KEPING 3
Jangan lupa vote dulu cerita ini sebelum membaca:)
Happy reading^^
***
“Jadi, inikah Palestra?” tanya Soya, mereka berempat berdecak kagum. Sekolah di tengah danau? Benar-benar unik.
“Untung saja kita ada solusi agar bisa sampai lebih cepat kesini,” ujar Lisa sambil menghirup udara yang cukup bersih di sini. Jauh dari yang namanya polusi. Sekolah yang berada di tengah danau dengan jalur menuju hutan membuat udara jauh lebih bersih daripada di kota.
Ya, tadinya mereka akan berjalan kaki menuju ke Palestra namun Lisa mendapatkan sebuah ide yang begitu cemerlang. Ia baru mengingat jika Soya bisa mengendarai mobil dan Soya lupa akan hal itu. Terpaksa mereka meminjam mobil sang sopir yang tadi mereka tumpangi, buat apa meminta izin? Toh, supirnya jadi batu, apakah ia akan menjawabnya? Tidak, kan?
“Idemu tadi begitu cemerlang!” ujar Koga sambil memberi jari jempol, Lisa membalasnya sambil mengedipkan matanya sebelah, ekspresinya begitu menggemaskan.
“Eh, tapi siapa namamu?” tanya Koga ketika baru menyadari ia belum mengetahui nama keempat gadis cantik itu. “Tadi, aku dan Eden sudah memperkenalkan diri kepada kalian semua. Nah, sekarang tinggal giliran kalian!”
“Namaku Lisa!” seru gadis itu semangat.
“Aku Soya,” ujar Soya seraya tersenyum tipis.
“Roseane Park. Panggil aku Rose,” gadis itu tersenyum manis.
“Jennie,” ujar Jennie dengan nada dingin.
***
“Selamat datang di Saint Akademi!” keempat gadis cantik itu mendongak ketika mereka sudah berada di gerbang sekolah Saint Akademi yang tinggi bak langit. Sekolah itu begitu megah bahkan jauh lebih besar dibandingkan saat mereka masih bersekolah di Korea.
“Gerbang sekolah memang menggunakan keamanan khusus agar tidak ada siapapun yang bisa kabur dari sekolah ini,” tanpa menggunakan otak Albert Einsten pun Koga sudah tahu ketika melihat wajah terkagum-kagum dari gadis itu kecuali Jennie dan Eden dengan wajah datarnya bersamaan.
Koga langsung mengeluarkan tanda pengenal warga sekolah Saint Akademi yang berupa sebuah kartu, lalu menempelkannya pada sebuah sensor pendeteksi.
“Selamat datang di Saint Akademi Pegasus Koga! Anda membawa siapa bersama Eden-kun?” sebuah suara mengejutkan keempat gadis itu, ternyata itu berasal dari sebuah sensor tersebut.
“Aku membawa murid baru yang akan mulai bersekolah di sini. Jadi, mereka bisa masuk, kan?”
“Tentu,” tak lama gerbang mulai terbuka secara otomatis, mengagumkan, “Selamat datang di Saint Akademi Soya, Jennie, Rose, dan Lisa! Semoga kalian nyaman bersekolah disini!” keempat gadis itu terkejut, bagaimana pengawas mengetahui mereka? Sedangkan di sisi lain mereka baru pertama kali datang ke tempat ini.
“Ayo kita masuk,” suara Koga meghentikan lamunan keempat gadis itu dengan mulut yang ternganga lebar. Tanpa pikir panjang mereka segera masuk, takut terjadi hal yang tidak diinginkan salah satunya adalah; tersesat.
Saint Akademi merupakan sebuah sekolah khusus untuk para Saint Bronze belajar. Kini sekolah itu jauh lebih canggih untuk cara pembelajaran dan keamanan dibandingkan saat Koga pertama kali datang ke tempat ini. Selain itu, ruangan kelas menjadi semakin banyak dan bagus disertai dengan asrama. Benar-benar sekolah idaman bagi para Saint. Saint Akademi menjadi sekolah paling favorit daripada sekolah lainnya.
Mereka mulai menyusuri tempat tersebut. Begitu sepi. Ini sekolah, kenapa sangat sepi seperti ini?
