Part 65 : Aggressive
CORRA menatap kosong semen membentuk persegi panjang rapi di hadapannya.
Kedua matanya sudah membengkak diikuti dengan air mata yang masih tertinggal di kedua pipinya.
Tangannya kembali mengelus nisan yang bertuliskan nama sahabatnya.
"Ella, apa yang kau lakukan ini? Sungguh, ini benar-benar seperti tak nyata. Pantas saja, kau membuat salam perpisahan denganku tadi pagi. Shit! Bodohnya aku yang tak menyadarinya."
Corra menundukkan kepalanya dan menumpukan di nisan Gabriella, gadis itu bahkan untuk menangis pun air matanya sudah habis karena dari sepanjang upacara pemakaman dan penguburan mayat Gabriella dia tak henti-hentinya menangis.
Sudah sekitar setengah jam dia berada di pemakaman seorang diri. Saat pemakaman Gabriella dan yang lainnya berlangsung, gadis itu bersama dengan Eddie dan Fred juga ikut, namun setelah semuanya selesai dan orang-orang beranjak pergi dari pemakaman, Corra lebih memilih tinggal meskipun Eddie dan Fred telah membujuknya untuk segera pulang.
Corra masih belum yakin bahkan sampai sekarang, jika sahabatnya itu benar-benar pergi dari dunia.
Dia yang bahkan jarang sekali menangis itu, sekarang berubah jadi gadis yang paling cengeng.
Padahal baru tadi pagi mereka bertemu---lalu ketika siang harinya Corra diberi kabar oleh Eddie jika Charlie, Gabriella, dan para anggota kepolisian lainnya sudah tewas dengan kondisi tubuh yang mengenaskan.
Corra menyesali keputusan Gabriella yang ingin membunuh Max, dan akhirnya malah berujung pada kematian gadis blonde itu.
Coba saja Gabriella jujur padanya sejak awal jika dia akan membunuh mati Max secara langsung, pasti Corra akan menolak rencana tersebut mentah-mentah, dan semua kejadian ini tidak akan terjadi.
Setidaknya, Corra bisa membawa kabur Max jika memang ini sudah menjadi rencana ayah Gabriella.
Namun, mau bagaimana lagi?
Semuanya telah terjadi.
Sahabat yang paling ia sayangi sudah meninggalkannya dari dunia ini.
Sahabat yang ia katakan paling merepotkan dirinya.
Sahabat yang sering ia musuhi namun tak berlangsung lama kemudian baikan lagi.
Sahabat yang seringkali menolongnya dalam masalah uang maupun makan.
Dan sekarang,
sahabatnya itu sudah tak ada.
Meninggalkan dunia ini bersama kenangan-kenangan dan perasaan rindu yang mendalam untuk Corra.
Tiba-tiba saja semua kejadian dan ingatan segala tentang Gabriella menyeruak, berputar di otak Corra.
Seperti kaset yang memutar kenangan dirinya bersama dengan si gadis blonde itu.
Tangan Corra yang menyentuh nisan Gabriella bergetar.
Dia harus ikhlas,
Corra tau itu.
Namun, entah mengapa rasanya sulit sekali untuk dilakukan.
Seolah mengerti kesedihan Corra, langit pun menurunkan hujan rintik yang berubah menjadi deras membasahi tubuh Corra yang tengah berada di antara makam-makam orang-orang yang menjadi korban tank milik Tomy.
Corra menengadahkan kepalanya, membiarkan wajahnya dihujam oleh jatuhan air hujan.
Dirinya kemudian bangkit dengan tertatih, rasa-rasanya untuk berdiri pun lututnya lemas.
Dia tersenyum tulus, senyum tipis yang nampak samar di balik derasnya hujan.
Gadis berambut hitam itu berbisik entah pada siapa, "Selamat jalan Ella merepotkan."
Setelah membisikkan kalimat itu, Corra segera berjalan menjauh meninggalkan pemakaman menuju mobilnya.
Hujan mewakili air mataku.
Langit pun tau, kehilangan seorang sahabat itu sakit.
•••
Sinar matahari pagi yang masuk melalui celah-celah jendela kamar bernuansa dark blue yang diisi oleh sepasang kekasih yang masih terlelap ke alam mimpi mereka tak membuat kedua insan itu bangun bahkan menggeliat pun tidak.
Namun hal itu justru membuat kucing peliharaan sepasang kekasih itu terbangun akibat sinar matahari yang masuk.
Blacky bergerak naik ke atas tempat tidur dan menggoyang-goyangkan ekornya di wajah Max berulang kali. Butuh beberapa tindakan bagi Blacky untuk membangunkan pria tersebut, dari menggoyang-goyangkan ekornya di wajah Max, menyentuh wajah Max dengan kakinya, hingga berbaring di wajah Max sampai akhirnya membuat pria itu menggeliat dan kemudian terbangun setelahnya.
