Part 8 : First Kiss

SEPASANG kekasih yang tengah duduk seraya menonton sebuah film dari dvd yang sedang menyala, sedang asyik-asyiknya menyuapi pop corn satu sama lain.

Mereka malah sibuk melakukan kegiatan suap-menyuapi, mengabaikan film yang sedang berputar.
Sebenarnya mereka bisa saja pergi ke bioskop menonton film terbaru sambil menikmati pop corn seperti yang mereka lakukan sekarang.

Tapi masalahnya, pria yang bernama Varel Rackbourn itu tak rela mengeluarkan uangnya untuk membeli tiket nonton.

Padahal sang kekasih, Nathalie Lewis, memaksa ingin keluar dan pergi ke bioskop, tapi sayangnya rayuan licik Varel berhasil membuat gadis tersebut menurut, yang pastinya sudah dihasuti oleh alasan-alasan seperti ; jika menonton di apartemen milik Nathalie maka mereka akan nonton berdua saja, tak ada yang mengganggu, mereka bebas melakukan apapun. Itulah kira-kira yang diucapkan mulut manis Varel untuk meyakinkan kekasihnya tersebut hingga gadis itu terpengaruh.

Jadilah sekarang, mereka nonton sambil menikmati pop corn yang mereka buat sendiri. Praktis dan tidak perlu menghabiskan uang.

Begitulah kira-kira pikir seorang Varel Rackbourn.
Pria tampan bermata coklat itu memang termasuk tipe pria pelit, dia hanya memikirkan kesenangannya saja, tak peduli pada pacar-pacarnya dan uang yang ia punya baginya lebih penting untuk ke klub, menghabiskan waktu sepanjang malam bersama minuman dan juga wanita-wanita yang dipesannya untuk tidur dengannya.

Bahkan Nathalie pun tak tau kebiasaan buruk Varel yang itu, yang ia tau hanya Varel yang juga sebagai kekasih dari sahabatnya, Kelly. Dan gadis berambut pirang itu tak merasa bersalah sedikit pun karena memang beranggapan dirinya dan Varel sama-sama saling mencintai.

Maka dari itu dirinya dan Varel sepakat untuk menyembunyikan hubungan mereka dari Kelly.
Padahal nyatanya, seorang Varel Rackbourn tak mencintai kedua gadis itu.

Varel bahkan masih ada beberapa gadis yang menjadi kekasihnya yang tak diketahui Kelly dan Nathalie.

"Aku lapar, aku ingin makan pizza."
Ujar Nathalie sambil mengelus perutnya yang sudah berbunyi.

Varel menggaruk tengkuknya yang tak gatal, pria itu terlihat tersenyum miring lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Nathalie.

"Maafkan aku, aku sedang krisis uang."

"Aku mengerti kok, aku yang akan pesan untuk kita, aku masih punya uang dari ayahku."

"Maaf ya sayang-..."

Cup

Nathalie mencium bibir Varel singkat, setelah itu menatap pria itu sembari tersenyum simpul.
"Tak perlu khawatir sayang, sudah ya aku mengambil handphone dulu."

Varel hanya terkekeh, kemudian saat Nathalie akan bangkit dari duduknya, pria itu langsung meraih tubuh gadisnya itu ke pangkuannya.

"Aku mencintaimu."
Bisiknya tepat di telinga Nathalie, membuat wajah Nathalie memerah dan tersenyum malu-malu.

"Aku juga mencintaimu, hei sudah sekarang lepaskan aku. Aku lapar."
Nathalie beranjak dari pangkuan Varel setelah sebelumnya pemuda tersebut melepaskan pelukannya, Nathalie langsung berlari ke anak tangga menaiki lantai atas untuk mengambil handphonenya.

Varel yang masih duduk di depan tv yang memutarkan film 'Me Before You' , hanya tersenyum licik karena berhasil memanfaatkan satu wanita lagi.

