【4/?】
"Daisuke! Apa yang kau lakukan?!" teriak Kikuko kepada Daisuke. Wajahnya terlihat sangat marah. Ia pun berjalan cepat mendekati (y/n) dan Daisuke.
"Nenek?! Apa yang kau-" ucap Daisuke.
Tiba-tiba, Kikuko menampar sebelah pipi (y/n) dengan cukup keras. (Y/n) pun memegangi sebelah pipinya yang seketika berubah menjadi merah.
"Menjauhlah dari cucuku! Aku tahu maksudmu mendekati Daisuke. Kau pasti hanya ingin hartanya, iya kan?!" seru Kikuko.
(Y/n) hanya menundukkan kepalanya sambil berusaha menahan rasa sakit di pipinya.
Dengan cepat, Daisuke langsung menarik sebelah tangan Kikuko dengan kasar.
"Apa yang kau lakukan, wanita tua!" teriak Daisuke. Ia benar-benar sangat marah.
"Kenapa kau malah membela gadis jalang ini? Sudah kubilang, menikah saja dengan Suzue!"
Entah mengapa setelah mendengar nama wanita lain, hati (y/n) terasa sangat hancur.
"J...jadi, pernikahan ini belum mendapatkan restu dari orang tua mempelai pria?" tanya saksi pernikahan tersebut.
"Tentu saja! Sampai kapanpun aku tidak akan merestui hubunganmu dengan gadis busuk ini!" seru Kikuko.
(Y/n) yang sudah tidak tahan dirinya dicaci maki terus menerus tiba-tiba berlari meninggalkan Daisuke.
"Oi! (Y/n)! Kau mau kemana?!" seru Daisuke. Lalu ia melepaskan sebelah tangan Kikuko dengan sangat kasar dan langsung mengejar (y/n).
"Chotto, Daisuke! Daisuke!" panggil Kikuko. Namun, Daisuke tetap pergi dari gereja dan mengejar (y/n).
(Y/n) berlari sambil meneteskan air mata. Ia benar-benar merasa sakit hati. Padahal ia yang dipaksa Daisuke untuk menjadi istrinya. Namun, ia malah dituduh mendekati Daisuke karena hartanya.
Karena gaun pernikahan (y/n) yang sangat panjang, menyulitkannya berlari secara cepat cepat. Alhasil, Daisuke pun berhasil menahan (y/n) berlari lebih jauh lagi dengan menggenggam sebelah tangannya.
"Tunggu. Jangan pergi, (y/n)" ucap Daisuke.
(Y/n) hanya menundukkan kepalanya. Air matanya semakin membasahi pipinya.
"Lepaskan, Daisuke" ucap (y/n) pelan.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi"
Lalu, (y/n) pun membalikkan tubuhnya.
"Kau lihat sendiri 'kan? Nenekmu mengira aku ini hanya memanfaatkan hartamu saja!" seru (y/n).
"Tapi nyatanya bukan itu yang terjadi, bukan?"
"Kenapa kau sangat keras kepala?! Mengertilah dengan keadaan kita saat ini!" seru (y/n) sambil menangis.
Karena tidak tega melihat (y/n) yang terus menerus menangis, dengan cepat Daisuke langsung mengelap air mata (y/n) dengan menggunakan jarinya. Entah mengapa (y/n) merasa nyaman saat Daisuke menyentuh kedua pipinya dengan lembut.
"Kumohon, jangan tinggalkan aku. Jangan dengarkan kata-kata orang tua sialan itu. Aku akan memberikan apapun untukmu, asalkan jangan pernah tinggalkan aku, (y/n)" ucap Daisuke pelan.
(Y/n) hanya terdiam. Ia menatap dalam-dalam kedua bola mata Daisuke.
Daisuke melihat sebelah pipi (y/n) yang memerah karena ditampar tadi. Tiba-tiba, ia langsung mencium sebelah pipi (y/n) tersebut dengan sangat lembut.
Spontan, wajah (y/n) seketika menjadi memerah. Jantungnya pun berdegup sangat kencang.
Tak lama kemudian, Daisuke melepaskan ciumannya itu.
"D...Daisuke?"
"Kumohon jangan menangis, (y/n). Aku janji, aku pasti akan membuatmu bahagia"
(Y/n) tidak yakin dengan perkataan Daisuke tersebut.
Apakah (y/n) bisa merasa bahagia bila ia bersama Daisuke?
