25


Dengungan suara air conditioner mencemari pendengaranku yang kini terlelap menikmati rasa penatnya.

Suara gemericik air terdengar jelas, membuatku terganggu dan terbangun dari tidurku.

Kulihat semburat lemah cahaya matahari menembus tirai jendela yang tampak eksotis dengan estetikanya. Aku mengerjapkan mata berulang-ulang. Tetapi yang kutemukan adalah...

Sebuah ruangan yang jauh lebih luas, serba hitam putih dan terlihat sangat rapi dibandingkan..

Ruanganku!

Ini jelas bukan kamarku! Aku masih ingat, betapa berserakannya barang-barangku di atas kasur.

Ah!!

Aku menepuk jidatku. Saeron pasti marah karena pergerakan tidurnya akan terganggu dengan barang-barangku yang masih menumpuk.

Lalu, dimanakah aku??







Terdengar suara pintu terbuka dari arah samping kananku. Apa iya aku dan Saeron pindah kamar? Namun bagaimana mungkin aku tak mengingatnya?? Pintu kamar mandi ruanganku berada di sebelah kiri.

Aku masih ngantuk sekali. Aku memijit pelipisku dan mengusap leherku. Sedikit peregangan mungkin akan menambah sedikit semangatku pagi ini.

"Sae--"

Aku baru akan memanggil nama Saeron, tetapi tidak jadi setelah aku mendapati sebuah jas yang melekat di tubuhku.




"Kau sudah bangun?"



















Bos Taeyong?!















Keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk menggantung di lehernya, bertelanjang dada dan hanya memakai celana panjang hitamnya semalam??




Aku menutupi kedua mataku yang terkotori!

"Astaga Bos?! Apa yang kau lakukan??"

Aku begitu panik. Aku tak biasa memandangi tubuh polos pria lain kecuali tubuh Yuta. Saking seringnya Yuta bertelanjang dada hingga membuatku tak pernah alergi menatapnya.

Tetapi... jika itu pria lain??

Apalagi ini Bos Taeyong!

"Halah.. nggak usah sok polos."

"Lumayan lo dapat pemandangan segar pagi-pagi begini."



Pemandangan segar pantatmu Bos?!

"Sudah.. buka saja matamu. Ngapain pake ditutupin segala?"

"Kau gila Bos! Kau gila!!"

Aku beranjak dari atas kasur dan ingin segera keluar dari kamar terkutuk ini, tentu masih dengan menutupi kedua mataku.

Aku sampai di pintu. Aku mencoba membukanya. Namun gagal!

"Kenapa kau ketakutan begitu?"

Kudengar suara Bos menanyaiku dari belakang sana dengan suara spesifiknya. Apa perlu aku jelaskan sikapnya yang terlampau berlebihan ini?

"Apa kau tidak sadar Bos?! Apa yang sudah kau lakukan di depan seorang wanita lajang sepertiku? Sungguh tidak sopan!"

"Kenapa menyalahkanku? Aku terbiasa begini setiap pagi."

"Kebiasaan macam apa huh? Kalau kau tahu ada wanita di dalam kamarmu, harusnya kau berpakaian saja dari dalam kamar mandi. Kau gila!"

Protesku pada Bos tanpa melihatnya. Aku sangat malu. Sedari tadi aku hanya bisa menyembunyikan wajahku dengan menghadap balik pintu.

"Suka-suka diriku. Aku Bos. Aku bebas melakukan apapun apalagi di daerah kekuasaanku. Lagipula, salahkan dirimu sendiri yang tertidur di kamarku!"

Aku tertidur?

"Kenapa kau tak bangunkan saja aku Bos? Dengan begitu aku bisa kembali ke kamarku! Kau sengaja ya??"


"Heh!!"


Brak.










Aku merasakan telapak tangan Bos, yang venanya menyembul ke permukaan kulit, menggebrak daun pintu pada kedua sisi tubuhku. Aku terkurung.

"Untung aku baik hati. Apa yang orang lain akan katakan jika melihatmu keluar dari kamarku malam-malam? Coba pikirkan. Aku menyelamatkan harga dirimu. Dan ya!"

"Ini masih cukup pagi. Aku memastikan, masih belum ada yang bangun di jam segini, jadi pergilah kembali ke kamarmu."

Bos berhenti membisikiku diikuti rayapan tangan Bos yang membuka pintu dengan sangat mudah.

"Sana pergi."

Tak berperasaan.


Bos menutup pintunya dengan sangat keras hingga aku sedikit melonjak kaget.

"Tuh kan.. berubah lagi. Jadi kasar begini.."

Monologku sambil mengusap lengan yang sempat dicengkeram oleh Bos Taeyong. Tidak lupa, betapa datar ekspresinya ketika ia mendorongku dari dalam kamarnya.