“Bolehkah aku bertanya. Kenapa sekolah begitu sepi seperti tak ada kehidupan? Seharusnya ada siswa yang berlalu lalang di sini atau ada suara guru yang sedang mengajarkan muridnya, tetapi kenapa ini tidak? Apakah tak ada orang kah di sekolah ini?” tanya Lisa memberanikan diri. Mungkin hanya dia saja yang paling banyak bertanya daripada teman-temannya.
Koga terkekeh pelan. Lucu dengan tingkah gemas gadis dibelakangnya,“Hanya kau saja yang paling banyak bertanya Lisa. Tapi tak apa, itu bagus agar wawasanmu jadi bertambah luas di Saint Akademi.”
“Hari ini memang sedang libur karena musim semi hingga besok, sebagian siswa Saint Akademi ada yang pulang ke rumahnya,” sambung Koga. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan, menyusuri kembali Saint Akademi.
“Sebelum kalian ke asrama, kalian harus bertemu terlebih dahulu dengan Dewi Athena, sang Dewi perang sekaligus pemilik Saint Akademi dan cha---kita sudah sampai,” Koga mulai mengetuk pintu hingga sang pemilik ruangan tersebut mengizinkan mereka untuk masuk ke ruangan itu.
Yang mereka dapati hanyalah seorang wanita cantik berambut merah muda yang sedang duduk manis di meja kerjanya. Senyumnya langsung sumringah ketika pandangan matanya bersibobrok dengan mata dari keempat gadis cantik tersebut. Wanita itu terlihat sangat bahagia layaknya mereka berhasil mencari orang yang hilang. “Koga! Kau berhasil membawanya?! Syukurlah, mereka selamat dari Saturnus!” ucap wanita itu dengan penuh riang gembira.
Koga mengangguk seraya tersenyum. Sedangkan keempat gadis itu saling berpandangan satu sama lain secara bergantian. Melihat wanita itu yang terlihat bahagia ketika bertemu dengan mereka. Wanita itu---Dewi Athena--memandang keempat gadis cantik itu secara bergantian lantas dia memeluknya.
“Syukurlah kalian selamat,” ujar Dewi Athena. Ia melepaskan pelukannya, lalu menoleh menatap Koga sejenak, “Koga, panggilkan teman-temanmu, maksudku para Saint Omega kemari. Ada hal penting yang harus kita bicarakan,” Koga mengangguk, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Keempat gadis itu menatap kagum ruangan kepala sekolah milik Dewi Athena. Nuansa ruangan gaya Yunani begitu kental di ruangan ini. Mereka berdecak kagum.
“Silakan duduk,” ujar Dewi Athena dengan sambutan yang begitu hangat. Mereka tersenyum tipis, lalu menjatuhkan bokongnya di sebuah sofa yang begitu empuk.
“Apakah kalian mengenaliku?” keempat gadis itu menggeleng pelan dengan gaya polosnya.
Dewi Athena terkekeh pelan, “Kalau begitu, aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Saori, aku adalah Dewi Athena sang dewi perang. Apakah Koga dan Eden sudah menceritakan ini kepada kalian?” mereka berempat mengangguk kompak.
Merasakan ada seseorang diantara mereka, Saori menoleh ke belakang. Rupanya ada Eden--pria berwajah datar itu--sedang menyandarkan punggugnya di dinding seraya dengan mata yang terpejam. “Eden?”
Pria itu membuka matanya karena terkejut, “Kau memanggilku?” tanyanya, Saori mengangguk.
“Kukira kau mengikuti Koga memanggil para Saint Omega,” ujar Saori lalu menggeleng pelan melihat tingkah pria itu, Eden memang suka menyendiri.
“Tidak, aku tadi tertidur.”
“Lalu kenapa kau tidak tidur di sofa saja seraya menunggu mereka?” Eden menggeleng. “Tak ada tempat, sofamu sudah diduduki oleh dirimu dan para gadis itu.”
“Ya sudahlah terserah kau saja,” pasrah Saori.
To be continued...
***
Jangan lupa vote and koment ya guys!
See you❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top