa namanya." Prita menepuk sekali bahu kanan Ailee lantas kembali pada aktifitasnya, kalimat itu membuat Ailee tertegun sesaat.

***

Ailee butuh banget kan sosok halal?

Soalnya emang dia udah tersesat terlalu jauh🤣🤣

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top