Kelly yang tidur dalam dekapan Max menjadi ikut terbangun karena merasakan ada pergerakan dari pria itu.
Max terkekeh kecil ketika mata hazelnya melihat Blacky masih terus berusaha membangunkannya.
"Hei aku sudah bangun, Blacky. Astaga kau juga telah membuat Kelly-ku terbangun, kucing pintar."
Ujar Max serak khas suara orang bangun tidur lalu menaruh Blacky ke atas dadanya yang terbaluti kaos hitam.
Setelah selesai mencium Blacky dengan gemas, mata Max beralih melirik Kelly yang kini kembali memejamkan matanya melanjutkan tidur padahal tadi Max melihat jika wanita itu sudah terbangun.
Max terkikik geli melihat tingkah kekasihnya.
Karena terlalu gemas, pemuda itu mendaratkan ciuman di dahi Kelly yang berhasil membuat gadis itu terbangun kembali.
"Morning dear."
"Morning too."
Balas Kelly lalu tersenyum manis setelahnya.
Blacky yang berada di tengah-tengah mereka mengeong, membuat Max meringis dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Sorry Blacky, good morning."
Kelly menatap Max dan Blacky secara bergantian, kemudian tawa gadis itu pecah memenuhi ruangan kamar Max.
"Kenapa tertawa?"
Tanya Max menaikkan sebelah alisnya.
Pasalnya, menurut Max tidak ada sesuatu yang lucu yang perlu ditertawakan, tapi kenapa Kelly tiba-tiba saja tertawa?
Bukannya malah menjawab, Kelly justru bangkit dan mendudukkan dirinya kemudian menggendong Blacky, "Jadi, kau akan memarahi Max jika dia tak mengucapkan selamat pagi untukmu? Dasar kucing nakal! Jangan sampai kau merebut Max-ku ya, Blacky."
Kelly memasang wajah marah yang dibuat-buat, membuat Max terkekeh geli melihat tingkah laku gadisnya tersebut.
Max mengerti alasan Kelly tertawa sekarang.
"Kau janji ya jangan manja lagi pada Max seperti tadi? Sekarang yang boleh manja pada Max hanyalah aku. Apa kau mengerti?"
Blacky hanya mengeong entah tanda setuju atau tidak.
Kelly tersenyum simpul mendengar balasan Blacky, "Kucing pintar. Oke, sekarang bermainlah keluar kamar ya."
Kelly mencium puncak kepala Blacky sebelum akhirnya menurunkan kucing hitam itu ke lantai.
Seperti yang diperintahkan Kelly, Blacky segera keluar dari kamar milik Max.
"Cemburu pada Blacky, heh?"
Tanya Max yang kini tiba-tiba saja sudah melingkarkan lengan kekarnya pada pinggang Kelly.
Kelly merasakan geli saat nafas pemuda itu menyapu lehernya, "Bagaimana jika aku bilang iya?"
"Itu berlebihan sayang, Blacky hanyalah peliharaan kesayanganku."
"Aku tak peduli! Kau hanya milikku, hanya aku!"
Max tertawa kecil mendengarnya, "Sekarang kau yang jadi posesif ya?"
Kelly melepaskan lingkaran tangan Max dan menghadapkan tubuhnya ke arah pria itu.
Gadis manis tersebut menatap iris hazel Max dalam, tangannya bergerak mengelus wajah Max, "Ya."
Balasnya singkat kemudian mendaratkan kecupan di bibir Max.
"Kelly aku belum sikat gigi."
Kelly hanya menyengir, "Aku tak peduli. By the way, Max, aku menyadari sesuatu."
"Apa itu?"
"Setiap bangun pagi sudah lama akhir-akhir ini kau tidak pernah bermimpi buruk lagi tentang masa lalumu 'kan?"
Max mengangguk membenarkan, "Itu semua karena kau."
"Aku?"
"Ya, semenjak kau memasuki kehidupanku kau membuatku selalu merasa bahagia. Dan itu ber'efek bagi mimpiku."
"Benarkah? Ah kau hanya menggodaku!"
"Hei aku serius, tidak sedang menggodamu."
"Benarkah? Kalau begitu, karena kau sudah membuatku bahagia pagi ini, ayo kita mandi berdua."
Kelly dengan gerakan cepat turun dari tempat tidur dan menarik ujung kaos yang dikenakan Max agar pemuda itu menuruti Kelly ke kamar mandi.
Kelly terlalu agresif pagi ini.
Entah apa yang terjadi dengannya, mungkin menyangkut hormon wanita?
Entahlah, yang pasti hal ini menguntungkanku.
Tbc...
Kelly kenapa kok agresif?!😯😄
Recew vomment yaaa^^
MelQueeeeeen
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top