42 Beautiful in White.
Bungo Stray Dogs (文豪ストレイドッグス, Bungō Sutorei Doggusu; lit. Literary Stray Dogs) is a manga written by Kafka Asagiri and illustrated by Sango Harukawa.
Genre : Tentukan Sendiri
Rate : T
.
.
.
Aku menjatuhkan keranjang belanjaan ku begitu saja, lalu memeluk pria itu.
Tingginya hampir sama dengan Osamu kun, mungkin lebih tinggi, atau mungkin lebih pendek aku tak terlalu memikirkannya. Melihat nya berdiri di depan mata ku membuatku hilang kendali akan diriku sendiri.
“Ada apa ini? Apa baru saja ada sesuatu yang membuat mu senang?” tanya nya, aku menggeleng dalam pelukan yang ku dominasi ini.
Ah... aku merindungan suara ini. Rindu sekali sampai ku pikir aku akan menghabiskan waktu hidup ku tanpa pernah bertemu dengannya lagi dan mendengar suaranya.
“Aku merindukan mu papa...”
-----------***-----------
Dan disinilah kami berdua, berakhir di kedai kopi dengan diriku yang tak berhenti untuk khawatir.
Beberapa menit yang lalu aku dengan tak sengaja bertemu dengan papa Odasaku, lalu kenangan itu kembali membayangi pikiran ku dan semena-mena aku mengatakan pada papa Odasaku, bahwa aku melihatnya telah tiada.
Ia mengajak ku untuk singgah di kedai kopi terdekat untuk menenangkan diri dan papa berjanji akan mendengarkan semua yang ku katakan.
“Osamu kun dan dokter bilang ini hanya hilang ingatan sementara, mengingat tidak ada hal penting yang hilang.” Aku menyudahi penjelasan ku dan papa mengangguk mengerti.
“Selama aku mengenal mu kau tak pernah berbohong, jadi aku mempercayai mu namun apa yang kau katakan tentang aku dan orang tua mu itu semuanya itu tidak benar, lihat kami masih berdiri di depan mu” balas papa, aku menunduk paham. Tidak seharusnya aku meneruskan omong kosong tentang kematian mereka ini.
“Kau adalah putriku yang jujur. Mungkin yang kau lihat itu adalah mimpi, ketakutan mu yang sebenarnya biasanya di tunjukkan lewat mimpi, jangan bersedih aku tak suka melihatnya seolah kerja keras ku membahagiakan mu sampai saat ini terhapus begitu saja. Apapun yang terjadi aku akan selalu berada disisimu.” Papa membelai pipiku dan menghapus genangan air mata ku, ia benar yang kulihat itu semuanya pasti mimpi. Mimpi selalu terlihat begitu nyata bukan?.
Aku akan segera melupakannya, sama seperti bangun di pagi hari membasuh muka dan mengunyah sarapan ku, lalu tanpa kusadari ingatan tentang mimpi itu akan hilang tak berbekas.
“Ngomong-ngomong bagaimana denganmu? Apa hubungan mu dengan Dazai baik-baik saja? Tidak! Yang sebenarnya ingin kutanyakan apa kau baik-baik saja?” Papa memandangku serius, aku segera mengerti maksud dari pandangannya.
“Aku dan Osamu kun, kami aka segera menikah dalam waktu dekat ini” ceplos ku.
Papa tersedak oleh kopi pesanan nya sendiri, menatapku tak percaya...
“(Name), apa kau sudah mempertimbangkan keputusan mu ini? Pernikahan adalah hubungan yang sangat berbeda dengan menjalin kasih yang kalian lakukan saat ini, terlebih Dazai tidak pernah bersikap baik padamu” Papa menutup kalimatnya dengan suara rendah.
“Aku mungkin tak lagi mengingatnya, namun aku yakin diriku yang dulu juga bersih keras untuk tetap menjalin hubungan bersama Osamu kun bukan papa? Aku yakin akan keputusan ku kali ini, Osamu kun menjelaskan semua kesalahpahaman ini terlebih aku tak bisa membiarkan calon anakku tidak mengenal ayahnya” tawa ku kecil, melihat raut wajah papa yang tak berhenti terkejut membuat tawa ku muncul begitu saja.
“Orang itu...” papa memijat keningnya frustasi, tersirat sedikit nada kesal di dalam kalimatnya.
-------***--------
Aku menunduk menatap lantai keramik putih yang juga membiaskan wajah ku, beberapa orang sibuk mengerumuni ku, memberikan titah-perintah yang absolut untuk kuturuti.
Darah ku seolah berdesir lebih cepat dari biasanya, berbagai pertanyaan di otakku kini bersiap menuntut jawaban mereka.
