6.1 A-Capital: family

SENDIRIAN.

Seorang pria duduk termenung di ruangan bergaya Eropa dengan balutan corak emas di sekitar. Sebagai presiden, pria itu pasti menghabiskan banyak waktu di tempat ini. Lemyaku menunggu sesuatu.

Suara pulpen yang dimainkan, menggaung di ruangan itu. Lemyaku mengetukkan pulpen tadi pada meja kaca di depannya. Mata emasnya mengantuk, tapi bibirnya yang merah malah tersenyum. Sangat lebar.

Lemyaku sedang memikirkan ingatan itu lagi. Hari saat dirinya tak diperbolehkan menangis. Pria bermata emas itu berubah karenanya.

"Hoam, lama sekali!" keluh sang Presiden A-Capital, membuka kuap lebar. Lemyaku sudah bosan menunggu orang ini, seorang teman lama.

Lemyaku hampir saja terlelap, tapi dirinya malah beranjak. Pria berambut emas itu langsung membalik badan. Tanpa menunggu lama, dia melemparkan pulpen yang ia pegang, tepat ke sudut gelap yang ada di ruangan itu. "Aku tahu kau di sana."

"Hahaha! Kau bisa menemukanku! Sangat mengagumkan!" sahut seseorang dari dalam kegelapan. Dari suara beratnya, orang itu jelas laki-laki dewasa. Ketika melihat sikapnya yang seberani itu kepada seorang presiden, orang tersebut pasti seseorang yang hebat. Meski di dalam kegelapan, laki-laki itu berhasil menangkap pulpen yang Lemyaku lemparkan.

"Mendekatlah! Jangan berada di tempat gelap seperti itu!" seru Lemyaku sembari mendudukkan kembali tubuh tegap. Presiden A-Capital ini merespons orang di kegelapan itu enteng. Keduanya pasti sepasang teman dekat.

"Kau sedang apa?" tanya orang yang ada di kegelapan kepada Lemyaku. Tak dibalas dengan baik, Lemyaku hanya terdiam dan menyangga kepala. Namun, respons itu tidak membuat orang di kegelapan gusar. Dia sudah hafal dengan perangai sahabatnya ini. "Oh, kau memikirkan itu lagi?"

Lemyaku pun tersenyum kecil. Tanpa perlu berbicara, Presiden A-Capital ini sudah menunjukkan jawaban. Benar, dia memikirkan hal itu lagi.

"Aku bosan melihatmu memikirkan ingatan itu terus," sahut orang yang ada di dalam kegelapan bernada malas. "Tapi bagaimana kalau kau menceritakannya kepadaku? Untuk kali ini saja."

Lemyaku tak berucap. Dia hanya terdiam. Raut mukanya malah berubah kesal. Pria bermata emas itu tidak mau menceritakannya. "Bukannya kau yang biasa melakukan itu untukku?"

Orang di dalam kegelapan ini tertawa keras. Seorang presiden ingin didongengi seperti anak kecil, tapi jangan tertawa di depannya! Lemyaku bukan anak manja. Dia tidak segan membumihanguskan dunia kalau ia mau.

"Baik, aku akan melakukannya untukmu," jawab orang yang berada di dalam kegelapan menurut. Dia perlahan mulai menghaluskan suara. "Aku akan mulai bercerita."

***

SETIAP MESS harus berterima kasih kepada dua nama ini: Remi dan Yaku. Mereka adalah penyelamat kaum yang terbuang. MESS berutang banyak kepada mereka.

Remi hanyalah seorang yang terbuang di penjara, sementara Yaku sekadar seorang tahanan wanita. Mereka bertemu di tempat itu.

Di lokasi paling terpencil di muka bumi, sebuah rahasia yang tersembunyi rapat dari manusia. Markas. MESS menghabiskan sisa hidup di tempat itu. Mereka menyebutnya markas, tapi tempat itu tak berbeda dengan sebuah penjara.

Manusia harus hidup damai, sedangkan MESS hanya boleh bernapas.