◀▶

"Argh...Max a-pa yang kau lakukan?"
Lirih Kelly ketika merasakan ujung sabit itu menggores pipi kanannya hingga mengeluarkan darah yang kini sampai menetes di lehernya.

Gadis bermata emerald itu sudah dibanjiri peluh dan air mata.
Dirinya tak menyangka bahwa rasa penasarannya akan berujung pada penderitaan.

Penderitaan dalam kukungan seorang Max Maxwell.

"JANGAN MENANGIS!!! HENTIKAN TANGISANMU!!! Kau tau Kelly sayang? Semua rasa sakitku yang diakibatkan olehmu tak sebanding dengan goresan yang kulakukan ini."
Desis Max tajam sesekali tertawa keras seperti orang tak waras.

Pria itu mungkin lupa jika yang disakitinya sekarang adalah gadis yang amat dicintainya.
Hanya karena gadis itu menolak perasaannya, dia sampai menangis dan menyakiti gadis yang begitu dipujanya itu.

"Kumohon Max hentikan...Ini perih sekali."

Max tak mengindahkan permohonan Kelly, pria itu malah terus memainkan ujung sabitnya sesukanya di area wajah Kelly, mencari tempat yang tepat untuk ujung sabit itu berlabuh.

Max sekali lagi menggoreskan ujung sabitnya, kali ini pada pipi sebelah kiri Kelly.
Dia tak menggubris jeritan tertahan Kelly saat merasakan benda tajam digenggamannya lagi-lagi membuat goresan.

Bahu gadis dihadapannya itu berguncang, tangisannya yang kini disertai sesegukan membuatnya benar-benar menderita.

Tapi Max tak peduli itu.
Semua yang dirasakannya selama ini terhadap gadis tersebut, semua rasa sayang dan cintanya sudah ditolak mentah-mentah oleh Kelly.
Bukan hanya itu, Kelly bahkan menghina dirinya dan juga perasaannya yang tak bersalah.

Gadisnya itu hanya mencintai dan percaya sepenuhnya pada seorang Varel Rackbourn yang jelas-jelas pria itu sudah mengkhianatinya.

"Matamu sangat indah, warnanya emerald, sama seperti mata ibuku. Matamu, dari matamu aku mulai jatuh cinta padamu Kelly, karena mata ini mengingatkanku pada sosok ibu."
Tangan Max bergerak menyentuh kelopak mata Kelly dengan lembut, membuat Kelly dapat dengan jelas merasakan sentuhan tangan kekar Max.

Setelah cukup lama, tangan pemuda itu bergerak lagi menelusuri ke bawah, ke arah bibir ranum Kelly. Bibir yang berwarna pink kemerahan itu walau tanpa lipstik, terlihat sangat menggoda.

Max tersenyum miring, tangannya masih menyentuh bibir Kelly yang basah.
"Aku juga suka bibirmu, sangat indah. Warnanya menarik dan menggoda, uh-- tapi bibir ini pernah bercumbu dengan Varel kan? Bahkan Walter Brown pernah merasakannya."

"Da-darimana kau tau itu?"

"Berhentilah bertanya sayang, percuma jika aku menjelaskan, kau pasti tak akan pernah percaya pada kata-kataku."

Max memposisikan dirinya mengambil jarak yang sangat dekat dengan Kelly, hingga hidungnya bersentuhan dengan hidung mancung milik Kelly.
Nafas mint milik Max entah mengapa membuat Kelly kecanduan, yang kini dapat ia hirup lagi karena jarak mereka yang hanya seinci. Nafas dirinya yang memburu dan nafas hangat beraroma mint milik Max beradu.

Kedua insan itu saling tatap menatap lagi, sebelum akhirnya Max menghapus jarak di antara mereka.

Max mencium bibir Kelly dengan lembut, gadis itu bahkan tak memberi penolakan, memang di awal Kelly tersentak dan terpaku kala bibir milik Max menyentuh bibirnya, namun entah mengapa dia merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya dan hal itu malah membuatnya ikut membalas ciuman Max.

