12. Amin....
Nina berjalan terlebih dahulu masuk ke dalam gedung hotel. Sementara aku dan Airlangga di belakang.
Aku sedikit terkejut saat tangan nya menggandeng tangan ku.
"Nggak apa-apa kan kalau aku gandeng gini?" Tanya nya.
Aku tersenyum malu dan menganggukkan kepala.
Lalu kami pun berjalan ke dalam lift hotel untuk sampai di lantai 12 tempat acara reuni yang di selenggarakan sekolah aku dan Nina.
Pintu lift terbuka dan menampilkan suasana ball room yang sudah tampak ramai sekali oleh teman seangkatan ku dulu sewaktu SMA.
Tampak Nina yang sudah berbaur dengan teman-teman kami yang dulu.
"Kamu nggak mau gabung sama teman-teman SMA dulu?" Tanya Airlangga sambil menunjuk Nina yang sedang tertawa bersama yang lain.
"Kamu mau ikut gabung?" Tanyaku balik.
"Boleh," Jawab nya.
Kami menghampiri mereka yang sedang mengobrol.
"Hai," Sapa ku.
Dinda, Fauziah, Mona, Mitha dan Elisha menatap ke arah ku dengan ekspresi terkejut. Sementara si Nina hanya tersenyum jahil.
"Melodi?" Tanya Dinda.
"Ya." Aku tersenyum.
Mereka berteriak histeris sambil memeluk tubuh ku.
Ya ampun, aku kangen banget sama mereka semua.
Kangen sama kegilaan saat jaman SMA dulu.
Ujian saling nyontek, mengagumi kakak kelas yang ganteng atau pintar, gosip saat guru lagi nerangkan di depan kelas, makan bakso di pinggir jalan, berburu kaset drama korea, di hukum bersihkan toilet karena telat, di suruh keluar dari kelas karena nggak ngerjain tugas fisika, jadi anak cabe-cabean di mall karena berisik kalau lagi ngumpul dan masih banyak lagi.
Semua hal bersama yang kami lakukan itu nggak akan pernah aku lupakan seumur hidup.
"Gila, udah punya benda aja ya. Hahaaa..." Ujar Mitha sambil tertawa.
"Iya nih, nggak nyangka seorang Melodi si super pemalu bisa dapat jenis benda yang dulu sering kita lirik-lirik di mall," Sambung Elisha.
Tampak Airlangga bingung dengan kata benda yang di sebutkan oleh teman-teman gila ku itu. Dia hanya memandangku dengan menaikkan sebelah alis nya untuk meminta penjelasan.
"Apaan sih? Jangan bikin gosip gitu ah. Ini itu nama nya Airlangga," Kata ku memperkenalkan.
"Oh jadi nama nya Airlangga?" Tanya Dinda usil.
Lalu si Nina menjawab. "Masih ingat kan salam perkenalan untuk benda?"
Mereka mengangguk tersenyum dan serentak berkata. "Hai Airlangga," Ucap mereka sambil melambaikan tangan kanan bersama.
Mereka benar-benar gila!
Semoga Airlangga nggak ilfeel lihat tingkah aneh sahabat-sahabat ku itu.
"Maaf ya, mereka emang suka jahil." Bisik ku kepada Airlangga.
"Benda itu apa Mel?"
"Hem... itu kata untuk menyebutkan cowok yang.... " Ucapan ku terputus kala melihat si nenek sihir alias Citra datang ke arah kami.
"Melodi...." Panggil Citra dengan suara nya yang centil.
Dia berjalan sangat anggun dengan pakaian nya yang aku yakin itu mahal.
Citra cantik banget!
Wajar kalau banyak pria yang tertarik sama dia. Aku menoleh ke Airlangga untuk melihat ekspresi nya.
Dan, aku merutuki tindakan ku ini. Karena Airlangga tampak terpesona melihat kecantikan Citra.
Poor me!
Kedua mata nya bahkan tidak berkedip saat menatap si boneka barbie itu.
"Hallo semuanya? Sehat?" Tanya Citra pada teman-teman yang lain.
Mitha melipat ke dua tangan nya di depan dada. "Perasaan kamu nggak pernah berteman sama kami deh Cit, ngapain gabung ke sini? Mau bikin rusuh?"
