•Keraguan

..oOo..

My Princess
-Keraguan-
Written by LIANA2789

Genre: Fanfiction, romance
Pair: Sasusaku
Rate: T

.

.

.

Semua terperangah melihat sepasang muda-mudi yang berjalan beriringan dengan telapak tangan bertaut mesra. Tak hentinya mereka memandangi dua sosok murid tersohor tersebut.

Dikenal sebagai rival abadi, tapi kini mereka datang ke sekolah bersama. Dengan satu kendaraan yang sama. Juga tangan yang menyatu.

Sakura terus menunduk kala dirinya menjadi pusat perhatian siswa lain. Ia menutup wajahnya dengan sebelah tangannya yang bebas. Tanpa diketahui oleh yang lainnya, sebenarnya ia sedang berusaha melepaskan genggaman tangan Sasuke.

Namun, bukan terlepas malah semakin erat. Dan itu membuatnya gelagapan. Sementara pemuda raven yang berjalan disampingnya itu nampak tak sekalipun peduli. Tetap memandang kearah depan dengan bibir tertutup rapat.

Sorak-sorak disertai siulan jahil yang menggoda terus mengisi perjalan menuju kelasnya, yang terasa memiliki jarak ribuan mil. Sakura tak hentinya berteriak dalam hati, juga mengumpati siluman pantat ayam yang terlihat tenang tanpa adanya rasa terganggu.

Jika tahu akan seperti ini jadinya, maka sedari awal dirinya akan menolak tumpangan dari Sasuke tadi. Pemuda itu datang kerumahnya pagi-pagi buta, menekan bel rumah dan berbincang bersama ibunya.

Dia datang bahkan sebelum Sakura bangun dari ranjang tidurnya, hingga menyiapkan sarapan pagi untuknya. Hal yang terlihat sekali ke-modusannya.

Memasuki kelas, Sakura disambut oleh tatapan terkejut semua teman-temannya. Sasuke yang cuek hanya melangkah masuk, menuju kearah tempat duduk mereka berdua yang berdekatan.

Semua kawan-kawannya terbelalak hingga membuka mulut mereka lebar-lebar, tanpa sadar. Ino yang terlihat paling tidak percaya dengan pemandangan didepannya. Heran dengan perubahan kelakuan Sasuke pada Sakura ataupun sebaliknya.

Saat duduk, Sasuke tak kunjung melepas tautan tangan mereka. Jal yang membuat Sakura begitu malu hingga merona hebat. Pemuda itu malah sibuk memandang kearah jendela dengan acuh, mengabaikan wajah Sakura yang memerah bak kepiting rebus.

Oh entahlah, dirasanya jantung miliknya berdetak tak karuan. Dipompa jutaan kali lebih cepat dari biasanya. Semua terlewat manis dan terkesan memalukan disaat bersamaan.

Ada rasa aneh yang hinggap dalam hatinya. Juga sedikit rasa kesal pada Sasuke yang nampak diam dengan ekspresi datar dan tak berarti.

"Sasuke," bisik Sakura.

Dia menoleh, mempertontonkan wajah bak dewa yang tampan tiada tanding. Gezz, kenapa Sakura baru menyadarinya?!

"Hn? Kau butuh sesuatu?" Tanya Sasuke.

Sakura melirik kearah tautan tangan mereka. Berharap Sasuke mengerti maksudnya. "Itu," gumamnya.

"Apa?" Sakura ingin sekali mengumpat. Pada kelakuan super bodoh dan tidak peka Sasuke.

Hancur sudah bayangan sempurna Sasuke diotaknya, teralih oleh Sasuke yang menyebalkan. Sama seperti waktu dulu dia menganggapnya rival sejati.

"Kau tidak sadar atau berpura-pura tidak sadar, hah?!" Ucap Sakura kesal.

"Aku benar-benar tak tahu apa yang kau maksud atau apa yang ingin kau katakan." Jawab Sasuke.

"Tanganmu!"

"Kenapa dengan tanganku?" Tanya Sasuke polos.

"Gezz! Lepaskan tanganmu, baka!" Geram Sakura.

"Ini?" Sasuke mengangkat genggamannya keatas. Memperlihatkan dengan jelas pada semua murid kelas maupun yang diluar, yang mengintip melalui jendela.

"Ya! Apalagi memang?!" Ucap Sakura penuh emosi.

Secarik senyum menggoda terlukis indah dibibir tipisnya. Sasuke mendekatkan wajahnya pada Sakura, membuat gadis merah muda tersebut gugup dengan pipi merona.

Semua dibuat siswi, pemuja Sasuke titisan dewa tampan, berteriak histeris melihat adegan mesra itu. Sasuke yang berbeda, dengan sisi yang nakal, liar, dan sedikit jahil baru saja terpampang didepan mata. Membuat mereka menggila bak orang gila.

"Tidak mau. Sebelum kau mau menjadi kekasihku, aku tidak mau melepasnya." Tolak Sasuke.

"Sasuke senpai! Aku mau jadi kekasihmu!" Teriak siswi lainnya.

Sakura menatap siswi itu dengan heran. Pemuda seperti Sasuke ternyata memiliki penggemar yang begitu mengerikan.

"Tidak! Tidak akan pernah!" Bantah Sakura.