“Lihat! Sudah kubilang dengan tangan-tangan ku ini kau akan menjadi wanita paling cantik di dunia” gadis bersurai hitam kelam yang ku ketahui bernama Naomi memamerkan karya besarnya pada yang lainnya.
“Benarkah?” ucapku, tak terlalu mempermasalahkan hal semacam itu.
“(Name) san cantik...” puji Kyouka, mata biru kelamnya tak berhenti menatapku berbinar.
“Oiii oiii, kau ini masih bocah! Jangan berfikir melihat (Name) seolah melihat dirimu di masa depan” jawab Yosano sensei menutup telephone genggamnya.
“(Name) bersiaplah! Mereka sudah datang!” titah Yosano sensei untuk yang terakhir kalinya, mengakhiri titah absolute mereka untuk ku.
Aku mengangguk kaku, darahku masih berdesir cepat sementara buih-buih keringat dingin memaksa keluar, beruntung dengan bantuan AC aku bisa mencegahnya.
Beberapa dari ruangan yang baru saja ku tinggalkan, kutemukan cermin sebesar diriku. Tidak! Lebih tepatnya lebih besar dari diriku, ini seperti cermin yang ku lihat di wahana cermin refleksi di taman bermain.
Berhenti sejenak ku tatap diriku, aku menganga tak percaya. Inikah aku?, yang tengah berdiri ini, sungguhkah diriku?.
Aku menyentuh cermin itu untuk meyakinkan diriku sendiri, pasalnya yang kulihat ini seolah mimpi. Mimpi yang bahkan tak kusangka akan jadi kenyataan. Aku berdiri mengenakan gaun putih layaknya sorang putri kerajaan asing, bibirku ranum dan semerah mawar. Polesan bedak ini memang cukup tebal, belum lagi dengan bulu mata palsu berukuran besar ini. Mereka semua terlihat berlebihan, namun tak mengingkari kenyataan bahwa diriku kini semakin cantik.
“Aku seorang pengantin...” tak sadar kata itu lolos begitu saja dari bibirku.
"Ah... Lama sekali"
“ Aku lelah menunggu ..."
Tanpa kusadari air mata lolos begitu saja, Yosano sensei akan marah jika melihat riasan ku luntur. Kenapa aku menangisi sebuah kebahagiaan? Hari ini adalah hari bahagia ku lantas mengapa aku menangis.
“Jangan terlalu tenggelam dalam kepalsuan ini”
Sontak aku menoleh, menatap sekelilingku. Barusan itu suara siapa?.
“H- halo? Apa ada orang disana?” aku menatap gudang kecil dengan pintu yang sedikit terbuka, tak ada yang menyahuti ku. Terlalu gelap hingga akupun tak bisa melihat apa yang ada di dalam ruangan itu.
“Jangan bodoh (Name), ini tempat suci mana mungkin ada seseorang ada di dalam gudang gelap itu yang tadi itu pasti hanya perasaan mu saja” yakin ku pada diriku sendiri, siapa yang berada di tempat gelap itu? Bahkan jika itupun hantu takkan berani singgah di tempat suci ini.
“(Name)-san, (Name)-san” ku dapat Kyouka menarik-narik gaun ku.
“Ada apa Kyouka-chan?” tanya ku menatapnya, gadis cilik itu begitu cantik dalam balutan kimono putih bercorak daun maple khas musim gugur.
“Semuanya mencari mu” balasnya, gawat sepertinya aku terlalu lama menghabiskan waktu untuk meratapi kebahagiaan yang akhirnya kudapat kan ini hingga bisa-bisa aku menghancurkan acara pernikahan ku sendiri.
“A-aku mengerti! Ayo kita berangkat sekarang” jawab ku panik segera menuruni tangga dengan terburu-buru.
“Hati-hati (Name)-san” Kyouka memperingatkan ku, aku mengangguk mengerti.
Tak lucu jika pengantin utama hadir di altar pernikahan dengan kondisi tergelinding dari tangga bukan? Terlebih sekarang ini tubuhku bukan milikku seorang, melainkan milik calon anakku juga.
“Darimana saja kau?” tanya Yosano, aku hanya memberikan senyuman terbaikku untuk mengelak sebelum dokter cantik itu menceramahiku dan benar-benar membatalkan acara pernikahannya.
“Hn... Sudahlah” Yosano menyerah untuk kali ini saja ia mengalah.
“Sekarang pilih pendamping pengiring mu” aku memiringkan kepala ku bingung, pendamping pengiring bukannya wali dari pengantin wanita bukan?, kenapa harus memilih jika aku hanya punya-
“Tuggu dulu! Harusnya kita sudah sepakat bahwa pendamping pengantin wanita adalah aku bukan (Last Name)-san!”