Lima puluh tahun lalu, semua berubah. Bagi manusia, sekaligus MESS. Sebuah cinta melahirkan secercah kebebasan. Remi dan Yaku adalah sepasang pahlawan.

Dulu, Remi dibuang di sana. Di markas Teluk Bering, dia adalah satu-satunya manusia. Dia dihukum sebab dosa-dosanya.

Remi adalah seorang tentara di sebuah kelompok teroris. Puluhan negara sudah ia taburi keonaran. Hingga takdir yang mengubah segalanya tiba, dia tertangkap seorang diri oleh pasukan keamanan dunia.

Laki-laki muda itu disiksa mati-matian. Tak bisa dijelaskan berapa kali ia harus berteriak. Dia selalu meminta kematian, tapi tak pernah dikabulkan. Pasukan keamanan dunia hanya meminta satu hal: berkhianatlah!

Saat tubuh Remi mulai remuk, laki-laki muda itu menangis keras. Dia sudah muak dengan dunia. Mengapa mereka tidak membunuhku? Mengapa teman-temanku tak datang menjemputku? Hingga dirinya sadar, mereka hanya manusia.

Hanya menyisakan tatapan kelabu, Remi membocorkan informasi kelompok teroris yang ia ikuti. Dia sudah tidak peduli dengan siapa pun, termasuk teman-teman. Laki-laki muda itu hanya berharap kematian. Sayang, sekali lagi, dia dibohongi.

Manusia tak pernah berubah.

Remi dibuang ke markas MESS yang jauh di utara bumi. Laki-laki muda itu diturunkan dari helikopter yang terbang tinggi di antara derasnya salju. Berharap Remi mati dikoyak para binatang buas, pasukan keamanan itu hanya menertawainya keras.

Remi tak peduli. Dia lelah. Meski mati terkoyak, setidaknya dia akan mati. Keluar dari dunia yang menyedihkan ini.

Remi hanya bisa terbujur lemas. Dia pun menggunakan sisa umur untuk melihat salju tebal yang terus berjatuhan. Selain itu ..., sebuah bayangan. Remi melihat sekelebat sosok hitam, dan dia berpikir itu adalah MESS yang akan mencabiknya.

Remi mengira itu adalah sang pencabut nyawa, tapi dirinya malah merasakan pelukan hangat. Seketika, pandangan kembali jelas. Laki-laki muda itu melihat seorang wanita. Dia sangat cantik. Rambutnya berwarna emas. Matanya juga serasi dengan kilau helai mahkota kepala. Itu adalah Yaku, seorang MESS ruang.

Di dalam pelukan itu, Yaku berkata banyak hal kepada Remi.

Yaku adalah MESS yang paling waras di tempat itu. Bagaimana tidak, di dalam kurungan besi ini, hanya Yaku yang bisa pergi jauh melihat dunia. Memandang keindahan semesta yang tak ternilai, sekaligus melihat kebengisan makhluk yang bernama manusia.

Yaku melihat Remi selama ini. Sejak saat itu, cinta tumbuh dari sebuah pelukan hangat.

Remi pun bertanya kepada Yaku, mengapa dirinya tidak keluar dari sini? Wanita bermata emas itu selalu menjawab, "Bagaimana dengan kaumku?" Yaku tidak bisa tertawa seorang diri, sedangkan kaumnya menangis di dalam penjara.

Remi hanya bisa menggelengkan kepala. Laki-laki muda itu tak menyangka Yaku semulia ini. Seorang MESS, makhluk yang dikatakan buas. Bahkan, mimpi buruk manusia! Malah melakukan hal yang terhormat. Mereka memiliki hati sebersih ini.

Remi seketika menangis. Dia terenyuh oleh wanita di hadapannya. Manusia, mengapa mereka tidak seperti ini? Laki-laki muda itu sampai ditenggelamkan amarah. Hingga keluar sebuah perkataan dari mulutnya yang lemah.

"Keluarlah! Bawa teman-temanmu! Jangan pedulikan manusia. Karena ....