Sasuke mengangkat bahunya acuh. Lalu menegakkan badannya. Melangkah pergi kearah yang tak diketahui Sakura. Tangan Sakura yang tetap sengaja digenggam, membuatnya ikut tertarik mengikuti langkah pangeran sekolah itu.

Sakura berusaha sekuat tenaga melepasnya, menariknya dengan paksa, dan semua terasa sia-sia. Tautan tangan mereka tak merenggang sedikitpun, semakin erat setiap ia memberontak.

"Hey! Sasuke! Lepas!" Sakura terus memberikan perlawanan tanpa henti. Terus menerus memberontak liar.

"Tidak." Tegas Sasuke.

"Lepaskan aku! Akhh!!" Sasuke berhenti mendadak, membuat Sakura terbentur tubuhnya secara mendadak.

"Kau mau lepas dariku?" Tawar Sasuke.

"Sangat! Tapi tidak jika aku harus jadi kekasihmu! Tidak akan pernah!" Ujar Sakura.

Sasuke mendekat. Berjalan kearahnya, menuntunnya untuk bergera mundur dengan waspada. "Kenapa kau? Hey, kau mau apa?!" Bentak Sakura.

Deg

Sakura menyadari bahwa dibelakang punggungnya adalah dinding sekolah. Dalam arti sesungguhnya ia telah terhimpit.

Pemuda bermata hitam legam itu menampilkan seringai tampannya. Mereka dikelilingi oleh segerombol murid yang melihatnya dengan ekspresi penasaran.

"Apa kau yakin?" Tanya Sasuke.

Tidak, entahlah. Aku tidak tahu. Batin Sakura.

"Ya!" Ucap Sakura dengan tegas.

"Kenapa? Katakan." Paksa Sasuke.

Aku tidak tahu. Tapi kurasa aku mulai suka padamu. Pikirnya.

"Karena, aku tidak pernah suka padamu." Gumam Sakura.

Semua membeku. Diam pada posisi masing-masing. Sasuke tertawa hambar pada detik selanjutnya.

"Jadi, begitu rupanya." Ucap Sasuke.

Tautan tangan mereka terlepas. Sasuke mundur beberapa langkah. Dan Sakura menatapnya dengan pandangan tak terbaca.

"Baiklah. Sampai jumpa," Sasuke pergi meninggalkannya sendiri.

Kriingg

Bel tanda masuk sekolah berdering kencang diseluruh penjuru kelas. Memecah kondisi yang mendadak hening. Seluruh murid yang sebelumnya mengelilingi Sakura, kini berhambur masuk ke kelas masing-masing.

Dan tinggallah Sakura yang sendiri. Berdiam diri dengan posisi tegak menopang tubuh.

Rasa aneh menghunjam tubuhnya. Ia perlahan menyentuh dada kirinya yang terasa sakit saat ini. Rasanya, semua kembali hambar.

"Aku ini, kenapa?" Tanya Sakura.

.

.

.

Di jam istirahat pertama, Ino langsung saja tanpa aba-aba menarik tangan Sakura menuju kantin. Dan itu menjadi kesekian kalinya tangan Sakura ditarik oleh orang-orang.

Ah, mengingat tentang Sasuke, pemuda itu tampak berdiam diri dibangkunya. Lalu memutuskan untuk ikut dengan Naruto, pergi entah kemana.

Setelah kejadian di lorong sekolah tadi, suasana diantara mereka menjadi begitu canggung. Baik Sakura ataupun Sasuke, mereka tak sekalipun melempar kata-kata.

Semua menjadi penuh kekosongan, juga hampa.

Sekarang ia tengah menceritakan hal-hal yang terjadi pada hubungannya dengan Sasuke. Perubahan sikap Sasuke yang semaki jelas, hingga sampai keakarnya.

Ino begitu serius mendengar ceritanya, sesekali menyendokkan sesendok ice cream rasa vanilla yang berada dalam cup kecil.

"Jadi begini, intinya adalah bagaimana perasaanmu padanya sekarang?" Tanya Ino.

"Entahlah. Terlalu rumit." Keluh Sakura.

"Kami berawal dari sepasang rival dan sekarang-"

Brak

"Itu dia masalahnya!" Seru Ino dengan menggebrak meja kantin.

Sakura begitu terkejut dibuatnya. Kebisingan yang ditimbulkan gadis berhelai rambut panjang itu mengundang tatapan bertanya dari lautan murid yang mengisi penuh kantin sekolah.

Ino tetap cuek, lalu melanjutkan tutur katanya pada Sakura. "Masalahnya ada disana. Kau merisaukan hubungan masa lalu kalian yang merupakan sepasang rival, hingga tidak menyadari kau kini dekat hingga menyimpan rasa suka padanya." Jelas Ino panjang lebar.

Sakura menimang-nimang semua perkataan Ino dalam otaknya. Benarkah begitu? Batinnya.

"Aku akan pergi sebentar. Aku harus membeli satu cup ice cream ini lagi, sebelum ada orang yang membelinya lebih dulu." Pamit Ino.

Benarkah, aku suka pada Sasuke? Pikirnya dalam hati.

.

.

.

TBC

A/N:

Udah baper belom? :)
Kukasih konflik biar agak seru ;)

Salam,
Ayu P.S/Liana.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top