Part 9 : Yes, good

Kelly POV

Aku bahkan tak tau apa yang ada di benakku serta otakku.
Aku tak tau apa yang kulakukan, otakku dan tubuhku memiliki reaksi yang berbeda.
Otakku memerintahkanku untuk menolak dan melawannya, tapi lain halnya dengan tubuhku, mereka menunjukkan reaksi yang menerima segala perlakuan bahkan membalas aksi yang pria itu lakukan padaku.

Ada apa denganku, sih?

Aku seakan terbuai oleh sentuhannya, sentuhan bibirnya di bibirku yang begitu lembut dan memabukkan.

Membuatku dengan tak sadar mengikuti dan mengimbanginya.

Tidak! Ini tak boleh kulakukan...
aku sudah punya Varel!
Aku adalah kekasih Varel Rackbourn!

Aku tak seharusnya melakukan itu dengan Max!
Max si aneh yang sangat dihindari oleh penghuni kampus.
Yang kini fakta terbaru yang kuketahui  bahwa dirinya juga seorang pembunuh.

Dirinya bahkan melukai kedua pipiku dengan sabit yang baru saja ia gunakan entah untuk apa, yang jelas kuketahui jika sabit itu masih tersisa jejak-jejak darah.

Tidak Kelly! Kau benar-benar sudah keterlaluan, kau membiarkan seorang seperti Max Maxwell merebut ciumanmu, yah, meskipun bukan yang pertama bagimu.

Tapi...

dirinya mengaku jika itu adalah ciuman pertama untuknya.
Astaga, siapa yang percaya dan peduli dengan itu?

Namun...
aku tak tau entah mengapa ciumannya terasa begitu menenggelamkanku dalam pesonanya.

Saat melakukannya, dia terasa seperti seorang 'ahli' yang sering bercumbu.
Ah, lalu kenapa dia mengaku itu ciuman pertama untuknya?

Entahlah,
yang jelas, aku sangat suka caranya mencium bibirku.
Sangat lembut dan penuh perasaan, sehingga menimbulkan sesuatu yang hangat menjalar di hatiku.

Sangat kentara sekali dengan ciuman Varel biasanya terhadapku, yang penuh dengan tuntutan dan terbilang penuh nafsu.

Bukan, bukan aku berusaha membandingkan Max dengan Varel.
Tapi itulah kenyataannya.

Semua hal yang baru saja kuketahui dari seorang Max Maxwell membuatku semakin penasaran akan dirinya.

Dia mungkin memang tak mau bergaul dengan seluruh penghuni kampus, selalu ber'ekspresi dingin, dan selalu menyendiri.
Tapi kurasa itu memang 'sifat bawaannya'.
Dia tidaklah se'aneh itu, dia bahkan sudah menunjukkan dirinya yang menangis dihadapanku dua kali.
Dia menunjukkan dirinya yang banyak bicara meskipun kata-katanya selalu tajam dan menusuk.
Semua hal itu tak pernah ia tunjukkan pada seisi kampus, kecuali padaku.

Ditambah lagi banyak hal yang baru kusadari pada dirinya.

Mata berwarna hazelnya yang sangat indah, bulu matanya yang agak panjang, alisnya yang tebal dan wajahnya yang benar-benar tampan.

Jangan lupakan rambut hitamnya yang agak berantakan namun hal itu membuatnya malah terkesan semakin tampan.
Dan juga, aroma nafas mint-nya yang menerpa indera penciumanku ketika jarak kami sangat dekat, begitu aku sukai.

Bagaimana dengan giginya yang berspasi?
Ah, aku terkikik geli saat memikirkan ini, tapi gigi putihnya itu memang berspasi meskipun tidak terlalu jarang.

Astaga Kelly hentikan ini!
Jangan bilang kau mulai terpesona dengan seorang Max Maxwell?!

Dan baru saja seorang Max Maxwell itu mengajukan syarat yang benar-benar gila, yaitu mengajakku untuk tinggal selamanya dengannya?!

Kelly POV END

"Kelly, apa kau mendengarku?!"
Kelly tersentak dari lamunannya, dan mulai mendongakkan kepalanya menatap Max.

"Ah, ya?"

"Apa yang kau pikirkan? Kau bahkan tak mendengarkanku."

"Max a-aku-..."

"Baiklah lupakan, aku mau membahas soal game kita tadi, ayo kita lanjutkan bermainnya."