***
Setelah merasa tenang, akhirnya (y/n) terpaksa mengikuti keinginan Daisuke. Walaupun pesta pernikahannya gagal, namun pada akhirnya Daisuke dan (y/n) secara resmi berhasil menjadi sepasang suami istri.
Karena tidak direstui neneknya, Daisuke pun memutuskan untuk membeli rumah baru untuk ditinggalinya bersama (y/n). Dan tentu saja rumah baru tersebut tak kalah mewahnya dengan rumah kediaman keluarga besar Kanbe. Untungnya Daisuke memiliki beberapa perusahaan sendiri, sehingga ia membeli rumah tersebut dari penghasilan perusahaannya tersebut.
***
Malam pun tiba dengan sangat cepat. (Y/n) sedang berada di kamar sambil memandangi pemandangan malam di luar jendela. Lampu di dalam kamar sengaja dimatikan agar suasana kamar tidak terlihat sampai ke luar.
(Y/n) sangat merindukan kedua orang tuanya. Yang ia inginkan hanyalah pulang kerumah. Menceritakan semua keluh kesahnya kepada orang tuanya.
Tiba-tiba, Daisuke membuka pintu kamar secara perlahan. Cahaya dari lorong pun masuk ke sela-sela pintu.
"(Y/n), kau belum makan apapun dari tadi. Ayo kita makan" ajak Daisuke.
(Y/n) hanya terdiam dengan tubuhnya tetap mengahadap ke arah jendela.
Perlahan, Daisuke memasuki kamar mereka berdua. Ia pun berdiri tepat di samping (y/n). Ia melihat wajah (y/n) yang terlihat sangat sedih.
Suasana pun hening sejenak.
"Nee, Daisuke"
"Ada apa, (y/n)?"
"Apa kau serius dengan pernikahan ini?" tanya (y/n).
"Tentu saja. Kita sudah selesai membicarakan tentang hal ini tadi, bukan?"
"Iya, hanya saja... Aku merasa kurang yakin. Sebelum semuanya terlambat...., bagaimana kalau kita berpisah saja?" tanya (y/n).
"Apa?!"
Daisuke benar-benar terkejut dengan perkataan (y/n) tersebut.
"Tenang saja. Aku akan mengembalikkan semua barang pemberianmu. Dan aku juga akan mengganti uangmu untuk membayar utang keluargaku saat itu" ucap (y/n).
"Dan lagi, kau bisa dengan mudah mendapatkan wanita lain yang lebih baik dan lebih cantik dariku, bukan? Aku ini hanya gadis biasa. Kurasa.... aku ini tidak pantas bila harus menjadi istrimu" lanjut (y/n) dengan suaranya yang sedikit bergetar karena menahan tangisannya. Entah mengapa rasanya berat sekali ia mengatakan tentang hal tersebut kepada Daisuke.
Daisuke terdiam sejenak. Lalu ia menghela nafas panjang.
"Sepertinya kau lupa, ya, (y/n)" ucap Daisuke sambil menatap pemandangan di luar kamar dari balik jendela.
(Y/n) pun menoleh kearah Daisuke.
"Lupa?"
"Sebenarnya..., kita pernah bertemu sebelumnya..."
"Eh?"
***
(Flashback)
Beberapa bulan yang lalu....,
Daisuke sedang dalam perjalanan untuk pulang ke rumahnya.
Saat itu ia merasa sangat bosan.
Tiba-tiba, ia meminta supirnya untuk menghentikkan mobilnya.
"Berhenti disini!"
Sang supir pun menghentikkan mobilnya.
"Ada apa, Tuan? Perjalanan kita ke rumah masih jauh" ucap supir tersebut.
Daisuke malah mengabaikan pertanyaan supir tersebut. Ia pun keluar dari mobil begitu saja.
"D...Daisuke-sama. Kau mau kemana? Nyonya bilang, aku harus segera mengantarmu pulang"
"Katakan saja aku sedang ada urusan sedikit" balas Daisuke dan langsung menutup pintu mobil.
Lalu ia berjalan menyusuri trotoar.
"T...tapi, Daisuke-sama!...Daisuke-sama!" panggil supir dari jendela mobil. Namun Daisuke tetap mengabaikannya.
***
Daisuke berjalan di tengah-tengah kota. Sambil berjalan, ia menyalakan putung rokoknya. Tiba-tiba ia menghentikkan langkahnya di sebuah cafe yang kelihatannya sedang sepi pengunjung. Tak lama kemudian, ia pun masuk ke dalam cafe tersebut. Kebetulan Daisuke saat itu sedang merasabosan dengan suasana cafe mahal, sehingga ia memutuskan untuk mengunjungi cafe tersebut.
