04. pulang


"Mau sampe kapan disini? Pulang, Lar."

Suara lembut dari sang kakak menyadarkan Solar yang tengah melamun. Pria itu menoleh ke arah kakaknya yang tengah tersenyum sambil membawa dua gelas susu panas yang ia perkirakan itu untuknya dan si kakak.

"Bang Gem," Solar sedikit geser ke kanan, memberi tempat untuk Gempa duduk di sampingnya.

"Kamu udah hampir sebulan disini, atau kamu memang udah ngerencanain mau disini lama banget? Kamu bawa koper besar soalnya."

"... Solar bingung, Bang. Solar kayaknya salah terus di mata dia―enggak, maksudnya di mata keluarga dia. Haish, capek banget."

Gempa terkekeh, ia memberikan susu panas itu pada Solar. "Abang enggak mau ikut-ikutan masalah rumah tangga kalian. Tapi kalo Solar mau curhat, telpon Abang aja."

Semenjak ketiga saudaranya menikah dan saudara lainnya mulai sibuk dengan dunia mereka sendiri, Gempa sedikit merasa sepi. Kalau boleh jujur, Gempa itu rindu dengan suasana rumah saat mereka masih sekolah.

"Kalo dipikir-pikir, lebih enak manggil Kak Gem daripada Bang Gem."

"Dulu kamu manggilnya pake 'Kak', tuh. Gara-gara Thorn sama Blaze tiba-tiba manggil aku pake 'Bang', kamu jadi kebawa mereka."

Pemilik manik silver itu hanya tertawa kecil, kalau bisa, dia ingin tinggal disini saja bersama saudara-saudaranya. Tapi, dia ingat, jikalau ada dua orang yang sekarang menjadi bagian dari kewajiban dia.

"Pulang ke sana juga paling malah bikin masalah baru."

"Tapi kamu harus pulang, Solar. Seenggaknya jelasin ke [Name], kenapa kamu jadi begini. Kamu bahkan sempet ngehindarin Cahaya. Inget, sekarang kamu itu udah jadi Ayah."

Solar menghela napas panjang, dia sudah muak dengan semua ini. Salahkan orang itu yang membuat rumah tangganya berada di ujung tanduk.

Jika saja Solar bisa memutar waktu, Solar akan membuat [Name] dan orang itu tak bertemu.

"Kok rasanya ... nikah sama [Name] itu salah satu kesalahan besar yang pernah aku buat."

"Solar, bahasamu!"

❛❛I wish that I could wake up with amnesia, and forget about the stupid little things.❜❜


Pria itu memasuki rumah berwarna krem dicampuri dengan putih. Saat ia masuk rumah, semuanya rapi, tak ada satupun yang berantakan. Membuat dirinya sedikit kagum dengan orang yang membersihkan ini.

Matanya mencari sosok penghuni rumah yang sudah sebulan tak ia hampiri. Oh, tidak, rasa bersalah mulai datang pada dirinya.

Dengan pelan, kakinya menuju ke arah pintu kamar istrinya. Tak ada sang istri disana, tapi ada Cahaya yang sudah bangun dari tidurnya tanpa ada suara isakan atau bekas air mata.

Anteng, ya.

"Ayaa, udah mulai bisa angkat kepala aja. Sekarang Aya udah dua bulan, ya?" Solar tertawa sendiri ketika berbicara dengan anak yang mencegah dia bercerai dengan istrinya.

"Maaf, ya. Sebulan lalu Papi gak ada di deket Aya sama Mami ...,"

"Tapi Aya harus terbiasa. Harus bisa berdikari, biar nanti bisa jagain Mami. Papi itu kan, gak selamanya bakal ada di samping Mami-mu itu. Makanya, nanti kamu harus bisa berdikari, ya? Biar bisa gantiin Papi buat jagain Mami."