Mulut Kelly terbuka dan matanya terbelalak ketika Max kembali menunjukkan layar handphonenya di depan wajah Kelly.

"Max...jangan lakukan apapun."

"Akan kulakukan perkataanmu jika kau mau tinggal denganku, bukankah sudah kukatakan tadi? Jadi, katakan, apa kau menyetujuinya?"

Kelly refleks menggelengkan kepalanya cepat, persyaratan macam apa ini?
Dan lagi, syarat itu hanya seperti sebuah tuntutan dan hanya menguntungkan untuk Max.

"Baiklah, kau yang sudah memilihnya. Silakan ucapkan selamat tinggal untuk Varel Rackbourn..."

"HENTIKAN!!! Max, kumohon demi apapun, berhenti melakukan ini! Berhenti menakut-nakutiku seperti ini, kau tau? Kau bisa saja kulaporkan ke polisi hingga membuatmu masuk penjara-..."

"Laporkanlah sekarang juga."

Kelly terdiam sesaat, merutuki kebodohannya mengancam pria itu.
Mana mungkin dirinya bisa melapor polisi dengan keadaan kedua tangan serta tubuh diikat di kursi.
Belum lagi, dia baru menyadari jika handphonenya tak berada di saku celananya, yang ia yakini sudah pasti disita oleh Max.
Dan juga tas selempangnya yang kini tak melekat di tubuhnya.

"Kenapa diam? Kelly, aku sudah tak punya waktu, cepat lapor polisi atau aku akan bermain game ini."

"Max-..."

"Baiklah, sepertinya kau tak bisa bergerak hanya untuk menelepon. Aku akan menekan tombol hijau sekarang juga."

"MAX MAXWELL AKU MAU TINGGAL DENGANMU UNTUK SELAMANYA!!! APA KAU PUAS?!!! JADI, HENTIKAN NIATMU MEMBUNUH VAREL SEKARANG JUGA!"
Teriak Kelly akhirnya. Gadis itu terlihat sangat tak berdaya dan frustasi.
Dia tak menginginkan ini, dia tak ingin tinggal dengan Max Maxwell!
Well, ini seperti mimpi buruk baginya, tapi, apa yang bisa ia lakukan selain menuruti syarat Max? Apalagi daerah rumah Max hanya terdapat satu-dua rumah, itu pun jaraknya berjauhan. Hingga mustahil ada yang menyadari sesuatu yang buruk telah terjadi.

Ini demi kekasihnya.
Demi Varel Rackbourn, pria yang sangat dicintainya!

Max menepuk kedua tangannya dengan keras dan lamban, pemuda itu terlihat sangat puas dan seringaian licik menginterupsi wajahnya.

"Pilihan yang bagus Kelly Collins! Dengan begini mulai sekarang kau harus menuruti semua keinginanku, jika kau macam-macam ataupun berani melapor pada siapa saja, aku tak segan-segan akan menekan tombol hijau, kau mengerti 'kan maksudku?"

Kelly hanya menjawab Max dengan anggukan lemah.

"Kalau begitu, bisakah kau melepaskanku Max? S-sakit..."

"Baiklah."
Max segera menghampiri Kelly dan memotong ikatan di tubuh gadis tersebut dengan pisau lipat yang selalu tersedia di sakunya.
Setelah lepas, Kelly bangkit dari duduknya, namun pandangan gadis itu mulai mengabur dan kepalanya semakin terasa berat, hingga membuatnya tak mampu menopang tubuhnya sendiri dan dirasakannya kedua tangan kekar menangkapnya cepat, setelah itu semuanya menjadi gelap.

♥♥♥

Max lagi-lagi tersenyum tulus memperhatikan Kelly yang sedang tak sadarkan diri kini berbaring di kasurnya.

Langit sudah menghitam dengan ditaburi jutaan bintang menggantikan matahari yang kini sudah tenggelam.
Max menarik nafasnya pelan sebelum menghembuskannya perlahan, mata hazelnya kini memandang jam dinding yang berada tak jauh darinya.

Pukul 19:00.

Kini tatapannya kembali pada Kelly yang terbaring dan belum sadar sedari tadi, sekali lagi Max tersenyum tulus melihat wajah manis Kelly yang membuatnya benar-benar tak pernah bosan.

Kenyataan bahwa gadis tersebut akan tinggal dengannya semakin membuat hatinya dipenuhi oleh ribuan kupu-kupu dan batinnya bersorak bahagia.
Sampai-sampai dirinya karena saking semangatnya, belanja makanan cepat saji sangat banyak dan membelikan eskrim anggur kesukaan Kelly untuk gadis itu memakannya.