Daisuke pun duduk di sebuah kursi yang tersedia.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki dari kejauhan. Ternyata itu adalah seorang pelayan wanita.
"Selamat datang, Tuan. Mau pesan apa?" tanya pelayan tersebut. Ia adalah Kimura (y/n). Kebetulan (y/n) adalah seorang pekerja paruh waktu di cafe tersebut.
Begitu mendengar suara lembut (y/n), Daisuke langsung menoleh kearah (y/n). Ia terkejut karena wajah (y/n) benar-benar cantik. Senyumannya benar-benar membuat Daisuke terpesona. Baru pertama kali mereka bertemu, Daisuke langsung jatuh cinta kepada (y/n).
"A...ano, Tuan. Kau tidak apa-apa?" tanya (y/n) yang heran karena Daisuke malah memandangi (y/n) tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"A! Tidak. Aku mau pesan semua yang ada di dalam menu"
"Eh? B...benarkah, Tuan?"
"Iya"
"B...baiklah, akan segera aku bawakan"
Karena lantai yang sedikit licin, kaki (y/n) pun terpeleset. Dengan cepat, Daisuke menangkap tubuh (y/n) agar tidak terjatuh ke lantai. Spontan, tangan (y/n) meraih leher Daisuke. Mata mereka pun saling menatap satu sama lain.
Setelah beberapa saat, akhirnya (y/n) menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Ia pun segera melepaskan tangannya dari leher Daisuke dan segera berdiri.
"M...maaf atas kecerobohanku, Tuan" ucap (y/n) sambil membungkuk minta maaf.
"Tidak apa-apa"
"Jya, aku akan segera menyiapkan pesanan anda. Tolong tunggu sebentar"
Lalu (y/n) berjalan menuju dapur.
Di tengah perjalanan, seseorang tiba-tiba melemparinya sebuah gagang pel ke arah tubuhnya.
"Hei, (y/n)! Cepatlah pel lantai ini!" perintah seorang gadis yang menggunakan seragam yang sama dengan (y/n). Gadis tersebut sedang sibuk mengurusi kuku-kukunya.
(Y/n) pun meraih gagang pel tersebut.
"M...maaf. Tetapi bukannya hari ini adalah giliranmu untuk piket?" tanya (y/n).
Tiba-tiba, gadis tersebut semakin mendekat kearah (y/n) dan langsung menarik kerah baju (y/n). Hal tersebut membuat (y/n) sangat ketakutan.
"Berisik sekali kau! Apa kau tidak lihat? Aku sedang sibuk sekarang! Cepat lakukan!" perintah gadis tersebut.
"B...baiklah. Maafkan aku"
"Jangan lupa untuk mencuci piring dan membereskan dapur!"
"B...baik"
(Y/n) pun terpaksa mengikuti perintah gadis tersebut.
Daisuke yang tidak suka melihat (y/n) dimanfaatkan oleh salah satu pelayan di cafe tersebut pun langsung beranjak dari duduknya.
Tiba-tiba,
Handphone Daisuke berdering. Ia pun segera mengangkatnya.
"Ada apa?" tanya Daisuke ketus.
"Tuan Daisuke, anda harus segera datang ke kantor perusahaan. Ada seorang CEO dari Amerika yang ingin menemui anda langsung" ucap seorang pelayan Daisuke dari telepon.
"Serahkan saja pada direktur perusahaan!" perintah Daisuke.
"Maafkan aku, Tuan. Tapi ia hanya ingin bertemu dengan anda. Dan lagi, ada beberapa berkas yang harus anda segera tanda tangani"
"Tch! Baiklah"
Dengan cepat, Daisuke langsung memegangi sebelah antingnya.
"HEUSC, cepat bayar makanan di cafe ini!"
"Baik, Tuan"
Lalu, dengan terpaksa Daisuke segera bergegas menuju tempat dimana mobilnya diparkirkan.
Gadis itu. Kenapa gadis secantik dirinya harus bekerja keras seperti itu. Aku harus membantunya. Saat aku bertemu lagi dengannya, aku pasti akan membuatnya bahagia, gumam Daisuke.
Setiap hari yang ia pikirkan hanyalah (y/n). Padahal kelihatannya usia (y/n) terpaut cukup jauh dengan Daisuke. Tapi ia tidak peduli. Apapun caranya ia ingin (y/n) merasa bahagia. Ia sangat mengingunkan (y/n) sebagai istrinya.