.............................

Baru saja kuselesaikan acara bersih-bersih diriku. Aku mengeringkan rambutku dengan hair dryer milik Saeron.

"Hyun?"

Saeron keluar dari balik kamar mandi.

"Hmm?"

"Semalam kau di kamar kan?"

Astaga. Bagaimana aku melewatkan hal sepenting itu? Aku baru ingat kalau Saeron tidak mengetahui bahwa semalam aku tak berada di kamar ini.

"I-iya, kenapa?"

"Kenapa ada jas Bos Taeyong disini?"

Jas Bos??

Lekas kuputar pandanganku dan Saeron sudah berdiri di pinggir ranjang sambil membolak-balik jas abu-abu itu dengan kedua tangannya.

Aku lupa jika tadi pagi keluar masih mengenakan jas milik Bos. Ya ampun, Sohyun...!!

Aku merebut jas tersebut dengan sergap.

"E-eh?!"

Saeron tampak terkejut oleh pergerakan tiba-tibaku. Aku tak peduli! Asalkan aku aman. Setidaknya aku sudah memikirkan alasan yang bagus untuk pertanyaannya.

"Ehm.. ini.. ini itu.. ini.. Ini jas milik Doyoung kok!"


"Milik Doyoung?"

"Iya. Semalam.. aku sempat jalan-jalan di sekeliling resort bersamanya. Karena aku merasa dingin, dia memberikan jasnya."

"Bukannya tidak percaya padamu. Namun yang kutahu, jas abu-abu ini sering dipakai Bos karena jas tersebut kesayangannya. Oh ya! Semalam, bukankah Bos juga memakai jas abu-abu??"


"A-ah.."

"Mungkin kebetulan saja sama. Kau tahu kan kalau Bos dan Doyoung bersahabat lama? Mereka pasti memiliki ikon yang senada pula."

Saeron menggaruk kepalanya.

"Iya juga sih."

Syukurlah dia percaya. Aku dapat bernapas dengan lega.

.....................

Aku hampir tidak bisa fokus. Ini seminar ataukah ajang kebolehan visual para pengusaha-pengusaha muda yang tampan??

Cukup kemarin aku menahan ludahku menyaksikan paras Tuan Chanyeol yang bak malaikat. Sekarang, lebih dari tiga pria dengan performa rupawannya telah menyita perhatianku.

Tuan Daniel dari EuiGeon Corp.

Tuan Kai dari SM Group.

Dan...

Tuan Jinyoung dari JYP Company.



Alih-alih mendengar materi seminar, aku bertumpu pada kedua sikuku dan hanya mengkhayalkan diriku bersama ketiga manager muda itu.

Tampan sekali..

"Nona??"

"Nona??"





"Hey!!"

Aku tersadar dari lamunanku ketika Saeron yang berada di sebelahku menyenggol sikuku.

"Apa?"

"Kau dipanggil tuh!"

"Nona, tolong fokus saat saya sedang menyampaikan materi."

"Aa.. Saya minta maaf. Saya akan berfokus mulai sekarang."

Ucapku sambil berdiri dan membungkukkan badan pada semua peserta seminar.

Memalukan sekali.

.......................

Tak terasa, dua hari berlalu begitu pesat. Sudah waktunya berefreshing!!

Kami meninggalkan resort. Tak lupa berpamitan pada Tuan Chanyeol yang baik hati. Selepas itu, kami berangkat ke Naminara Republic yang letaknya tak begitu jauh.

Excited-nya adalah kami harus menggunakan paspor untuk memasuki destinasi wisata tersebut. Layaknya sebuah negara, Nami Island mempunyai mata uang, perangko, dan kartu teleponnya sendiri. Ketika memasuki gerbang Naminara, kami disambut oleh antrian pengunjung dari kantor imigrasi.

Unik sekali.

Tetapi yang jauh mengambil hatiku adalah pohon-pohon disini yang tumbuh menjulang tinggi. Apalagi ini sedang musim gugur. Dedaunan berwarna merah, kuning hingga oranye berjatuhan tertiup oleh angin. Indah sekali. Sama seperti yang aku harapkan.

Doyoung dan yang lain sama takjubnya sepertiku. Mereka tiada jengah menatap suguhan istimewa dari pulau ini.

Aku memejamkan kedua mataku dan merasakan hembusan angin yang menerpa wajah.

"Sohyun.."

Aku mendengar suara Bos memanggilku. Kubuka mata perlahan dan rupanya Bos sudah berada di samping tubuhku.

Matanya yang bulat dan terlihat teduh, untuk kali ini, seakan menyihirku agar tak beralih menatapnya.