“Tidak bisa! Semalam kau meminta menjadi pendamping putri ku saat aku sedang mabuk, kau dengar itu?, aku sedang tidak dalam keadaan 100% sadar!”
“Kalian berdua tenang lah! Jika seperti ini (Name) bisa sedih! Kita ambil jalan tengahnya saja”
“APA!?” jawab mereka berdua spontan.
“bagaimana jika aku saja yang menjadi pendampin pengiring (Name)?, bukan kah itu adil”
“TIDAK!” jawab mereka kompak lagi, sungguh musuh yang kompak.
“Mereka sudah seperti itu bahkan sehari sebelum hari pernikahan mu” jawab Yosano-sensei menjelaskan keadaannya padaku.
Aku cengo, bagaimana bisa aku lupa. Dunia ini bahkan tak tanggung-tanggung memberikan ku kebahagiaan yang berlimpah, keluarga ku yang kupikir telah hangus di kobaran api masih hidup, papa Odasaku yang ku pikir telah tiada karna ulah organisasi mimic ternyata masih sehat meskipun ku dengar kesehatannya sempat menuun beberapa waktu ini, lalu yang terakhir ayah kandung dan kakak kandungku mereka berdua masih hidup dan tinggal di Tokyo.
Mama bercerita padaku yang anehnya tiba-tiba lupa keberadaan mereka, bahwa keluarga ku yang sebelumnya berpisah karna adanya ketidakcocokan hati bukan Ayah yang bersikap brutal.
Dan begitulah ceritanya aku mendapatkan 3 orang ayah dalam satu kehidupan.
“Sudah cukup kalian bertiga kakek-kakek tua!” Yosano-sensei melerai.
“KAMI BELUM TUA!” balas mereka bertiga kompak, sempat ku pertanyakan mereka ini musuh sekaligus sekutu atau bagaimana?.
“Belum tua bagaimana! Putri sulung kalian akan segera menikah cepatlah sadar bahwa kalian ini sudah tua!” Yosano-sensei kini telah mengeluarkan kata sarkasnya, aku tertawa renyah beruntung hujatan itu bukan untukku.
“Sudah... sudah kalian semuanya, aku tau jalan penyelesaian untuk hal sepele ini”
“Bagaimana? Hanya akan ada satu ayah yang bisa menjadi pengiring mu! Dan juga kau tau bahwa kau adalah satu-satunya putri kami, kesempatan seperti ini dimasa depan takkan terulang lagi.” Jawab Papa Odasaku.
“Kenapa harus satu jika aku bisa memilih kalian semua? Maksud ku Otou san, dan papa bisa jadi pengiring ku, lihat aku punya dua tangan untuk kalian pegang” jawabku riang, masalah sepele begini saja bisa ku pecahkan dengan singkat dan adil.
Papa kandung ku dan Otousan bisa menerima keputusan ku, namun kudapati wajah semu papa Odasaku yang membuang tatapannya.
“Tentu saja untuk papa Odasaku aku punya tugas untuk mu yang hanya bisa kau lakukan” senyum ku menggenggam kedua tangannya, kini pria bernama lengkap Odasaku Kenosuke itu kembali menatap mata ku.
“Lihat itu” ku arahkan pandangan ku pada Osamu-kun yang masih bercakap-cakap dengan yang lainnya.
“Aku ingin papa menjadi pendampingnya, di bandingkan diriku Osamu-kun lebih membutuhkan seorang keluarga yang harus datang dan menjadi saksi pernikahannya” jelasku semoga papa Odasaku tak berkecil hati, pasalnya memang benar Osamu-kun lebih membutuhkan seorang keluarga dibandingkan diriku.
Osamu-kun tak lagi mengingat ataupun mengenal keluarga nya, masa lalunya yang terlalu kelam dan dosa serta noda yang ada pada dirinya menutupi sisi masa lalunya yang lain.
Menyedihkan mendengar Osamu-kun bahkan berfikir bahwa bisa jadi orang tuanya membuangnya ke jalanan atau mungkin memang menginginkan dirinya tiada, dari kedua kemungkinan itu aku masih yakin bahkan jika itu benar orang tua akan tetap menjadi orang tua yang menyayangi anak-anak mereka, selalu ada alasan.