Daisuke ingin sekali bertemu dengan (y/n) di cafe tersebut. Namun karena kesibukannya dan karena neneknya melarang keras ia makan selain di resotran mahal, ia pun selalu gagal menemui (y/n).
Daisuke tidak tahu apa alasannya kenapa ia tiba-tiba menyukai (y/n). Apakah itu artinya cintanya memang tulus kepada (y/n) sejak awal?
(Flashback end)
***
"...Jadi begitu, (y/n). Maka dari itu, aku segera melamarmu. Aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Aku ingin terus bersamamu, (y/n)" ucap Daisuke mengakhiri ceritanya.
Mata (y/n) seketika berbinar-binar. Ia memang lupa dengan wajah Daisuke namun ia ingat betul dengan kejadian saat itu.
"Ternyata..., pria itu adalah kau, Daisuke"
"Iya"
(Y/n) pun menundukkan kepalanya. Daisuke memang orang yang sangat keras kepala. Namun ternyata ia memiliki sisi yang baik.
"Aku tidak menyangka. Ternyata kau sudah menyukaiku sejak saat itu. Aku....jadi merasa bersalah karena menganggapmu orang yang jahat. Maafkan aku, Daisuke"
Daisuke hanya terdiam. Lalu ia meraih wajah (y/n) agar dapat bertatapan langsung dengannya.
"Tidak usah kau pikirkan. Lagipula, kau adalah wanita yang berbeda dari wanita lain, (y/n). Biasanya wanita lain yang mendekatiku hanya menginginkan hartaku saja. Namun kau berbeda. Kau benar-benar tidak mempedulikkan seberapa besar hartaku. Maka dari itu aku sangat ingin kau menjadi istriku"
(Y/n) pun tersenyum mendengar perkataan Daisuke tersebut.
"Hontouni arigatou, karena telah menyukaiku"
"Aku tidak hanya sekedar menyukaimu, aku ini sangat mencintaimu, (y/n)" ucap Daisuke sedikit berbisik.
"Daisuke..." ucap (y/n) pelan.
Entah mengapa (y/n) merasa sangat lega mendengar perkataan Daisuke tersebut. Sepertinya sekarang ia mulai membalas perasaan Daisuke itu.
Perlahan, Daisuke meletakan tangannya di pinggang (y/n). (Y/n) pun melingkarkan tangannya di leher Daisuke. Sehingga tubuh mereka saling bersentuhan satu sama lain. Dan tentunya wajah mereka pun berada dalam jarak yang sangat dekat. (Y/n) bisa merasakan hembusan nafas Daisuke yang hangat mengenai wajahnya.
"Aku mencintaimu, (y/n)"
"Aku juga mencintaimu, Daisuke"
Daisuke mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n) sambil memejamkan matanya. Secara spontan, (y/n) pun melakukan hal yang sama. Bibir mereka semakin lama semakin dekat satu sama lain.
Dan pada akhrinya,
(Y/n) dan Daisuke berhasil berciuman. Daisuke bisa merasakan bibir lembut (y/n) menempel pada bibirnya. Suasana ruangan yang agak gelap dan langit malam yang dihiasi bintang-bintang gemerlap menambah kemesraan di antara mereka berdua.
Jantung (y/n) tak mau berhenti berdegup dengan kencang. Akhirnya ciuman pertamanya direbut oleh seorang pria kaya raya berumur 35 tahun. Walaupun begitu, sepertinya (y/n) juga mulai mencintai Daisuke.
Jauh di dalam hati Daisuke, ia tidak ingin melepaskan ciumannya tersebut dari bibir (y/n). Ia sangat mencintai istrinya itu.
Begitu pula dengan (y/n). Ia ingin selalu berada di dekat Daisuke.
Tak lama kemudian, Daisuke pun melepaskan ciumannya dari bibir (y/n). Daisuke melihat wajah (y/n) yang memerah dengan matanya yang sedikit sayu. Terukir senyuman manis di bibir merahnya.
"Apakah ini ciuman pertamamu?" tanya Daisuke dengan suara yang lembut.
"Iya. Aku merasa sangat senang karena ciuman pertamaku direbut oleh orang yang aku cintai" balas (y/n) dengan suara pelan.
Daisuke terkejut dengan perkataan (y/n) tersebut. Akhirnya, (y/n) mau menerima perasaannya.
"Sebenarnya, ini juga adalah ciuman pertamaku, (y/n)"
"Eh? Benarkah?"
