【2/?】

Daisuke pun pergi menuju kantor Departemen Kepolisian Metropolitan, tempat dimana ia bekerja sebagai polisi sekaligus detektif. Disana ia bertemu dengan rekan kerjanya, Kato Haru. Dengan cepat, Haru langsung menghampiri Daisuke.

"Oi! Kau kemana saja, Kanbe?! Pekerjaan kita sudah menumpuk!" seru Haru.

"Aku hanya terlambat beberapa menit" sanggah Daisuke.

"Beberapa menit katamu? Lihat, sekarang sudah jam berapa? Ayo, kita harus segera pergi ke TKP kasus pencurian itu!" ujar Haru sambil menarik sebelah tangan Daisuke dengan kasar.

Mereka pun langsung meluncur ke tempat kejadian perkara untuk melaksanakan tugas mereka sebagai seorang detektif.

***

Bruk...bruk...bruk

Seseorang mengetuk pintu rumah keluarga Kimura dengan sangat kasar.

"Siapa itu?!" teriak ibu (y/n) dari dapur.

"Biar aku saja yang membukanya, okaasan" ucap (y/n) sambil berjalan menuju pintu rumahnya dan segera membukanya.

Begitu membuka pintu, betapa terkejutnya (y/n). Dua orang pria bertubuh besar dan berwajah sangar berdiri di hadapannya.

"Dimana orang tuamu?!" tanya salah satu pria menyeramkan itu.

"Maaf, tapi kalian siapa, ya?" tanya (y/n) yang berusaha sopan kepada kedua pria asing itu.

"Jangan banyak tanya, kau! Cepat katakan dimana orang tuamu!" balas pria tersebut kasar.

(Y/n) merasa sangat ketakutan, hingga ia tidak bisa berkata apapun.

Dari belakang terdengar suara kaki ibu (y/n) yang berjalan mendekati (y/n) dan kedua pria menyeramkan itu.

"Siapa itu, (y/n)-chan?" tanya ibu (y/n). Begitu melihat kedua pria tersebut, wajah ibu (y/n) langsung pucat.

Tiba-tiba, salah satu pria menggebrak pintu rumah (y/n) dengan sangat kasar.

"Jangan pura-pura tidak tahu! Lihat sudah tanggal berapa sekarang? Kenapa kau belum membayar utangmu juga, hah?!" teriak salah satu pria kekar tersebut. Ternyata kedua pria tersebut adalah rentenir yang meminjamkan uang kepada keluarga (y/n).

(Y/n) memang tidak lahir dari keluarga yang berkecukupan. Pekerjaan ayahnya tidak menentu sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun sulit. Oleh karena itu keluarga (y/n) sering meminjam uang kepada rentenir. Bahkan (y/n) rela bekerja paruh waktu di sebuah cafe untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun karena gajinya yang tak seberapa, keluarga (y/n) tetap kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

"M...maafkan aku. Kumohon, beri aku kelonggaran waktu lagi untuk membayarnya" ucap ibu (y/n) dengan suara yang sedikit bergetar karena sangat ketakutan.

Tiba-tiba, ayah (y/n) yang baru pulang dari pekerjaannya menghampiri mereka berempat. Karena pekerjaannya yang tidak menentu mengakibatkan ayah (y/n) pulang tidak menentu pula.

"Ada apa ini?" tanya ayah (y/n). Ia terkejut karena sudah ada dua orang rentenir di depan rumahnya.

"Cepat bayar utangmu! Ini sudah sangat sangat terlambat. Kalau tidak kami akan sita rumahmu!"

"K...kumohon, jangan sita rumah kami. I...ini. Aku akan membayar semua utangku" ucap ayah (y/n) lalu ia mengeluarkan satu buah amplop yang berisi beberapa lembar uang.

Dengan cepat, pria itu langsung merebut amplop tersebut dari tangan ayah (y/n). Lalu ia langsung menghitung berapa uang tersebut. Tiba-tiba, ia melempar amplop itu ke tanah.

"Apa-apaan ini?! Ini jelas-jelas masih kurang!"

"Maafkan aku. Hanya uang itu yang kami punya"

Lalu salah satu dari pria tersebut menoleh kearah (y/n). Ia baru sadar ternyata (y/n) memiliki paras yang cantik.

Dengan cepat, pria tersebut langsung menarik tangan (y/n) dengan sangat kasar. (Y/n) benar-benar merasa ketakutan.