“Kau tau papa, Osamu-kun bilang sebelum bertemu dengan ku hanya papa yang tersisa bagi Osamu kun dan kuharap kali ini selain menjadi seorang sahabat papa bisa menggantikan sosok ayah yang tak pernah Osamu kun kenal karna aku menyayangi kalian berdua” kembali ku pamerkan senyum terbaikku, tak ada gunanya cemas memikirkan apa papa Odasaku akan menerima tawaran ku atau tidak. Karna aku yakin ia pasti menerimanya.
“Hah... aku mengerti! Pastikan kedua ayah mu ini tidak mengacaukan acaranya” ujarnya membelai kepala ku, membalas senyuman dengan senyuman.
“Baiklah semua telah tertata rapi selanjutnya apa?” tanya ku pada diriku sendiri, seolah menantang apapun yang akan terjadi takkan menghentikan langkahku untuk meraih kebahagiaan.
“Selanjutnya persiapkan dirimu sayang” sahut Ibuku.
“Untuk apa Kaa-san?, jika itu untuk bahagia maka aku akan siap” jawabku mantap, sementara satu-satunya Ibuku itu tertawa sumringah, gelak tawanya tak pernah terdengar seperti wanita berusia puluhan tahun.
Seolah darah muda masih mengalir deras di pembulu darahnya, mengingkari kenyataan bahwa usianya tak lagi muda.
“Kau tau, ada banyak yang harus di persiapkan calon istri setelah pernikahan” Ibu membelai pucuk kepalaku lembut, matanya sayu bisa kutebak semalaman mungkin ia menangisi kepergian ku.
Kepergian anak perempuannya yang akan di pinang seseorang pastilah berat dan kurasa aku mengerti arah pembicaraan ini.
“Ketika seorang wanita resmi menjadi istri hal selanjutnya yang harus mulai ia persiapkan adalah hatinya, siapkah kau menerima segala kekurangan suami mu, lalu kau juga harus mulai menerima bahwa kini hidupmu tak lagi milik mu seorang jadi kau tak bisa bersifat egois dan memutuskan semua hal sendirian sayang” ah... Ibuku yang satu ini memang benar sangat mengerti diriku, bagaimana besar sifat egois nan keras kepala ku ini semuanya ia sangat paham.
“Lalu kau harus menyiapkan keteguhan mu untuk melangkah ke status yang lebih dari seorang istri” aku menatap nya heran, memang apa yang dilakukan seorang pengantin wanita selain menjadi seorang istri?.
“Ibu, kau akan menjadi seorang Ibu dan itu tak mudah” lanjutnya, aku terus memperhatikan Ibuku kagum.
“Pertama-tama adalah nyawa yang siap di pertaruhkan (Name), lalu kesabaran, dan mungkin untuk mu kau harus ikhlas jika harus berbagi kasih sayang Osamu-san dengan anak mu kelak” aku menertawakan syarat terakhir itu, kenapa terdengar lucu.
Tentu saja aku bisa melakukannya dengan mudah kan.
“Tenang saja Kaa-san, semua yang kau katakan itu akan kulakukan tanpa kegagalan” Ibuku menangis tepat dihadapan ku, kemudia mengecup keningku lama sambil terus mengucap “semoga kau bahagia, semoga kau bahagia sayang” layaknya sebuah mantra yang ia harap manjur untuk hidupku yang ku jalani dengan Osamu-kun kelak.
Aku menggenggam tangan ringkih nya, tangan yang telah membesarkan ku hingga saat ini itu terasa hangat di permukaan kulit ku,kira-kira kenapa yah? Aku takkan mundur, bahkan jika Ibu harus menangis aku takkan mundur dan berjanji akan bahagia seperti yang mereka semua harapkan untukku.
“Ayolah! Apa hanya mama? Tak ada pelukan untuk para papa?” tanya Otou san, aku tersenyum kecil menanggapinya lalu menggeleng pelan.
“Tidak ada!, hari ini aku ingin Osamu-kun yang jadi satu-satunya pria yang mendapat pelukan ku” ujar ku menjahili mereka berdua.
“Sudah kuduga! Pria antah berantah itu akan mencuri putri kecil ku mama” Otou san menghambur memeluk Kaa-san, Kaa-san menatap papa, mantan suaminya. Membuatku mengerti bahwa saran Kaa-san bukan bualan yang berlebihan.
“Papa bisa minta tolong?" tanya ku membawanya pergi.
Papa mungkin bisa kehilangan mama, dan aku takkan bisa mengembalikan mama padanya. Tapi akan kupastikan aku punya cukup waktu bersamanya hingga ia cukup sadar bahwa ia takkan pernah kehilangan seorang putrinya.
-----------***-----------
Dan benar saja pernikahan kami jadi pernikahan ter aneh mungkin, para tamu menatap ku dengan berbagai ekspresi.