"Iya. Aku merasa sangat senang karena kau adalah orang pertama yang menerimanya"
(Y/n) pun terdiam sejenak.
"Sejujurnya, sejak kita pertama kali bertemu di cafe saat itu, jantungku tak mau berhenti berdegup sangat kencang. Aku ingin sekali bertemu denganmu lagi. Namun, karena kita tidak pernah bertemu lagi sejak saat itu, aku tidak sengaja melupakan wajahmu, Daisuke. Maafkan aku" ucap (y/n) penuh rasa bersalah.
Daisuke pun tersenyum.
"Tidak perlu meminta maaf kepadaku. Selama kau selalu berada di sisi ku, aku akan selalu menyayangimu, istriku"
(Y/n) pun tersenyum manis kearah suaminya itu.
"Ini sudah larut malam. Ayo kita tidur" ucap Daisuke penuh kelembutan.
"Um" ucap (y/n) sambil menganggukkan kepalanya.
Tiba-tiba, Daisuke menggendong tubuh (y/n) dengan gaya bridal style dan mengantarnya ke kasur.
Lalu Daisuke meletakkan tubuh (y/n) di atas kasur. Ia pun duduk di tepi kasur sambil mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n).
Tangan (y/n) mengelus-elus sebelah wajah Daisuke dengan sangat lembut. Membuat Daisuke merasa sangat nyaman berada di sentuhannya. Ia pun tersenyum kearah Daisuke.
"Kau janji akan selalu berada di sisiku 'kan?" tanya (y/n) dengan suara yang lemah.
"Aku berjanji. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Percayalah padaku..." balas Daisuke sambil sedikit berbisik.
(Y/n) pun tersenyum dengan sangat tulus, membuat kecantikkannya semakin bertambah.
Lalu, Daisuke pun mencium dahi (y/n).
"Selamat malam, sayang" bisik Daisuke.
"Mimpi indah, Daisuke"
Lalu Daisuke ikut membaringkan tubuhnya di atas kasur. Tepatnya, di samping (y/n). Lalu ia pun memejamkan matanya dan tertidur.
***
Saat tengah malam, tiba-tiba (y/n) terbangun dari tidurnya. Ia pun membuka matanya perlahan. Ia melihat wajah suaminya yang sedang tertidur tepat di sampingnya. (Y/n) bisa mendengar suara nafas Daisuke dengan sangat jelas. Benar-benar membuat hatinya menjadi sangat tenang.
Lalu, (y/n) mencoba menyentuh jari-jari tangan Daisuke yang terletak tepat di hadapannya. Tangan Daisuke terasa sangat lembut dan hangat. (Y/n) pun menggenggam erat sebelah tangan suaminya itu
Karena hal tersebut, Daisuke langsung terbangun dari tidurnya.
"Mmmhhh..."
"A! Maaf. Apa aku membangunkanmu?" tanya (y/n).
Daisuke membuka matanya perlahan.
"Sayang..., apa yang kau lakukan?"tanya Daisuke sambil menggosok-gosok sebelah matanya yang masih terasa sedikit berat.
"Maafkan aku, Daisuke. Kukira kau tidak akan bangun"
"Kau tidak bisa tidur, ya?"
"I...iya. Aku tiba-tiba terbangun tadi"
"Kemarilah" ucap Daisuke sambil memeluk tubuh (y/n).
(Y/n) bisa merasakan detak jantung Daisuke dengan sangat jelas. Hal tersebut membuat (y/n) merasa sangat nyaman. Lalu ia membalas pelukan Daisuke tersebut sambil tersenyum.
Daisuke mengelus-elus bagian belakang kepala (y/n) dengan sangat lembut.
Lalu (y/n) sedikit mengangkat kepalanya agar ia bisa menatap langsung wajah suaminya itu.
"Nee, Daisuke..."
"Hm?" tanya Daisuke.
"Terima kasih karena sudah memilihku" ucap (y/n) sambil tersenyum manis.
Lalu Daisuke menempelkan dahinya ke dahi (y/n). Sehingga hidung mereka saling bersentuhan satu sama lain. Daisuke pun mengelus-elus sebelah pipi (y/n) dengan lembut.
"Seharusnya aku yang berterima kasih, (y/n). Aku bersyukur bisa bertemu denganmu" bisik Daisuke.
"Aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih padamu" balas (y/n) dengan suara yang lembut.
"Dengan selalu berada di sisiku...."
(Y/n) pun tersenyum kearah suaminya itu.
"Nee, Daisuke"
"Ada apa, sayang?"