Max memperhatikan tubuh Kelly tiba-tiba saja menggeliat dan mulai membuka matanya perlahan.

Gadis itu mengerjap berkali-kali dan keningnya mengerut merasakan kepalanya yang masih sedikit pusing.
Kelly menolehkan kepalanya ke kiri dan mendapati Max yang sedang menatapnya sembari tersenyum tipis.

"Max?"
Ucapnya pelan, lalu mengubah posisinya menjadi terduduk.

"Syukurlah kau sudah sadar. Kau pingsan cukup lama, sekitar satu jam. Apa kau baik-baik saja?"

Kelly mengangguk, "Ya, hanya masih sedikit pusing."

Tangan Kelly meraba kedua pipinya yang kini sudah tertempel hansaplas, matanya yang membengkak kini menatap Max yang masih berada di sisi kasur dengan posisi tubuhnya yang bertumpu pada lutut.

"Terima kasih Max."

"Sudahlah, sekarang kau makan dulu, aku sudah membelikanmu banyak makanan dan juga eskrim anggur kesukaanmu. Setelah itu kau minum obat pusing, tunggu dulu, aku akan mengambil obatnya di kulkas."
Max bangkit dari posisinya dan mulai beranjak ke dapur, tak sampai satu menit pemuda itu sudah kembali dengan satu sachet obat di tangannya.

"Max, kau bahkan tau eskrim kesukaanku?"
Max mengangguk tanpa memandang Kelly, dia sedang sibuk membuka makanan yang ia beli dan menyiapkannya.
Kelly tertegun sesaat, matanya kini teralihkan pada deretan foto yang tergantung bebas di seluruh penjuru kamar yang didominasi warna dark blue itu.

Foto dirinya.

"Ke-kenapa banyak fotoku di sini?"

"Sudah kubilang kan bahwa aku menyukaimu, maka dari itu aku membeli kamera hanya untuk mendapatkan fotomu. Aku mengambilnya secara diam-diam dan foto ini berguna ketika aku sedang merindukanmu,"

"sudahlah, jangan banyak bertanya lagi, sekarang kau harus makan."

"Tapi Max, aku ingin minum terlebih dahulu."
Max mengangguk lalu dengan segera memberikan segelas air putih pada Kelly, dan gadis itu langsung meneguknya setengah.
Tangan Max bergerak mengangkat sendok yang sudah diisi dengan sup ayam dan mengarahkannya ke mulut Kelly, setelah sebelumnya pemuda itu sudah meniupnya terlebih dahulu.

Kelly menerima suapan itu dengan cepat dan mengunyahnya.
Dirinya tak berani menyodorkan pertanyaan lagi dan lebih memilih menuruti perkataan Max.

"Kau tau? Aku merasa sedikit gugup sekarang, ini pertama kalinya aku menyuapkanmu."

Kelly mengangkat sebelah alisnya, setelah itu dia terkikik geli mendengar kata-kata yang baru saja Max ungkapkan.

"Kenapa tertawa?"

"Masa sih, orang sepertimu bisa gugup hanya karena aku?"

"Kau tak percaya? Kemarikan tanganmu."
Kelly mengulurkan tangannya pada Max, dan pemuda itu langsung menempatkan tangan Kelly pada dadanya, merasakan detak jantungnya yang berdentum keras.

Kelly menatap dalam ke arah iris hazel Max, dia benar-benar tak percaya jika pria di depannya itu memang menyukainya.

Drrrtt drrtt drrtt

Max dan Kelly melirik ke arah handphone yang bergetar di atas meja di samping kasur.
Kelly langsung bergerak menjauhkan tangannya dari dada bidang Max dan beranjak mengambil handphonenya yang baru disadarinya jika Max sudah menaruh benda tersebut di situ.

Kelly menatap lama layar handphoenya yang menampilkan nama seseorang.
"Max, Varel yang menelepon."

Tbc...

Part kali ini panjang lagiii yeay! 😊😊
Btw, ceritanya di part ini full adegan Max dan Kelly, kuharap kalian gak bosan yaa:')

Kira-kira Varel bakalan nyelamatin Kelly dari Max gak ya?

Keep Reading and Vomment, or if not I will send Max capture and kill you!👹

Regards,
MelQueeeeeen


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top