"L...lepaskan!" seru (y/n) sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman kuat salah satu rentenir itu.

"Cepat bayar atau aku akan membawa anakmu!" ancam salah satu pria kekar tersebut.

"J..jangan! Kumohon jangan bawa anak kami!" seru ibu (y/n).

***

Disisi lain, Daisuke dan Haru sedang menyelidiki tempat kejadian perkara untuk mencari beberapa barang bukti.

Tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita paruh baya dari kejauhan.

"J..jangan! Kumohon jangan bawa anak kami!"

....

"Kau dengar itu, Kanbe?" tanya Haru kepada Daisuke.

"Um" jawab Daisuke singkat sambil menganggukkan kepalanya.

"Apa yang kau tunggu? Ayo kita kesana!" seru Haru sambil sedikit berlari menuju sumber suara tadi. Diikuti Daisuke dari belakang.

Daisuke dan Haru melihat ada keributan di rumah (y/n). Dengan cepat, mereka langsung menghampirinya untuk menengahi konflik tersebut.

"Tenang-tenang. Ada apa ini?" ucap Haru berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Sedangkan Daisuke, ia malah terpesona melihat kecantikan wajah (y/n).

"Mau apa kalian? Jangan ikut campur urusan kami!" seru salah satu pria berbadan kekar tersebut.

Dengan cepat, Haru dan Daisuke langsung mengeluarkan lencana polisi mereka.

"Kami dari departemen kepolisian metropolitan. Kami minta kalian berhenti menyakiti gadis itu" ucap Haru tegas.

"Hei, pak polisi. Ini sudah menjadi hak kami untuk menagih utang kepada mereka. Kalian tidak bisa menangkap kami!"

(Y/n) masih berusaha melepas genggaman tangannya dari pria rentenir itu. Tanpa ia sadari, air mata pun keluar dari sudut matanya. Ia merasa sangat ketakutan.

"Berapa banyak utangnya?" celetuk Daisuke tiba-tiba.

"200.000 yen"

Karena Daisuke merasa iba kepada (y/n), ia langsung memegang sebelah telinganya yang dipasangi sebuah anting. Anting tersebut bukan anting biasa, itu adalah HEUSC.

HEUSC adalah pelayan pribadi keluarga Kanbe yang berbentuk AI. AI ini bisa melakukan apa saja perintah majikannya. Misalnya, untuk membayar sesuatu, untuk mendeteksi dimana lokasi para anggota keluarga Kanbe, dan lain sebagainya. Untuk mengoperasikan sistem ini, majikan hanya tinggal memberi perintah dalam bentuk suara dan HEUSC secara otomatis akan langsung mengerjakan perintah tersebut.

"Hanya sebesar itu? HEUSC, kirimkan uang kepada rekening kedua orang ini sebesar 400.000 yen" ucap Daisuke sambil tetap memegangi sebelah telinganya yang dipasangi HEUSC.

"Baiklah" jawab HEUSC dengan suara robot khasnya.

"Aku sudah mengirimkan uangnya kepada kalian. Sekarang, lepaskan gadis itu!" perintah Daisuke.

Kedua rentenir tersebut tidak percaya dengan apa yang dikatakan Daisuke.

"Apa maksudmu? Jangan coba-coba menipu kami. Walaupun kalian berdua adalah polisi, kami tidak akan segan-segan!"

"Kalau tidak percaya, lihat saja rekening kalian" balas Daisuke.

Kedua rentenir itu pun saling memandang satu sama lain dengan tatapan bingung. Lalu mereka berdua membuka smarrhphone mereka untuk melihat jumlah uang di rekening mereka.

Ternyata benar, rekening mereka sekarang sudah bertambah masing-masing 200.000 yen. Mereka berdua pun spontan merasa sangat terkejut.

"I...ini terlalu banyak. Kami hanya butuh 200.000 yen. Bukan maisng-masing dari kami mendapat 200.000 yen"

"Ambil saja kembalian itu. Dan sekarang lepaskan gadis itu segera!"

"B...baik"

Salah satu rentenir itu langsung melepaskan genggaman tangannya dari tangan (y/n). Mereka berdua pun langsung pergi dari rumah (y/n).

Tak lama kemudian, Daisuke langsung berjalan menuju (y/n). Ia sedang mengelus-elus sebelah tangannya yang kesakitan karena di cengkram oleh seorang rentenir tadi.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Daisuke.

(Y/n) pun menganggukkan kepalanya.