Tiba-tiba, wajah (y/n) memerah.
"M...maafkan aku, t...tapi....bisakah kau menciumku sekali lagi?"
Daisuke pun tersenyum. Dengan cepat ia langsung menempelkan bibrinya ke bibir (y/n). (Y/n) pun membalas ciuman Daisuke tersebut. Ia merasa sangat nyaman bila Daisuke mencium bibirnya.
Setelah beberapa saat, Daisuke pun melepaskan ciumannya.
"Sepertinya kau ketagihan, ya" celetuk Daisuke sambil tertawa kecil.
"B...bukan! A...aku hanya...etto..." ucap (y/n) sambil memandang ke arah lain. (Y/n) malu sekaligus bingung harus menjawab apa.
Tiba-tiba, Daisuke mendekat kearah telinga (y/n).
"Hanya apa?" bisik Daisuke
"Eh?"
"Jalankan menciummu, kalau kau mau melakukan hal yang lebih dari ini, aku juga tidak keberatan..."
"M...melakukan hal yang lebih dari ini?" tanya (y/n) sambil melirik kearah Daisuke yang berada di atasnya. Wajahnya semakin lama semakin memerah.
"Kau tidak perlu malu-malu seperti itu. Ingat, kita ini suami istri sekarang. Aku akan menunjukkannya padamu"
"E...eh?!"
Tiba-tiba, Daisuke menarik selimut agar menutupi tubuh mereka berdua.
"Ayo kita bersenang-senang malam ini, sayang...." ucap Daisuke dengan nada menggoda.
...
Waktu seakan-akan berhenti. Mereka benar-benar menikmati waktu romantis mereka berdua. Sungguh malam yang sangat sempurna bagi pasangan yang baru menikah ini.
***
Pagi hari pun tiba. Sinar matahari menyinari sebagian tubuh Daisuke. Daisuke membuka matanya perlahan. Lalu ia pun duduk di atas kasur sambil melakukan peregangan. Ia langsung menoleh ke sebelahnya untuk melihat (y/n). Tetapi, (y/n) tidak ada di sana.
Dengan cepat, Daisuke langsung beranjak dari duduknya dan segera mencari (y/n). Karena rumahnya yang besar, menyulitkannya mencari dimana keberadaan (y/n).
"(Y/n)! Kau dimana?! (Y/n)!" panggil Daisuke.
Tiba-tiba, ia mencium aroma makanan dari dalam dapur.
Siapa yang memasak? Bukankah koki yang aku sewa baru datang nanti siang?, gumam Daisuke. Karena ini adalah rumah baru, dan pelayan pribadi lamanya tetap berada di kediaman Kanbe, Daisuke mau tidak mau harus mendatangkan beberapa pelayan dan koki profesional baru. Tetapi karena pelayan pribadi Daisuke harus memenuhi kriteria khusus, para pelayan baru Daisuke tersebut baru akan datang nanti siang.
Dengan cepat, Daisuke langsung bergegas menuju dapur.
Sesampainya di dapur, ia melihat istrinya sedang memotong-motong sayuran. Kelihatannya, (y/n) sedang memasak untuk makan mereka berdua.
Begitu melihat suaminya berdiri di balik pintu, (y/n) pun menoleh kearahnya.
"Ohayou, Daisuke" sapa (y/n) sambil tersenyum manis.
Daisuke yang melihat istrinya sedang memegang pisau dapur dengan cepat langsung berlari kearah (y/n) dan merebut pisau tersebut dari tangan (y/n).
"Apa yang kau lakukan?! Ini berbahaya!" seru Daisuke sambil menjauhkan pisau tersebut dari (y/n).
"Eh? Aku sedang membuat sarapan untuk kita berdua"
"Sudah, kau tidak perlu susah payah memasak. Aku akan menyuruh koki sewaanku untuk segera datang kemari!" seru Daisuke sambil meraih handphone mahal miliknya. Ia terlalu overprotective terhadap (y/n). Ia benar-benar takut bila (y/n) sampai terluka.
"Tidak apa-apa, Daisuke. Aku sudah terbiasa memasak, kok. Dan lagi, kau ini terlalu boros, Daisuke. Walaupun uangmu memang banyak, kau tidak boleh selalu menghambur-hamburkan uang seperti itu"
"Terlalu boros?"
(Y/n) pun menghela nafas panjang.
"Kau ini, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Dan lagi, apa kau tidak mau mencoba masakan buatanku?" tanya (y/n) dengan nada sedikit merasa kecewa.
