44. Kedatangan Seorang Malaikat
Dazai Osamu x Reader
Bungo Stray Dogs (文豪ストレイドッグス, Bungō Sutorei Doggusu; lit. Literary Stray Dogs) is a manga written by Kafka Asagiri and illustrated by Sango Harukawa.
Genre : Tentukan Sendiri
Rate : T
.
.
.
Pandangan ku kabur namun kewajiban memaksa ku tetap terjaga, Okaa-san tak berhenti menyeka peluh keringat ku. Otou-san tetap berbicara dengan ku dengan nada yang cukup keras, mungkin ia berniat untuk tetap membuatku terjaga. Sementara Onii-chan tak berhenti menelfon seseorang sembari terus mengumpat marah.
"(Name) lihat Tou-san, kau ingat ini?, atau yang ini?" pria yang menyandang status sebagai calon kakek dari cucu pertamanya itu terus membuat wajah lucu untukku.
"Aku ingat kok, Otou-san badut yang waktu itu datang ke ulang tahun ku yang ke 12 kan?" balasku lemah, memaksakan setidaknya sebuah senyuman menggantikan tawa yang tak bisa ku berikan di sela-sela rasa sakit yang teramat sangat ini.
Anehnya Otou-san juga ikut menangis,tangan besar yang mulai keriput itu bergetar di genggaman ku.
"Aku- ba- aku akan baik-baik saja" janji ku merintih perih.
"Oii! Bagaimana keadaannya?" tanya Onii-chan pada wanita yang menangani proses kelahiran ku, menyerah menelfon seseorang.
"Sedikit lagi, kurasa ini sudah masuk bukaan yang terakhir, berjuanglah (Name) chan" ia menyemangati ku, aku tak begitu mengenalnya, tapi suaranya terasa familiar di telingaku. Suara-suara yang pernah ku dengar di liburan musim panas sewaktu penggelaran festival tahunan di desa ini.
"Ia masih belum datang" batinku agak merasa kecewa, jika tau begini kemarin aku tak menyuruhnya kembali ke Yokohama memenuhi panggilan Tantei-sha. Ini aneh obsesi yang kurasakan pada Dazai Osamu walaupun kini kami saling memiliki itu aneh.
Brakkk...
Suara-suara aneh dari luar rumah terdengar samar dari telingaku, kurasa Onii-chan sadar siapa yang datang, pasalnya raut wajahnya terlihat begitu marah seolah siap menghajar siapapun yang akan memasuki kediaman kami.
"Kau, darimana saja kau-" Osamu-kun melewati Onii-chan begitu saja, ia bahkan lupa melepas sepatunya.
"(Name), (Name) apa kau baik-baik saja? Bagaimana keadaannya?" tanya Osamu-kun.
"Aneh, leher rahim sudah sepenuhnya terbuka beberapa menit yang lalu dan kepala bayi harusnya bisa keluar dengan dorongan, tapi bayinya tak mau keluar " ujarnya panik, Osamu-kun menatap ku.
"Aku sudah bener-benar mendorongnya loh!" balasku tak terima, menepis pikirannya aku terlalu malas mendorong bayinya.
"Aku percaya kau sudah berusaha keras" ia mengecup kening ku sebentar, memberi ku penghargaan atas kerja keras ku baru-baru ini.
"Dazai, aku menyesal harus mengatakan ini. Namun kemungkinan bayinya terlilit tali pusar (Name)" jawab Yosano sensei, Osamu-kun tak datang sendirian rupanya, kerja bagus suami ku.
"K- kalau begitu bukankah keputusan terbaik adalah mengirim (Name)-chan ke rumah sakit besar?" Yosano menggeleng.
"Terlalu jauh, kenyataan ketuban nya yang pecah bisa berefek pada bayinya saja sudah membuat ku khawatir jika anak nakal itu tak segera keluar dari perut (Name). Dazai, apa kau mengizinkannya?" tanya Yosano-sensei izin pada suami ku, aku tau izin apa yang sedang ia minta saat ini. Ku genggam erat tangan Osamu-kun yang bergetar dingin.