"U...um. Aku tidak apa-apa. A...aku sangat berterima kasih, Tuan" ucap (y/n) malu-malu.

"S...sebenarnya siapa kalian?" tanya ayah (y/n).

"Bukankah seharusnya kalian berterima kasih dulu kepadaku?" balas Daisuke angkuh.

"Oi! Kanbe!" tegur Haru sambil sedikit berbisik. Namun, Daisuke tidak menghiraukan teguran Haru tersebut.

Spontan, ayah dan ibu (y/n) langsung membungkukkan tubuh mereka tanda mereka sangat berterima kasih kepada Daisuke.

"S...sumimasen. Maaf karena kami telah lancang. Kami sungguh berterima kasih kepada anda" ucap ayah (y/n). Mereka benar-benar tidak menyangka ternyata masih ada orang baik yang mau membantu mereka.

Kedua orang tua (y/n) pun langsung berdiri tegak kembali.

"Aku Kanbe Daisuke. Dan ini anjing setiaku, Kato Haru"

"Oi! Siapa yang kau panggil anjing, Kanbe?!" seru Haru yang terlihat marah karena disamakan dengan seekor anjing.

"Jadi, siapa namamu?" tanya Daisuke sambil melirik kearah (y/n).

"N...namaku Kimura (y/n). Senang bertemu dengan anda, Tuan"

"(Y/n), ya. Nama yang bagus"

"A...arigatou gozaimasu"

"J...jadi, apa yang bisa kami lakukan untuk membalas perbuatan baikmu ini, Tuan? Kumohon, katakan saja apa keinginanmu itu pada kami" ucap ibu (y/n) memohon.

"Keinginanku, katamu?"

"Iya. Apapun keinginanmu akan kami lakukan" balas ayah (y/n).

"Keinginanku hanya satu"

"Oi! Cukup, Kanbe!" seru Haru menegur Daisuke.

"Tidak apa-apa. Jadi, apa keinginan itu, Tuan?" tanya ayah (y/n).

"Biarkan aku menikahi anakmu ini"

...

(Y/n) dan kedua orang tuanya benar-benar terkejut dengan perkataan Daisuke tersebut. Mereka tidak menyangka Daisuke akan meminta permintaan seperti itu.

"M...menikahiku?" tanya (y/n).

"M...maaf, tuan. Tapi anak kami ini masih berumur 17 tahun. Bahkan ia belum lulus SMA" balas ayah (y/n).

"Kau bilang kau akan melakukan apapun untuk membalas kebaikanku ini" ujar Daisuke sedikit merasa kesal.

"Kanbe! Apa-apaan kau ini?!" tegur Haru. Namun lagi-lagi Daisuke tidak menghiraukannya.

"M...maafkan kami, Tuan!" balas ibu (y/n).

"Pokoknya (y/n) akan menjadi istriku. Dan untuk urusan pernikahan biar aku yang mengurusnya. Nanti salah seorang bawahanku akan menghubungi kalian bila acara pernikahannya sudah dekat. Itu saja, aku akan pulang sekarang" ucap Daisuke sambil berjalan begitu saja meninggalkan rumah (y/n).

"Oi! Matte, Kanbe!" seru Haru sambil mengejar Daisuke.

...

Tubuh (y/n) seketika mematung. Begitu pula dengan kedua orang tuanya. Mereka bingung harus melakukan apa sekarang.

Kedua orang tua (y/n) tentu saja tidak bisa menolak permintaan Daisuke tersebut. Semua utang mereka telah lunas terbayar berkat Daisuke.

Tapi,

Bagaimana dengan perasaan (y/n)?

Ia bahkan tidak tahu harus merasa sedih atau senang.

Umurnya masih sangat belia dan ia tentu saja belum siap untuk menikah muda.

(Y/n) masih ingin bersekolah. Sejujurnya ia tidak mau menikah.

Bahkan (y/n) dan Daisuke belum pernah bertemu sebelumnya. Bagaimana jika sebenarnya Daisuke adalah orang yang jahat?

Apakah Daisuke hanya sekadar iseng kepada (y/n). Dan setelah bosan, bisa saja Daisuke membuang (y/n) begitu saja. Apalagi, Daisuke memiliki harta yang berlebih. Memiliki lebih dari satu istri pun tentu tak jadi masalah baginya.

Hal tersebut membuat (y/n) merasa sangat takut dan khawatir.