"Manusia tidak pernah peduli kepadamu."

Sontak, senyuman membubuhi bibir Yaku. MESS ruang itu bahagia. Dia bahagia karena kaumnya akan bahagia.

"Terima kasih."

Sebuah ucapan yang tulus keluar dari mulut Yaku. Waktu itu, kiamat akan terjadi. Sebuah ciuman mengawali semuanya.

Cinta Remi dan Yaku membuahkan sebuah kebebasan. MESS pergi memenuhi dunia, sampai bisa menguasai bumi, di atas manusia.

Waktu pun berlalu cepat. Bersama kaumnya yang sudah bahagia, Remi dan Yaku bersatu. Mereka memiliki seorang putra. Anak itu memiliki mata dan rambut berwarna emas, sama seperti sang ibu. Namanya adalah Lemyaku, seorang MESS yang mewarisi tekad Remi dan Yaku.

Pria yang pantas memimpin dunia.

***

CERITA yang bagus!" puji Lemyaku sembari bertepuk kencang. Pria bermata emas itu sangat gembira. Senyuman lebar terpasang di bibir. "Kau selalu berhasil menghiburku!"

Orang yang ada di dalam kegelapan itu tertawa kencang. Sudah puluhan kali dia menceritakan ini kepada Lemyaku. Namun, temannya tersebut selalu gembira. Aneh, tapi tidak untuk kali ini. Lemyaku tiba-tiba mengomentari cerita itu,

"Kau tahu, cerita Remi dan Yaku adalah motivasiku selama ini. Cerita itu adalah penyebab kiamat kedua yang kulakukan setahun lalu. Orang tuaku memang mengagumkan, tapi mereka tak sepenuhnya benar.

"Kebebasan adalah racun. Karena sebuah kebebasan, MESS hampir memiliki ketamakan manusia. Lucu, siklus itu akan terus berputar. Merepotkan.

"Tapi aku akan mengakhirinya," ucap Lemyaku panjang lebar.

Lemyaku sekali lagi tertawa. Pria bermata emas itu sedang memikirkan suatu hal, ide yang berbeda, hasrat terdalam, sebuah rencana yang sudah ia buat setahun lamanya. Presiden A-Capital itu akhirnya mau berbicara lantang,

"Kau tahu, Syam. Aku senang. Sebentar lagi akan terjadi.

"Kiamat pertama untuk manusia. Kiamat kedua untuk MESS. Dan kiamat ketiga—"

"Untuk keduanya!" sambung orang yang ada di dalam kegelapan  yakin.

Keduanya serempak tertawa kencang. Orang yang ada di dalam kegelapan ini serupa dengan Lemyaku. Keduanya sama gila. Tadi, Lemyaku memanggilnya Syam ....
Nama itu. Nama yang sudah lama tidak terdengar.

Perlahan, orang yang ada di dalam kegelapan melangkahkan kaki. Dia mendekatkan diri kepada Lemyaku. Perlahan keluar dari naungan bayangan, laki-laki itu menampakkan wajah. "Aku selalu senang berteman denganmu."

Laki-laki itu. Kalian tidak asing dengannya. Seorang laki-laki berdarah Arab. Rambutnya lurus. Tiap helainya berwarna hitam. Badannya tinggi-kekar. Sementara itu, berewok menghiasi bagian dagu.

"Aku tidak sabar bertemu dengannya ..., adikku."

Laki-laki bernama Syam itu berucap sembari mengguratkan senyum lebar. Seraya berbalut setelan jas rapi, dia akan membahas sang adik, seseorang yang mirip dengannya. "Makka, adikku."

Lemyaku akan memulai rencana. Kiamat ketiga. Keturunan Jibril akan menjadi bidak. Kaisar akan menjadi makhluk yang boleh hidup di muka bumi, orang-orang terkuat. Hanya makhluk tangguh yang berhak memiliki dunia.

Dengan kekuatan, mereka adalah keluarga.

Bersama, kita akan menggenggam dunia.

Pasti.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top