"Eh? Tentu aku mau!" balas Daisuke. Sekarang, ia malah lebih mirip anak kecil dibandingkan seorang suami.
(Y/n) pun tertawa kecil.
"Maka dari itu. Biarkan aku memasak, ya" ucap (y/n) sambil tersenyum.
"Wakatta. Tapi berhati-hatilah dalam menggunakan alat-alat dapur yang berbahaya" ujar Daisuke sambil menyerahkan pisau dapur tadi kepada (y/n).
"Baik, suamiku" ucap (y/n) sambil sedikit tertawa.
Lalu ia pun melanjutkan kegiatan memasaknya.
***
"Ta-da! Sarapan sudah siap!" seru (y/n) sambil meletakan beberapa buah piring diatas sebuah meja makan yang panjang. Padahal hanya mereka berdua yang tinggal di rumah ini namun meja makan mereka sangat panjang dengan kursi yang banyak pula.
(Y/n) pun duduk di salah satu kursi yang paling dekat dengan Daisuke.
"Ini mungkin tidak seenak masakan dari koki profesional yang biasa kau makan, tapi.. kuharap kau menyukainya"
Daisuke hanya terdiam. Lalu ia melahap makanan yang telah disajikan (y/n) tadi. Tiba-tiba, matanya langsung terbelalak ketika memakan sarapannya tersebut.
Daisuke pun langsung makan dengan sangat lahap.
(Y/n) terkejut dengan sikap suaminya itu. Ia tidak menyangka Daisuke akan sangat menyukai masakannya.
"Ini enak sekali. Aku tidak pernah merasakan makanan dengan rasa seperti ini" ucap Daisuke.
(Y/n) pun tersenyum. Ia merasa sangat senang ternyata Daisuke sangat menyukai sarapan yang telah ia buat.
"Yokatta. Aku sangat senang kalau kau menyukainya"
Lalu (y/n) pun ikut memakan sarapan yang telah ia buat tadi.
***
Setelah selesai makan, (y/n) langsung membawa piring-piring kotor ke tempat cuci piring.
"Hei! Kau tidak perlu membersihkannya. Biarkan pelayan kita nanti yang mengerjakannya"
"Tidak apa-apa. Lagipula, aku tidak suka melihat ruang makan yang berantakan" ucap (y/n) lalu ia melanjutkan perjalanannya menuju tempat cuci piring.
Karena (y/n) sangat bersikeras, Daisuke pun terpaksa membiarkan istrinya tersebut mencuci piring. Walaupun sebenarnya ia tidak mau (y/n) melakukannya.
(Y/n) pun langsung mencuci piring-piring kotor di tempat cuci piring. Dan ternyata, Daisuke mengikutinya dari belakang.
Tiba-tiba, Daisuke memeluk tubuh (y/n) dari belakang. Ia melingkarkan tangannya tepat di perut (y/n)
"Eh? D...Daisuke? Apa yang kau lakukan?"
"Memangnya aku tidak boleh memeluk istriku sendiri?" ucap Daisuke sambil sedikit berbisik. Lalu ia menghirup aroma tubuh (y/n) dari dekat. Benar-benar terasa wangi. Lalu Daisuke tiba-tiba mengecup sebelah pipi (y/n).
Disisi lain (y/n) memang merasa sedikit malu, namun ia merasa sangat nyaman Daisuke memperlakukannya seperti itu.
"Kau ini manja sekali, Daisuke"
Tiba-tiba, Daisuke menerima telepon dari seseorang.
Daisuke pun melepaskan pelukannya dari tubuh (y/n). Dengan cepat, ia pun segera mengangkat telepon tersebut.
"Ada apa?" tanya Daisuke ketus seperti biasanya. Sepertinya ia merasa kesal karena seseorang mengganggu waktu berkualitasnya bersama (y/n).
"Oi! Kanbe! Cepatlah ke kantor! Ada sesuatu yang terlihat mencurigakan. Kau harus segera kemari! Cepatlah!" seru seorang pria dari balik telepon. Ternyata pria tersebut adalah Haru. Tak lama kemudian, Haru langsung menutup teleponnya. Sepertinya ini adalah pekerjaan yang penting bagi Daisuke.
"Cih! Mengganggu saja!" keluh Daisuke kesal.
"Pekerjaan, ya?" tanya (y/n) sambil menoleh kebelakang.
"Iya. Maafkan aku. Sepertinya aku harus segera pergi ke kantor"
"Tidak apa-apa. Ayo, segeralah bersiap-siap" ucap (y/n) sambil mengeringkan kedua tangannya yang basah dengan lap.
