Part 59 : Help Me!
Gif on mulmed : Varel Rackbourn.
SETETES air mata lolos dari pipi mulus wanita berambut pirang tersebut.
Namun tangannya dengan cepat menghapus air mata itu, dan bergerak untuk mengelus perutnya yang sudah agak membesar.
Baru berumur kurang lebih dua minggu pernikahannya dengan sang suami, namun dirinya sudah harus menerima kenyataan pahit jika suaminya akhir-akhir ini bukannya bekerja, namun malah bermain dengan wanita-wanita bayaran yang ada di club.
Pantas saja, akhir-akhir ini suaminya itu jarang pulang atau jika pulang pun akan sangat larut ketika dirinya sudah tertidur.
Dia hanya bisa bertemu suaminya itu saat pagi hari ketika sarapan saat suaminya tersebut bersiap-siap untuk kembali bekerja.
Wanita itu, adalah Nathalie.
Dia meremas kemeja Varel yang terdapat lipstik di bagian leher, dan juga mendapati jika kemeja itu berbau dua parfum.
Parfum milik suaminya, dan juga parfum wanita.
Nathalie sendiri, bukan baru kali ini memergoki bukti bahwa suaminya itu berselingkuh. Pernah satu kali, saat pagi-pagi sekali, ponsel Varel berbunyi, karena Varel masih tertidur Nathalie mengangkat panggilan yang menampilkan nama 'Carly' yang kebetulan seorang wanita.
Ketika Nathalie mengangkatnya dan bertanya siapa yang menelepon, wanita itu terdengar gugup dan segera mematikan panggilannya.
Saat Nathalie menanyakan tentang wanita itu pada Varel, lelaki itu menjawab jika 'Carly' adalah clientnya dan setelahnya memperingati Nathalie untuk tak lancang mengangkat panggilan yang masuk dari ponsel pria tersebut.
Tentu Nathalie hanya menurut dan mempercayai perkataan Varel waktu itu.
Namun, setelah detik ini dia mendapati kemeja Varel dalam keadaan seperti yang ia lihat sekarang, hancur sudah kepercayaan Nathalie pada suaminya itu.
Bibirnya bergetar menahan tangis sembari terus mengelus perutnya, "Kenapa ini terjadi padaku?"
|•••|
Kelopak mata gadis seksi berambut blonde itu mengerjap-ngerjap untuk memastikan penglihatannya yang agak kabur.
Saat dirinya akan menggerakkan tubuh untuk bersandar di sisi ranjang, dia langsung merasakan ngilu di bagian pipinya yang baru ia ingati hal tersebut merupakan ulah dari lelaki yang dicintainya.
Dia mendengus ketika menatap sekeliling ruangan yang ia tempati sekarang yang aromanya sungguh tak nyaman, khas obat-obatan.
Memikirkan perbuatan pria yang ia cintai melakukan hal kejam ini padanya, membuat matanya berkaca-kaca dan hatinya mulai merasa dongkol baik pada sang pria maupun pada kekasihnya.
"Shit! Kau jahat Max, kau benar-benar jahat dan menyebalkan!"
Gabriella menangkupkan kedua tangannya di wajah, dengan tak sengaja sebulir air matanya sudah meluncur di pipi.
CKLEK
Pintu ruangan tempat Gabriella dirawat terbuka, menampilkan seorang suster yang terlihat membawakan nampan di tangannya seperti membawakan makan malam untuk gadis itu.
"Ah, kau sudah sadar? Bagaimana dengan dirimu? Apa kau merasa lebih tenang sekarang?"
Tanya sang suster kemudian menaruh nampan tadi di atas meja di sebelah ranjang Gabriella.
Gabriella sendiri hanya diam sembari terus memperhatikan gerak-gerik sang suster, takut-takut jika suster itu membawa jarum suntik untuk membiusnya lagi.
"Sekarang sudah malam, kau pasti merasa lapar 'kan? Mau aku suapi atau makan sendiri? Tunggu dulu, sebaiknya aku harus menyuapimu, tapi sebelum itu, aku akan mengambil sesuatu. Tunggu sebentar."
Si suster berwajah oval berkulit pucat itu dengan cepat keluar dari ruangan Gabriella, dan tak lama setelahnya kembali lagi dengan membawa tali berwarna putih.
"Nah, karena aku takut kau akan memberontak seperti saat keluargamu membawamu ke sini tadi, jadi---"
"AKU TAK INGIN DIIKAT!"
Mata biru kelabu sang suster tadi terbelalak kaget mendapat bentakan dari Gabriella barusan, namun ekspresi tegangnya langsung berganti menjadi tersenyum tipis menanggapi perkataan Gabriella.
Berjalan menghampiri ranjang Gabriella, dia segera saja menarik pelan kedua tangan Gabriella untuk diikatnya, "Namaku Sofia Jersen, aku tak akan menyakitimu tenang saja, okay?"
Mendengus kasar, Gabriella langsung menyentak tangannya cukup kuat menjauh dari tali yang sudah dibentangkan Sofia, "Dengar, aku tak gila seperti yang kau pikirkan! Kau tau? Kalian semua telah ditipu oleh pasangan sialan tadi dengan mengatakan jika aku sakit jiwa! Mereka bukan keluargaku, namaku Gabriella Brown, putri dari Charlie Brown ketua polisi di kota ini. Please help me, aku dijebak oleh pasangan tadi di sini, mereka adalah pasangan terlicik jika kau tau! Kumohon biarkan aku pergi dari sini, dan kembali ke rumahku. Jika kau tak mengizinkanku untuk pergi, maka ayahku bisa saja memenjarakanmu!"