Mungkin hanya aku mempelai wanita dengan dua wali pengiring, dan mungkin hanya Dazai pria dengan wali pengiring, entahlah... Aku tak mempermasalahkannya.
Kini aku lebih memikirkan diriku sendiri, walaupun tak terlihat begitu jelas aku tau di altar pernikahan Osamu kun menunggu ku dengan senyuman terbaik miliknya.
Dan aku takkan bisa menghadapinya, kaki ku mulai terasa bergetar gugup. Bagaimana aku bisa menatap wajahnya nanti? Osamu kun begitu tampan, aku tak bisa menatapnya.
"Tenanglah sayang, rileks kan dirimu, jika kau terlalu gugup menghadapi mempelai prianya cukup pikirkan hanya ada kalian berdua di tempat ini.
Papa berbisik padaku, ia sadar karna mungkin lengan ku ikut bergetar gugup.
Hingga sampai lah kami di altar pernikahan, Papa menyerahkanku pada Osamu kun. Tapi nampaknya tidak dengan Otousan, ia sulit melepaskan tangannya dariku.
"Aku akan baik-baik saja" bisikku padanya sampai ia mengalah.
Aku menatapnya, mata dark hazel yang selalu membuatku larut itu sekali lagi mengambil alih kesadaran ku.
"Kau cantik dalam balutan gaun itu" Dazai berbisik, membuatku semakin menunduk malu.
Hanya ada kami berdua di tempat ini, saran papa sangat bagus. Kini aku bisa bersikap seperti biasanya, seperti saat kami bertengkar dan aku menatap langsung ke matanya, atau seperti aku yang selalu mencari kebeneran di mata misterius itu.
"Apa kau (Full Name) menerima Dazai Osamu dikala senang, sakit, hidup dan mati? " lihat? Tanpa kusadari upacara pernikahan kami telah mencapai klimaks nya.
"Yah... Aku akan selalu menerimanya" jawabku.
"Kini kalian resmi menjadi suami istri, kau bisa mencium mempelai" Ucap pastur pada Dazai.
Aku menutup mataku gugup, jangankan ciuman di depan publik seperti ini. Kencan saja kami belum pernah melakukannya.
Beberapa detik tak kurasakan apapun aku membuka salah satu mataku, melihat apa ada sesuatu yang salah?.
Dan ya! Suami ku terlalu bodoh dengan mempermainkan penutupan upacara pernikahan kami dengan memasang wajah aneh tanpa menciumku.
Aku tau ekspresi itu, ekspresi yang mengatakan "aku takkan mencium mu" dengan cengiran aneh.
Baiklah! Aku yang akan mengambil tindakan.
Sedikit berjinjit kucoba memotong jarak tinggi badan kami hingga kuharap bisa meraih bibirnya. Namun pria ini, Osamu kun seolah tiba-tiba menjadi tiang listrik yang menjulang tinggi. Apa benar perbedaan tinggi kami benar-benar terpaut jauh?.
Sampai aku berjinjit pun tak kunjung ku temui permukaan bibirnya. Sampai kudapati kecupan manis mendarat di bibirku. Kedua tangannya memeluk pinggang ku erat, memotong jarak antara kami berdua.
Aku membuka mata ku, mendapati iris mata dark hazelnya juga menatap iris mataku. Ciuman dengan mata terbuka ternyata tak begitu buruk.
Banyak permintaan maaf Yukitan ucapin buat para readers sekalian.
Tiba-tiba Yukitan ngilang lagi gitu, maaf yah, iya awalnya niat ngilang beberapa hari doang ampe selesai ngerush Halloween event. Tapi gak ga lama ini kakek ku ngedrop.
Ku minta doa kalian semua yah, ini mumpung Yukitan lagi senggang, gabut tengkurepan sana sini di rs ga bisa tidur 😂 Yukitan balik selesain Halloween deh :v, engga deng Yukitan update.
Happy Reading.
Ps : saking lamanya Yukitan lupa bagian ini udah di edit atau belum, tapi seeingat Yukitan 5 chapter terakhir ini udah diedit semua kok tinggal post.
Ps (lagi) : Kalo kalo reader tachi nanya source foto yang Yukitan pake buat update kali ini, itu dari Game Azure lane ok. Ga cuma Husbando aja Yukitan hobi ngoleksi waifu loh :"v.
Hai okke sampai sini dulu karna abis ini subuh dan biasanya udah mulai bangun juga orang-orang lain, kan lucu kalo Yukitan molor lagi 😂
Untuk update selanjutnya Yukitan umumin dari fiture baru wattpad yang pesan dinding apalah itu 😂, sekalian nyoba-nyoba
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top