Ruangan yang hening itu kini dipenuhi suara kecupan dari bibir keduanya yang beradu.
Max kini bahkan sudah berhasil memasukkan lidahnya di dalam mulut Kelly ketika dirinya memberi arahan agar gadis itu membuka mulutnya.

Tak disangka Kelly langsung menuruti hal itu, hingga mereka kini sedang mendorong lidah masing-masing dan saling bertukar saliva.
Meskipun Kelly sesekali terlihat mengerutkan keningnya karena merasakan perih di kedua pipinya, namun hal itu tak membuatnya tak ikut membalas perlakuan Max.

Max melakukan 'aksi'nya dengan antusias, mulai dari menghisap kuat bibir Kelly, mengulum lidahnya, bahkan memberi gigitan kecil pada bibir bagian bawah Kelly.

Lama mereka bercumbu sebelum akhirnya keduanya benar-benar membutuhkan pasokan oksigen dan menyudahi ciuman sensual itu.

Terlihat jelas di mata Max, bibir gadis-nya itu yang membengkak dan bertambah merah karena ulahnya.

Max terkekeh disela-sela mengatur nafasnya, pria itu kemudian mengembangkan senyuman puasnya yang membuat Kelly tertegun sesaat, karena pria itu baru disadarinya benar-benar tampan, bahkan mungkin melebihi ketampanan Varel.

"Ini ciuman pertamaku. Terima kasih sayang, meskipun bukan pertama kali bagimu. Setidaknya pertama kali untuk kita."

Kelly membuang wajahnya agar tak menatap pria dihadapannya, yang baru saja batinnya mengaguminya.
Dia sendiri entah dapat dorongan dari mana mau menerima ciuman Max bahkan membalas dan membiarkan pria itu bermain di dalam mulutnya.

Seketika Kelly meringis, merasakan kedua pipinya yang tergores dan masih mengeluarkan darah.

Max yang melihat itu kemudian mulai beranjak mengambil sapu tangannya dan mengelap darah yang berasal dari kedua pipi Kelly.

"M-max s-sakit."

"Aku sudah berbaik hati mau membersihkan ini, jadi diamlah."

"Ta-tapi kau menyakitiku!"

"Diam Kelly."
Kelly terdiam karena baginya percuma saja menentang perkataan pria dihadapannya itu, dia pasti ujung-ujungnya akan menurut karena bisa saja dia akan langsung tamat jika pria itu kehilangan kesabaran, meskipun dirinya merasakan perih yang amat sangat ketika sapu tangan yang juga bekas darah tersebut menyentuh pipinya yang terluka.

"Max kapan kau akan melepaskan aku?"
Tanya Kelly memberanikan diri, dirinya kalau boleh jujur sudah benar-benar tak tahan dikarenakan sekujur tubuhnya sudah terasa sakit, belum lagi kedua pipinya yang tergores, ditambah kepalanya yang terasa semakin pusing, membuatnya bisa tumbang kapan saja.

"Melepaskanmu?"
Max mengulang pertanyaan Kelly, dan hanya dibalas gadis berwajah manis tersebut dengan anggukan kecil.

"Aku akan melepaskanmu dengan satu syarat."

"A-apa?"

"Tinggal-lah bersamaku untuk selamanya."

Tbc...

Max belum nikah udah ngajakin tinggal bareng, etdah... :'v
Kira-kira Kelly mau gak ya diajak nikah eh tinggal bareng sama Max?

Ah gak usah tanya Kelly, tanya aku aja, aku pasti langsung mau. Pffttt😳😂
I'm coming Max!😚
*ditarik para readers*

Oh ya btw terima kasih sama yang udah mau komen meskipun cuma dua biji ngejawab pertanyaan kemaren, jawaban kalian benar!^^ Tuh hadiahnya aku kasi gambar Max yang lagi ketawa sampe keliatan giginya yang berspasi 😜 *piss* di mulmed...

Keep Reading and Vomment, or if not I will send Max capture and kill you!👹

Regards,
MelQueeeeeen

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top