"Santai dong Mit, sensitif banget sih? Aku ke sini cuma mau lihat si Melodi. Kirain dia bakal sendiri, eh ternyata ada gandengan nya juga."
Nina tampak kesal melihat Citra. "Bagus pergi deh Citra, nggak usah ganggu hidup orang bisa nggak sih? Hobi banget kayak nya!"
Citra hanya tersenyum dan tak memperdulikan ucapan sahabat-sahabat ku itu. Dia melihat ke arah ku dan juga Airlangga.
"Hai, kenalkan nama aku Citra." Dia menjulurkan tangan nya ke Airlangga.
Aku sangat berharap, Airlangga tidak menanggapi Citra. Tapi itu hanya harapan saja. Karena ternyata dia membalas jabatan tangan Citra.
Hatiku mencelos melihat Airlangga tersenyum penuh arti ke Citra.
"Airlangga," Balas nya.
"Jadi, kamu pasangan nya Melodi?"
"Kami hanya berteman. Melodi memintaku untuk menemani nya ke acara reuni ini."
"Oh jadi hanya teman? Aku kira kamu pacar nya," Ujar Citra sambil melirik padaku dengan senyum penuh kemenangan.
"Ya, hanya teman." Ucap Airlangga lagi, seolah-olah sedang meyakinkan Citra.
Sial!
Mendadak aku pingin nangis.
Aku berdehem. "Aku permisi ke toilet bentar ya," Ucapku pada Airlangga dan teman yang lain nya.
Dengan cepat aku pergi mencari toilet di gedung hotel ini.
Saat sudah berada di dalam, aku menangis dan menatap diriku di depan kaca toilet itu.
Kami hanya teman....
Ucapan Airlangga itu seperti tamparan untuk diriku.
Jadi kami hanya teman, cuma aku sendiri yang menganggap dia sebagai gebetan.
Aku yang salah di sini! Terlalu cepat ge'er dan baper dengan semua kebaikan Airlangga.
Aku mengingat semua awal pertemuan kami.
Jadi apa arti lirikan nya yang diam-diam menatapku waktu itu?
Apa arti nya dia yang mengantarku pulang?
Apa arti nya dia yang perhatian?
Dengan mengirim pesan dan menelpon ku selama ini?
Bahkan ucapan nya saat menjemput ku tadi masih jelas di ingatan ku.
Kamu cantik....
Apa arti nya semua itu, Airlangga? Apa?!
Sekarang aku sadar, yang paling salah dari jatuh cinta adalah ketika aku menyelam terlalu dalam pada imajinasi dan harapan yang aku buat sendiri. Sampai-sampai aku lupa menyadari, kalau aku hanya ber-ekspektasi sendiri di sini.
Aku mengambil tissue dari dalam tas untuk menghapus air mataku saat mendengar pintu toilet terbuka.
Hampir saja aku terkejut kala melihat Citra dari cermin kaca itu. Dia berdiri dengan sombong di sebelahku.
"Habis nangis?" Ejek nya.
"Mau kamu apa sih Cit?"
Dia menatap kaca dan mengoleskan lipstick di bibir nya. "Airlangga kayak nya suka sama aku, Mel. Hahaa... nggak apa-apa kan?"
"Jangan terlalu percaya diri!"
"Yah, kita lihat aja nanti. Siapa yang menang. Orang cantik seperti aku atau orang biasa seperti kamu," Ucap nya sombong.
Setelah itu dia berjalan ke pintu, namun sebelum pergi dia menoleh ke belakang. "Dengar Melodi, aku akan selalu menang dari kamu. Ingat itu!"
*****
Sepanjang perjalanan Airlangga terus bertanya dan membahas tentang Citra.
Hal itu membuat aku dan Nina benar-benar kesal banget. Aku hanya menjawab seadanya saja. Bahkan dia menanyakan nomor telpon nya Citra kepada ku.
Bisa kalian bayangkan bagaimana hancur nya perasaan ku saat ini?
Kenapa dia nggak punya perasaan sedikit pun untuk menghargai aku?
Begitu sampai di depan rumah, aku dan Nina langsung turun tanpa mengucapkan apapun lagi. Untuk mengatakan terimakasih saja, aku udah malas banget.