"Oi! Kanbe! Apa kau serius tentang ini?" tanya Haru meragukan tindakan rekan kerjanya tersebut.

"Tentu saja" balas Daisuke sambil tetap berjalan lurus kedepan.

"Yang benar saja?! Kau baru mengenal gadis itu beberapa detik lalu!"

"Jadi?"

"Jangan membalikkan pertanyaanku, Kanbe! Kau tidak bisa main-main dengan pernikahan!"

Daisuke pun menghentikkan langkah kakinya. Lalu ia menoleh kebelakang, tepatnya kearah Haru.

"Siapa juga yang main-main? Kau yang masih sendiri hingga saat ini tahu apa tentang pernikahan?" tanya Daisuke sinis.

Perkataan Daisuke tersebut membuat Haru malu sendiri.

"J...jangan kaitkan dengan statusku saat ini, Kanbe!" seru Haru.

Daisuke pun kembali memandang ke depan.

"Lagipula, aku sudah benar-benar bulat dengan keputusanku ini. Apapun perintahku asal aku bisa membayarnya aku bisa mendapatkannya, bukan?"

"Sudah berapa kali aku katakan, tidak semua hal bisa kau beli dengan uang!"

"Aku tidak peduli. Pokonya aku akan tetap menikahi (y/n)" ucap Daisuke lalu ia langsung berjalan meninggalkan Haru sendirian. Umur yang semakin bertambah ternyata tidak membuat sifatnya semakin dewasa. Ia tetap saja bersikap egois seperti biasanya.

***

Ayah (y/n) sedang bertelepon dengan seorang bawahan Daisuke. Rupanya mereka sedang membicarakan tentang acara pernikahan (y/n) dan Daisuke yang akan dilangsukan dalam waktu dekat ini.

"...Jadi begitulah rencana pernikahan Daisuke-sama dengan Nona (y/n)" ucap salah satu bawahan Daisuke dari telepon.

"Baik. Aku mengerti" respon ayah (y/n).

"Karena Daisuke-sama akan menikahi anak anda, seluruh kebutuhan sehari-hari anda dengan istri anda akan ditanggung oleh Daisuke-sama"

"He? B...benarkah?!"

"Iya. Lalu Daisuke-sama bilang ia akan terlebih dulu mengenalkan Nona (y/n) dengan keluarga Kanbe besok. Jadi, besok pukul 9 pagi, Daisuke-sama akan menjemput Nona (y/n) ke rumah anda. Tolong untuk tidak membuat Daisuke-sama menunggu"

"Baik"

"Jya, yoroshiku onegaishimasu" ucap bawahan Daisuke tersebut, lalu ia langsung menutup teleponnya.

(Y/n) yang mendengar percakapan ayahnya tersebut hanya menundukkan kepalanya sambil duduk di sebuah kursi. Di kepalanya terus-menerus muncul hal-hal negatif yang mungkin akan terjadi bila ia menikah dengan Daisuke. Ia benar-benar merasa sangat khawatir.

Ibu (y/n) yang duduk tepat di samping (y/n) mencoba menenangkannya dengan menggenggam sebelah tangan (y/n). Spontan, (y/n) pun menoleh kearah ibunya.

"Kau tidak apa-apa, nak?" tanya ibu (y/n).

(Y/n) pun kembali menundukkan kepalanya.

"Aku takut, okaasan. Aku sama sekali tidak mengenal Tuan Daisuke. Apalagi, umurnya sangat berbeda jauh denganku"

Dengan cepat, ibu (y/n) langsung memeluk (y/n) dan mengelus-elus kepala putri tunggalnya itu.

"Maafkan kami ya, sayang. Tidak ada yang bisa kami lakukan selain menuruti keinginan Tuan Daisuke. Kalau terjadi apa-apa, segera hubungi okaasan, ya" ucap ibu (y/n) pelan.

(Y/n) hanya membalasnya dengan anggukan kecil.

Ayah (y/n) yang melihat anaknya itu merasa sangat terpukul. Hembusan nafas berat keluar dari mulut pria paruh baya tersebut. Ia benar-benar tidak rela bila (y/n) harus menikah dengan lelaki yang tak dicintai anaknya itu. Apalagi umur Daisuke bisa dibilang sudah terlalu tua untuk menikahi anaknya yang masih sangat belia. Ia merasa gagal menjadi seorang ayah karena tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarganya sendiri.

.
.
.
.
.

~↞Bersambung↠~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top