Ada apa? Kenapa Bos menghampiriku?

Aku tak mengalihkan sedikit antusiasku padanya. Hingga, tangan kirinya tergerak ke atas. Menggapai ujung rambutku dan mengambil sesuatu darisana.

Ia tak segera memindahkan tangan kekarnya. Namun, perlahan tangannya bergerak turun sampai sedikit kurasakan belaiannya yang menyentuh pipiku.

"B-Bos?"

Bos sama sekali tidak merespon. Pengelihatannya terlihat kosong, tetapi sebenarnya ia memandangi wajahku tanpa beralih sedikit pun.

"Cantik.."




Aku tersentak dengan wajah cengo-ku. Baru saja dia memujiku??

"Lihat. Cantik bukan?"


Bos menunjukkan tangan kirinya tadi yang sudah memegang selembar daun maple berwarna jingga.

Ah.. daun itu yang cantik ternyata. Aku jadi malu.. kupikir ia baru saja memujiku.

Bos menampilkan smirk di paras dinginnya. Heol.

Ia kembali menjadi seorang iblis yang licik.





"Kau suka tempat ini?"

"Eoh.. tentu saja. Kau sangat romantis."

"Yah.. aku memang romantis. Aku mencintaimu sayang."

Mataku berpindah memperhatikan dua orang pasangan yang sedang bercumbu mesra di depanku.

Insting matchmaker-ku mulai berkontraksi. Aku melihat masa depan yang buruk di antara keduanya.

Aku menghampiri mereka. Demi menyelamatkan si wanita yang dibohongi lelakinya itu, aku berbuat nekat. Meskipun harus ikut campur urusan mereka.

"Permisi Nona? Apakah kalian berpacaran?"

Aku mengganggu aktivitas berciuman mereka. Maaf. Sebelum si wanita itu terluka parah, maka aku terpaksa bertindak begini.

"Apa kau tidak tahu malu? Kami sedang berciuman. Kau malah mengusik kami berdua!"

Lelaki itu memarahiku habis-habisan. Aku malah tertawa melihatnya.

"Tuan, sudah berapa wanita yang kau cium dan tiduri selama kau berhubungan dengan Nona ini?"

Nona itu melirik wajah pasangannya dengan garang. Tajam matanya terlihat sangat menuntut jawaban.

"Sa-sayang?? Kenapa kau melihatku seperti itu?? Apa kau termakan omongan gadis asing ini huh?"

"Nona, aku melihat masa depan kalian tidak berjalan lancar. Aku pastikan, Tuan ini bukan jodoh yang pas untuk Nona."

"Hey!! Beraninya kau--"

"Dia berselingkuh di belakang Nona. Percayalah. Kalau perlu, periksa saja ponselnya."

Interupsiku.

"Apa itu benar, Jaem??"

"Sayang??--"

Pria itu hendak menjelaskan sesuatu pada Nona, namun terhenti karena ia buru-buru mencaciku.

"Sudah puas menganggu kami?? Apa aku mengenalmu? Apa kau mengenalku? Apa kita saling kenal?? Kau pasti menfitnahku saja kan? Apa kau iri pada kami? Apa kau tak pernah berciuman? Jika kau mau melampiaskan kelajanganmu maka jangan pada kami juga! Kau---"










Suara decakan tertangakap jelas dari telingaku.

Aku merasakan kehangatan pada kedua bibirku. Pandanganku pada Tuan tempramen itu terhalangi. Sebuah rahang tegas menempel di wajahku. Sebuah hidung mancung, mendesak pernafasanku.

Aku merasakan gerakan-gerakan halus di labiumku hingga membuatku merasa geli. Sama seperti pengalaman pertama aku merasakannya. Dengan orang yang sama!





Bos! Dia menciumku dan melakukan permainannya seorang diri di hadapan pasangan tersebut??

Bahkan di hadapan semua pengunjung!

Apa yang ia lakukan padaku??


Aku mendorong tubuhnya, tetapi ia menekan tengkukku semakin dalam dan merapatkan pinggangku pada tubuhnya semakin erat. Bos terus melumat bibirku dengan ganas. Aku sama sekali tak berbuat apapun. Aku terlalu kaget.

Hingga saatnya Bos melepas ciumannya, dan dengan wajah yang masih berjarak satu senti, ia berbisik.




"Anggap ini bonus atas hasil kerjamu.

Aku menyelamatkanmu yang kalah telak dari cacian pria tempramen itu. Benarkan wanita lajang??"




















"Apa kau menyukainya?"









































"Sohyun?! Apa yang kau lakukan dengan Taeyong?"











































To be Continued.


Author update lagi. Hihihi...

Dan hadirlah cameo-cameo tampan kita.. keke


Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top