Seminggu setelah kejadian itu, Airlangga nggak pernah mengirim sms ataupun menelpon aku lagi.
Jujur aku kecewa dan sakit hati sebenar nya. Ternyata dia hanya seorang laki-laki PHP yang suka tebar pesona dan merayu setiap perempuan yang baru di kenal nya.
Dan bodoh nya aku pernah menjadi korban pria seperti dia.
Aku menghembuskan nafas panjang sambil berjalan ke arah kantin yang ada di kantor. Lapar banget, untung Nina udah ada di sana untuk ambil tempat dulu. Dan seketika langkah ku terhenti karena di halangi oleh Citra.
"Apalagi?" Tanya ku.
"Ikut denganku." Dia menarik tangan secara paksa.
"Oke-oke, tapi nggak perlu di paksa gini. Aku bisa jalan sendiri."
Citra pun melepaskan tangan nya dariku. Kami keluar dari kantor dan masuk ke dalam taksi yang sudah dia pesan.
Dia mau bawa aku kemana sih?
Setelah 10 menit, akhirnya kami sampai di sebuah kafe.
"Kita mau ngapain ke sini?" Tanyaku bingung.
"Udah kamu duduk di meja nomor 7, sebentar lagi juga kamu ngerti."
Aku duduk dan menoleh ke belakang saat melihat Citra berdiri sambil tersenyum ke arah pintu masuk.
Oh jadi maksud Citra ngajak aku ke sini, mau nunjuk kan kalau dia mau ketemuan sama Airlangga.
Dasar nenek sihir licik!
Aku langsung menutup wajah ku dari samping dengan buku menu saat Airlangga berjalan melewati meja ku.
Mereka berdua duduk di meja nomor 8. Dengan posisi, Airlangga duduk membelakangiku. Sementara Citra duduk berhadapan dengan Airlangga. Jadi aku bisa melihat wajah Citra dan mendengar pembicaraan mereka.
"Udah lama nunggu nya?" Itu Airlangga yang bicara.
Citra tersenyum menggeleng. "Enggak, aku juga baru datang."
Seorang pelayan datang menghampiri mereka untuk mencatat pesanan.
Kemudian Airlangga berbicara lagi begitu si pelayan pergi. "Jadi, apa jawaban kamu?"
"Hem... gimana ya Airlangga. Aku itu segan lah terima cinta kamu, secara kamu pernah dekat sama Melodi. Dia kan teman sekantor aku."
What?
Airlangga bilang cinta ke Citra?
Dasar laki-laki nyebelin!
"Tapi aku kan nggak ada hubungan sama dia. Kami cuma teman. Oke aku jujur, dulu aku sempat ada niat mau dekatin Melodi. Tapi saat ketemu kamu di acara reuni itu, perasaan aku tiba-tiba berubah. Aku ngerasa lebih tertarik lihat kamu di banding Melodi."
Ouch!
Sakit banget dengar kata-kata dia.
"Kamu lebih cantik di banding dia. Kamu lebih santai orang nya, nggak kaku kayak Melodi. Pokok nya semua yang di inginkan oleh lelaki ada di diri kamu Citra," Kata Airlangga lagi.
Citra cantik dan aku jelek.
Citra lebih santai dan aku kaku.
Citra wanita impian para lelaki dan aku tidak.
Adakah yang lebih pahit dan buruk lagi?
Satu tetesan air mata mengalir di pipiku.
Cukup!
Hilang sudah kesabaran ku.
Aku berdiri dari meja dan menghampiri mereka. Aku melihat seorang pelayan yang sedang membawa jus ke arah meja mereka. Langsung saja satu gelas itu aku ambil.
Airlangga tersentak saat jus itu aku siram tepat di wajah nya.
"Melodi?" Tanya nya terkejut melihat aku ada di sana.
"Kenapa? Kaget ya?" Tanya ku geram.
Emosi ku sudah di ubun-ubun saat ini.
"Aku salah apa sih sama kamu? Sampai-sampai kamu bandingin aku kayak gitu? Emang kamu pikir kamu siapa hah?! Sok kegantengan!" Bentak ku pada nya.
Dia berdiri dan mencoba memegang tangan ku, namun dengan cepat aku menepis nya.
"Biar aku jelasin dulu Mel, aku nggak maksud gitu."
