Kala Alunan Membawa Memori [Sazy]
...
Kata/tema : Piano
Dingin, malam itu udara dingin menjalar ke dalam tubuh. Alena, seorang pianis terkenal yang sangat dicintai banyak orang. Namun, siapa sangka dibalik senyum manis yang Alena miliki tersirat banyak maknamakna di sana.
Alena melangkahkan kakinya gontai menuju piano yang ada di sudut kamarnya. Sudut ini adalah sudut kesayangan Alena di mana ia menjadi saksi bisu kisah malam Alena.
Bait demi bait dilantunkan oleh Alena. Menit demi menit terlewati. Malam semakin gelap dan rasa itu semakin menusuk dalam diri Alena. Ia merindukan Josh-nya.
Alena menyudahi permainan pianonya dengan air mata yang terus mengalir membasahi seluruh wajahnya. Ia segera merebahkan dirinya dan menarik selimut, menutupi badannya.
"Josh, aku rindu, " bisik Alena pelan sambil memeluk kakinya.
"Iya aku juga Al. "
Alena terperanjat mendengar suara di telinganya, ia segera membalikkan badannya dengan cepat dan tepat di belakangnya ia melihat Josh, makhluk yang ia rindukan.
"Josh, kau kah itu?" tanya Alena.
"Iya, ini Josh-nya Al," ucap Josh sembari memeluk Alena.
Banyak pertanyaan dipikiran Alena. Mengapa ia ada di sini adalah pertanyaan terbesar dalam diri Alena. Tapi rasa rindu yang mendalam telah menguasai pikiran Alena, ia tak dapat berpikir jernih. Ia tak ambil pusing dengan semua pertanyaan-pertanyannya.
Alena memeluk erat Josh, air mata sudah terlalu banyak membasahi pakaian Josh. Josh tau Alena sangat merindukannya, ia tau semua lagu yang Alena ciptakan hanya untuk dirinya. Josh tau ia juga tak dapat bersatu kembali dengan Alena. Ia sadar ia harus menyadarkan Alena.
"Al, mau keluar sebentar?" tanya Josh pelan melepaskan dekapannya.
"Eungh mau kemana Josh? Aku suka berada di dekapanmu kumohon jangan lepaskan dulu," ucap Alena memelas.
"Hm baiklah aku akan memeluk lebih lama, namun setelah itu kita keluar sebentar ok?" ucap Josh dengan tangan yang mengelus lembut rambut dan pundak Alena.
Alena hanya mengangguk mengiyakan perkataan Josh. Jauh di lubuk hati Josh, ia sangat merindukan wanita di hadapannya ini. Namun ia tak bisa jauh lebih lama untuk berada di sampingnya, ia harus segera pergi. Dan Alena harus mengikhlaskannya.
Alena merasa ia sudah cukup memeluk Josh, ia duduk dan menghadap ke depan Josh.
"Mau keluar kan?" ucap Alena.
"Iya segera siap-siap ya Al," ucap Josh lembut mengusap pucuk kepala Alena.
"Nggak usah, aku begini saja," Alena bangkit dari duduknya dan memegang tangan Josh.
Mereka berdua pun keluar dari apartemen Alena. Jalanan di malam hari sangat sunyi hanya ada desiran angin yang berlalu lalang. Josh menggenggam tangan Alena yang sangat dingin.
"Sudah ku bilang siap-siap kan, harusnya kau memakai baju yang hangat Al bukan baju yang terbuka," ucap Josh sambil memakaikan Alena jaket yang ia bawa.
"Aku hanya menguji mu Josh haha," seru Alena sembari menyenggol pinggang Josh.
Saat itu adalah malam yang sangat Alena sukai. Malam itu akhirnya segala penantiannya, semua air mata, semua pikiran kalut dan semua rasa sesak yang ia rasakan terbayarkan.
Josh menghentikan langkahnya, ia membalikkan badannya dan menjajarkan badannya tepat di hadapan Alena. Jantung Alena berdegup kencang, semua rasa sesak itu kembali. Senang? Tidak, Alena hanya merasakan takut. Ia takut akan hal yang selanjutnya akan terjadi.
Namun, yang ia takutkan tak terjadi. Josh hanya mencubit pelan pipi Alena yang sudah merah merona. Ia mengecup pelan pipi Alena dan segera menggenggam kembali tangan Alena. Membawa Alena jauh dari kediamannya dan dekat dengan kediaman Josh.
"Josh ngapain ke sini?" tanya Alena bingung.
Dihadapan Alena ada puluhan bahkan ratusan makam. Alena sadar ini adalah rumah Josh. Josh ingin pulang.
"Maafkan aku Alena, maafkan aku udah ninggalin kamu duluan," ucap Josh sendu sambil memeluk Alena. Namun, Alena tidak membalas pelukannya. Pikiran Alena kosong, Alena tidak tau harus merespon bagaimana pria di depannya.
"Josh, it's okay, kamu ga salah," ucap Alena gemetaran.
"Alena, malam itu aku sangat ingin bertemu mu. Maafkan aku pertemuan terakhir kita saat itu hanya pertengkaran."
Alena mengingat kejadian tepat sebelum Josh kecelakaan. Alena, ia saat itu sedang kalut. Terlalu banyak masalah yang menghujam dirinya. Sedangkan Josh, ia sama dengan Alena. Ia memiliki banyak masalah tetapi ia tidak tau cara mengungkapkan isi hatinya. Malam itu, Alena memutuskan sambungan telepon sepihak. Josh terburu-buru melajukan mobilnya ke apartemen Alena. Namu, takdir berkata lain, Alena menerima telepon dari Ibu Josh, ia mengatakan Josh telah pergi untuk selamanya.
"Josh apa kau tau? Aku sangat menginginkan mu tapi aku tau banyak orang menunggu ku melahirkan karya-karya baru. Kau akan mendukung ku kan?" ucap Alena pelan mengelus punggung Josh.
"Alena iya aku akan mendukung dan menantimu, ini sudah saatnya Alena," ucap Josh. Itulah ada kata terakhir Josh sebelum ia menghilang dan meninggalkan Alena yang menangis tersedu.
Semesta sangat mendukung rasa hati Alena. Semesta menurunkan air matanya menemani air mata Alena malam itu.
...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top