***
Setelah siap dengan jas nya, Daisuke pun berjalan menuju pintu rumah. Diikuti oleh (y/n) dari belakang.
Daisuke pun membalikkan tubuhnya kearah (y/n).
"Aku berangkat dulu, ya" pamit Daisuke.
(Y/n) yang melihat dasi Daisuke yang sedikit miring, dengan cepat langsung membetulkannya.
"Sebentar. Kelihatannya ini sedikit berantakan.... Nah, ini baru rapi"
Daisuke yang melihat istrinya yang begitu perhatian kepadanya langsung tersenyum.
Lalu, Daisuke mengelus sebelah pipi (y/n).
"Tidak apa-apa kan, aku tinggal bekerja sebentar?"
"Tentu saja. Kau tidak perlu khawatir, Daisuke"
"Tapi kau sendirian di rumah. Aku takut akan terjadi apa-apa padamu, (y/n)" ucap Daisuke. Entah mengapa ia tiba-tiba merasakan firasat buruk yang akan terjadi. Apa mungkin itu hanya perasaannya saja?
"Tenang saja. Para pelayan pribadi baru kita akan datang nanti siang, bukan? Jadi, aku hanya akan sendirian beberapa jam saja.
"Benar juga, sih. Kalau begitu, pakailah ini" ucap Daisuke sambil memberikan sepasang anting HEUSC kepada (y/n).
"Kalau terjadi apa-apa, segeralah hubungi aku melalui HEUSC" lanjut Daisuke.
"Um, wakatta"
Suasana pun hening sejenak. Ma
ta mereka saling menatap satu sama lain.
Lalu, Mata Daisuke langsung berpindah memandangi bibir merah (y/n). Dengan cepat, ia pun memegangi wajah (y/n) dan langsung mendekatkan bibirnya kearah bibir (y/n). Spontan, (y/n) pun membalas ciuman bibir dari suaminya tersebut.
Mereka pun melepaskan ciuman mereka.
"Berjanjilah kau tidak akan apa-apa"
(Y/n) pun tertawa kecil.
"Kau tidak perlu sekhawatir itu. Aku akan baik-baik saja, suamiku"
Daisuke pun mengecup kening (y/n) dengan lembut.
"Baiklah, aku pergi dulu, ya" pamit Daisuke sambil membuka pintu.
"Um. Hati-hati, ya" ucap (y/n) sambil tersenyum.
Daisuke pun membalas senyuman (y/n) tersebut. Lalu ia langsung berjalan menuju mobilnya.
***
Sesampainya di kantor Departemen Kepolisian Metropolitan, Daisuke langsung menghampiri Haru, Mahoro, dan Shinnosuke yang sedang berkumpul di salah aatu komputer.
"A! Kanbe-san! Akhirnya kau datang juga!" sambut Mahoro.
"Ada masalah apa ini?" tanya Daisuke.
"Lihatlah ini. Kita menerima sebuah email berisi ancaman dari seseorang yang tidak dikenal. Dan disana tertulis namamu, Kanbe" ucap Haru sambil menunjukkan email tersebut kepada Daisuke.
Dengan cepat, Daisuke pun membaca email tersebut. Betapa terkejutnya ia, ternyata email tersebut ditujukkan untuk dirinya.
Tiba-tiba, ponsel Daisuke pun berdering. Dengan cepat Daisuke langsung mengangkatnnya. Ia pikir telepon tersebut datang dari istrinya, (y/n).
Namun, sebenarnya adalah...
"Moshi-moshi. Kau Kanbe Daisuke, bukan?" tanya seorang pria misterius dari ponsel Daisuke
"Apa maumu?!"
"Rupanya kau langsung mengerti maksud kami. Kami hanya ingin kau menyerahkan semua perusahaanmu pada kami"
"Apa maksudmu? Kalian pikir kalian siapa, hah?!" seru Daisuke.
"Mudah saja Tuan Kanbe. Kalau kau tidak mau menyerahkan perusahaanmu pada kami.... istrimu akan berada dalam bahaya"
Deg!
Sekujur tubuh Daisuke membeku seketika, seakan-akan jantungnya berhenti berdetak. Begitu mendengar (y/n) dalam bahaya, kesadarannya dalam sekejap langsung kabur.
Siapa orang-orang ini? Apa yang akan mereka lakukan pada (y/n)?, tanya Daisuke dalam hati.
.
.
.
.
.
~↞Bersambung↠~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top