"Alaaah taik ayam semua omongan kamu! Dengar ya Airlangga tukang php! Cinta itu bukan untuk di permainkan. Jangan pernah kamu kasih harapan ke orang lain kalau cuma buat nyakitin. Dan jangan sekali-kali ngejahatin orang atau apapun bentuk nya. Everything you do comes back to you, ngerti kamu!"
Lalu aku menatap Citra yang tersenyum seperti sedang mengejek ku.
"Puas kamu Citra?" Tanyaku.
"Sangat, aku senang karena selalu bisa menang dari kamu." Jawab nya santai.
"Kenapa kamu ngelakuin hal ini sama aku Citra?"
Dia berdiri dari kursi nya. Dan jari telunjuk nya menunjuk ke arah ku. "Supaya kamu sadar, kamu itu nggak pantas dapat cowok kayak dia. Kamu itu cocok nya dapat cowok kelas bawah, yang punya tampang biasa sama kayak kamu. Jadi jangan pernah bermimpi deh, bisa dapat cowok pangeran seperti di dunia dongeng Cinderella, paham kamu?!" Ucap nya sambil mendorong bahuku.
"Oh iya satu lagi Melodi, aku itu selalu mendapatkan yang aku mau. Pria manapun bisa bertekuk lutut di kaki aku. Walaupun pria itu sudah beristri, bertunangan ataupun berpacaran dengan wanita lain. Aku nggak peduli, yang penting aku suka merusak hubungan orang. Apalagi kalau itu menyangkut dirimu, aku sangat suka."
Aku tersenyum sinis mendengar ucapan nya itu. "Citra-Citra... aku kasihan banget tahu nggak lihat kamu. Dengar ya, kalau ada laki-laki yang udah punya pasangan dan merayu kamu, jangan GR dulu. Bisa jadi itu cuma keisengan dia. Kalaupun keisengan nya itu jadi serius, jangan bahagia dulu karena kamu cuma jadi yang ke 2 buat dia.
"Kalau dia bilang lebih sayang padamu daripada pasangan nya, jangan berbunga dulu. Karena kamu cuma jadi wanita simpanan. Dan kalau pada akhirnya pria itu lebih memilih kamu daripada pasangan nya, jangan bangga dulu. Karena kamu nggak lebih dari wanita perusak hubungan orang!"
Citra hanya memutar ke dua bola mata nya seolah tak peduli dengan ucapan ku itu.
"Bodoh amat kamu mau bilang apa Mel, yang penting aku CANTIK dari kamu!" Ujar nya sombong.
Kali ini aku tertawa. "Gak usah sok cantik deh selama kamu dapatkan laki-laki hasil ngerusak hubungan orang. Wanita cantik itu SMART bukan TOLOL yang mau di jadikan selingkuhan! Paham Citra?! Aku rasa enggak sih, otak kamu kan lola banget. Kayak komputer yang masih pentium satu," Ejek ku pada Citra.
"Dan satu lagi Citra, aku sangat berharap dan berdoa. Semoga karma yang akan menamparmu lebih dulu, sebelum aku yang melakukan nya. Ingat itu!"
Setelah puas mengeluarkan kekesalan, aku pun pergi dari kafe itu. Meninggalkan dua manusia brengsek yang pernah aku temui seumur hidupku.
Aku berterimakasih pada Tuhan karena sudah menunjukkan siapa Airlangga itu sebelum aku jatuh cinta lebih dalam lagi.
Dia bukan jodoh aku!
Bisa banget dia deketin aku, bikin nge-fly sampai aku merasa terbang ke awan terus di jatuhin gitu aja.
Daripada di php'in yang awal nya indah warna-warni kayak balon, yang isi nya nya angin doang. Mending di kentutin deh, sama-sama angin. Agak bauk sih, tapi setidak nya nggak nyakitin.
Tuhan pasti punya rencana yang indah untuk aku nanti nya.
Aku yakin, akan ada saat nya yang setia dapat yang setia. Yang baik dapat yang baik. Yang sabar dapat yang sabar. Yang bohong akan di bohongi. Yang main-main akan di mainkan.
Setuju?
Kalau setuju mari kita ucapkan amin bersama-sama.
Amin.....
30 oktober 2016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top