Solar paham, Solar tahu. Anaknya ini tak akan mengerti maksud perkataannya. Usianya baru dua bulan, walau sebentar lagi akan menjadi tiga bulan. Baginya, ini cukup menyebalkan karena mau tak mau dirinya memakai kata andalan ayahnya.

"Janji sama Papi, ya? Buat jagain kesayangan kita berdua."

Solar memegang pelan tangan kecil mungil itu, dia membuka jari kelingking si bayi lalu menyatukan kelingkingnya dengan milik si bayi.

Setelahnya, dia kembali berdiri dan keluar dari kamar sang istri. Saat Solar memutuskan untuk keluar dari kamar istrinya, ia tak sengaja papasan dengan istrinya yang juga keluar dari kamarnya.

Membuat keduanya bingung.

"... Kamu ngapain di kamarku?"

"Harusnya aku yang nanya. Ngapain kamu pulang?"

Solar memutar bola matanya malas, "[Name], tolong, lah. Sekali aja, kita gak berantem itu bisa gak? Aku pulang juga karena kalian. Ya kali aku ninggalin kalian berdua disini."

"Oh, masih inget Istri ternyata."

"[Name]!"

Baru juga pulang.

[Name] melangkahkan kakinya ke depan, melewati Solar begitu saja dan turun ke bawah untuk membuat makan siang.

Sengaja. [Name] lebih suka bertengkar di malam hari dibandingkan siang hari. Tetangga pasti akan heboh nanti.

Melihat si istri yang ke dapur untuk membuat makan siang, Solar—sebagai suami yang baik—berinisiatif mengambil talenan untuk membantu istrinya.

"Sini kubantu."

"Gak butuh bantuan dari orang yang gak pernah jelas kalo ngasih alasan. Sok bisa sendiri."

Astaga, istrinya ini masih marah dengannya, ya?

"Maaf."

[Name] yang baru saja mengeluarkan daun bawang dari laci kulkas langsung memutar matanya malas. Ia menghela napas panjang, kesal dengan Solar yang selalu seperti ini.

"Aku gak peduli kamu minta maaf atau gak, aku cuma pengen tau aja alasan kamu. Udah itu aja cukup. Setahun lebih, loh, kita jadi sering berantem gini, Lar. Kamu gak cape?"

"Aku udah bilang, kan? Kamu bakal tau sendiri, [Name]. Sini bawangnya, aku aja yang kupas."

[Name] berikan bawang putih dan bawang merah pada suaminya tanpa sadar. Ia mulai memakai apronnya dan ikut memotong wortel di atas talenan lainnya.

"Mending dari awal kita gak ketemu aja."

Mulai.

"Kenapa, ya, kita nikah?"

Kan, Solar-nya juga mancing.

"Lah, kan yang ngelamar kamu."

"Tapi kan yang minta dilamar itu kamu."

Keduanya saling melempar pandangan, sebelum mereka tertawa kecil—atau lebih tepatnya tersenyum tipis. Rasanya lucu juga jika seperti ini.

"Aku aneh banget waktu itu kok minta dilamar."

"Kamu sendiri yang bilang, udah cape di fase pacaran, maunya di bawa ke pelaminan."

"Hah, iya? NAJISSS BANGET. AH, GUE MAU MUTER WAKTU."

"Kalo bisa juga, gue bakal muter waktu ke jaman masih SMP, sih."

Nah, kan, sudah keluar gue-lo nya.

Setidaknya, kalau begini kan lumayan adem. Walau pasti nanti saat makan siang mereka akan kembali ribut.

Astaga, pasutri ini memang, ya.

❛❛Now I wish we never meet.❜❜

__________

Jiakh, ni pasutri mau berantem tp mau damai. Paham ga si 😔 aku sendiri bingung sebenarnya mau bikin mereka gimana.

jdi 50:50 gitu lah.

Solar itu ngajarin Cahaya berdikari demi nem, tp lama-kelamaan dia terlalu sgidjd banget sama kata berdikari. Makanya Cahaya jadi gitu.

See u besok, ya!


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top