"Aku akan baik-baik saja" ujarku berharap dapat menenangkannya, ia mengusap wajahnya kasar. Jika ada seseorang yang harus disalahkan atas insiden ini orang itu adalah aku, aku dan keras kepala ku. tapi tak sedikit pun Osamu-kun berniat menyalahkanku.
"Lakukan apapun Yosano-san" putus Dazai.
"Baiklak, maafkan aku tapi kalian semua harus keluar dari ruangan ini. Aku butuh ruang untuk menangani (Name) dan juga yang terpenting aku tak ingin kalian melihat (Name) keskitan" Yosano-sensei memakai sarung tangannya, yang kutau kemampuan Yosano-sensei adalah menyembuhkan luka apapun. Jadi yang bisa kupikirkan saat ini adalah ia akan mengoprasi manual.
Otou-san dan Kaa-chan telah pergi, namun Nii-chan dan Osamu kun masih tetap tak beranjak dari sini.
"Aku akan tetap disini" balas Nii-chan keras kepala.
"Aku mengerti bagaimana kalian berdua menyayangi (Name), tapi kalian berdua juga harus mengerti bahwa melihat orang yang kalian sayangi sekarat adalah neraka yang takkan sanggup kalian lewati, jadi kumohon keluarlah!" paksa Yosano-sensei.
Akhirnya Onii-chan mau keluar, mulai saat ini sampai nanti operasinya selesai akulah yang akan merasakan rasa sakit itu, namun Yosano- sensei tau betul melihat keluargaku yang merasa khawatir membuatku lebih sakit lagi nantinya.
"K- kau tak pergi?" tanya ku tak begitu jelas pada Osamu-kun, ia tak menjawab apapun melainkan terus menggenggam erat tangan ku.
"Yosano-sensei cepat lakukan dan akhiri pendiritaan (Nmae)"pintanya.
"(Name) kuatkan dirimu, ini hanya akan sebentar, setelah kuambil anak mu aku akan langsung menggunakan kemampuanku untuk menyembuhkan ku dan berharap tanpa bantuan ku di proses kelahiran ini kau bisa sekarat dengan sendrinya" aku mengangguk mengerti, termasuk bagian aku harus sekarat dulu baru Yosano-sensei bisa menggunakan kemampuannya.
Aku memilih membuka mata ku lebar-lebar, memperhatikan anak nakal itu keluar dan menghirup udara yang sama dengan ku nantinya.
Mata pisau menyentuh permukaan kulit ku, rasanya dingin mengejutkan sama seperti mandi pagi tanpa air hangat. Tak lama kemidian perih menjlar hingga ke otak ketika benda tajam itu mulai merobek perutku.
Teriakanku mulai mendominasi ruangan, Osamu-kun tak banyak bicara melainkan terus menggengam erat tangan ku, raut wajahnya tersirat khawatir dan kedua matanya terpejam.Semua harus dilakukan secara hati-hati agar bayi tak terluka dan goresan harus dibuat cukup dalam untuk menggapai sang bayi di dalamnya.
Sakita sekali sampai aku tak bisa berhenti menangis, merelakan diri untuk disakiti seperti ini."N-nor" aku menggeliat mencoba meneriakkan nama seseorang yangs samar ku ingat selalu ada ketika tubuh ini terluka, namun beberapa waktu yang lalu Yosano-sensei memerintahkan Osamu-kun agar menahan setiap pergerakan ku, kita tidak mau ada goresan luka yang tidak perlu.
"Nor" aku ingat wujud mereka, tiga orang wanita yang selalu berada disekitar ku, di tahun-tahun sulit hidup ini. Lucu, entah kenapa rasanya aku merasa aku begitu dekat dengan para dewi-dewi itu, padahal jika di pikir-pikir lagi mereka bertiga mungkin hanya manusia, mungkin seorang teman yang sangat dekat dengan ku.
Sakitnya semakin menjadi ketika Yosano-sensei menarik keluar sesuatu.
"NORN" pekikku tak sengaja nama itu keluar begitu saja.
"Tidak mungkin..." Yosano-sensei menatap ku tak percaya.
"Lukanya, lukanya menutup" lanjutnya tak percaya.
"Ha? Ini bukan perbuatan mu?" tanya Osamu-kun
"Bukan, setelah ini aku masih berencana membuat (Name) sekarat, kau tau sendiri bukan kemampuan ku takkan aktif kecuali dalam keadaan sekarat, penyembuhan seperti ini seolah-olah dewa sedang campur tangan atas nasib (Name)"
Apanya yang dewa, kuhabiskan seluruh masa hidupku untuk berhenti percaya dan membenci mereka yang memliki pangkat dewa atau semacamnya.
"Selamat, putri mu lahir sehat" Yosano-sensei memperlihatkan malaikat kecil ku itu.
"Syukurlah, syukurlah..." jawab ku bernafas lega, putri kecil kami menangis sangat keras menandakan bahwa ia lahir normal dan sehat, warnanya pink cerah dan ia sangat cantik. Aku tak sabar melihatnya membuka mata, apakah ia mirip seperti ku atau lebih mirip ke Osamu-kun ayahnya.
"Aku akan memandikannya, setelah itu kau bisa mendekapnya" Yosano-sensei pergi membawa putriku, aku hanya mengangguk pelan, lelah terasa pada setiap otot ku.
"Kerja bagus sayang" Osamu-kun tak berhenti mengusap surai ku bangga, ku tatap wajah tampannya yang agak semrawut itu, air mata menetes begitu saja. Tak tahan melihatnya menangis tangan-tangan ini terulur menghapusnya sama seperti hari-hari sebelumnya dimana ia selalu mengkhawatirkan ku.
"Jangan menangis Anata, putri kita lahir selamat dan sehat" tangis Osamu-kun semkain menjadi, ia memelukku sambil tak berhenti berbisik terimakasih.
"Ia cantik seperti mu"
"Kau melihatnya?" tanyaku.
"Aku sama sekali tak menutup mataku, menantikan kelahiran putri kita membuatku gugup hingga tak bisa menutup mata" aku tertawa kecil, grasak-grusuk terdengara dari luar ruangan, aku tau semua rasa sakit ini dan semua bahagia ini, aku tau ini semua nyata.
Atmosphere ini mulai membuatku terasa sesak, luapan kebahagia membuatku merasa bersyukur saja takkan pernah cukup.
Yosano-sensei datang dengan mendekap putri kami, senyum sumringah tak kunjung pudar dari bibirnya. Mungkin salah satu keinginan nya telah tercapai, untuk pertama kali dalam perjalanan hidupnya ia melihat asal muasal kehidupan langsung dengan mata kepala nya.
"Aaaaa.... imutnya cucu Ojii-chan" Otou-san menoel pipi malaikat kecil kami, sementara Onii-chan tak bisa berhenti khawatir akan kulit sensitif bayi dan segala macam hal berlebihan yang pernah ia baca di majalah.
"Siapa namanya?" tanya Ibuku.
Tentu saja kami berdua telah menyiapkan nama yang sempurna untuk nya dari jauh-jauh hari, hanya saja...
"Otou-san Okaa-san namanya Maia. Anu... aku mengantuk, bisa kah ku tidur sebentar saja?" ujar ku pelan, terlelap bahkan sebelum mendapat izin dari mereka semua. Lelah sekali.Aku ingin tidur sebentar saja. Rasanya sebuah lagu indah memanggil ku ke pulau kapuk.
"(NAME)! (NAME)!" Osamu-kun meneriaki ku, kedua mata ini memang telah sepenuhnya terpejam namun aku akan sangat berterimakasih jika Osamu-kun bisa sedikit lebih tenang.
"Aku akan kembali..." jawabku, seketika telinga ini tak lagi mendengar teriakan-teriakan itu, indra perasa ini tak lagi bisa merasakan genggam hangatnya tangan Osamu-kun.
Syukurlah, aku bangga dan bahagia bisa berakhir bahagia seperti ini...
Syukurlah aku diberi kesempatan oleh yang maha kuasa.
Kisah hidupku tidak berakhir mengenaskan, tidak sebagai seorang penjahat yang tak sempat membersihkan nama baiknya, tidak juga sebagai wanita yang terus menanti cintanya terbalas.
Melainkan kebanggaan sebagai seorang Ibu.
To be continue~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top