Sofia membelalak antara takut sekaligus terkejut dengan pernyataan Gabriella, jika dilihat dari nada bicaranya, Sofia berpikir jika Gabriella benar-benar masih waras.
Namun dia masih penasaran, "Apa kau sungguh-sungguh mengatakan semua itu? Memangnya apa dendam yang dimiliki mr. Maxwell padamu?"
Gabriella berdecak, "Aku berusaha merusak hubungan mereka. Okay, fine. Sekarang apa? Sebaiknya jika kau masih belum percaya dengan pengakuanku, aku bisa mendatangkan ayahku itu. Maukah kau memberiku telepon agar ia bisa menjemputku kemari?"
Sofia mengangguk, tanpa menjawab, wanita tersebut mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya, dan menyerahkannya pada Gabriella.
Gabriella langsung saja membuka ke tampilan mengetikkan nomor telepon, namun sialnya dia baru ingat jika dia tak hapal dengan nomor Charlie, alhasil gadis itu mengerang sembari terus mengatakan kata andalannya yaitu, "menyebalkan".
Namun tak menunggu waktu lama, hati Gabriella bersorak ketika dirinya ingat jika ia menghapal dengan jelas nomor Garrison.
Sambungan sudah terhubung, namun panggilan yang dilakukan Gabriella pada bawahan ayahnya itu tak kunjung mendapat sambutan dan membuat Gabriella menghela nafas panjang.
"Ayo Garrison, jawab panggilanku!"
***
Garrison tersenyum hangat menanggapi sambutan teman-teman polisinya---yang ada di kantor kini---menyiapkan pesta kecil-kecilan menyambut kepulangannya dari rumah sakit setelah beberapa hari dirawat.
Garrison satu persatu memeluk teman-temannya dan tak menghentikan ucapan "terima kasih" meluncur dari bibirnya.
Lelaki tampan bermata biru itu menarik napas dalam-dalam menghirupi aroma angin malam yang masih dapat ia rasakan meskipun sudah mengenakan mantel berwarna krem tebal. Sekarang ia sudah berada di teras kantor polisi sendirian sekedar untuk melihat langit berwarna hitam.
Dia merogoh saku celananya teringat untuk menghubungi seseorang yang amat sangat ia rindukan.
Ketika dia mulai membuka ponselnya, dia mengernyit tatkala melihat 9 panggilan dari nomor tak dikenal.
Tadinya dia ingin mengabaikan nomor itu, namun mengurungkan niatnya saat nomor asing tersebut kembali menghubunginya.
Dengan yakin, Garrison menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan itu, "Halo---"
"Garrison! Ah akhirnya kau mengangkatnya juga! Apa ponselmu disita oleh suster karena harus beristirahat total?!"
Garrison mengernyit tak mengerti, lalu menjauhkan ponselnya dari telinga di hadapannya, memandangi nomor asing itu.
Ia pasti tak salah dengar jika itu adalah suara Gabriella, namun mengapa nomor gadis itu berbeda?
"Dengan siapa aku bicara? Apa kau Gabriella?"
Terdengar erangan di seberang sana, Garrison dapat menebak si penelepon sedang menepuk jidatnya, "Ah bodohnya aku! Dengar Garrison, ini aku, ya, aku memang Gabriella Brown. Maaf karena sebelumnya tak memberitahu jika ini aku, karena aku sedang meminjam ponsel milik suster. Sama sepertimu, aku juga sedang berada di rumah sakit sekarang."
"Rumah sakit?! Ada apa denganmu?! Kau kenapa Gabriella?!"
Gabriella terkekeh, "Jangan khawatir, setelah ayah ke sini aku baru akan menceritakan semuanya, tapi masalahnya Garrison, aku tak hapal dengan nomor ayahku, jadi bisakah kau meneleponkannya untukku? Katakan padanya jika aku sedang berada di rumah sakit jiwa---"
"RUMAH SAKIT JIWA?! APA?! JADI KATA-KATAKU SELAMA INI MENJADI KENYATAAN? SUNGGUH SEBENARNYA ITU CUMA CANDAAN---"
"Berhenti kau dasar menyebalkan! Sudah kubilang 'kan, aku akan menjelaskan semuanya nanti! Baiklah sebaiknya kau cepat hubungi ayahku dan suruh untuk menjemputku, karena kau pastinya tak tau alamat rumah sakit ini, nanti akan kukirimi kau pesan untuk alamatnya, kumohon Garrison cepatlah, aku takut sekali lama-lama berada di sini. Okay, beristirahatlah karena kutau kau masih dirawat---"
"Aku sudah keluar dari rumah sakit kemarin, dan tengah berada di kantor saat ini. Kau tunggulah, aku akan menghubungi ayahmu dan juga ikut bersama ayahmu untuk menjemputmu Gabriella. See you."
Tut tut tut
Garrison setelah memutus panggilan bersama Gabriella langsung saja segera menghubungi Charlie seperti janjinya, pria itu tampak benar-benar khawatir dengan keadaan gadis yang dicintainya yang entah kenapa bisa sampai masuk ke rumah sakit jiwa.
Dan pula, ayah dari gadis tersebut bahkan tak mengetahuinya, wajar saja karena memang Charlie dan Gabriella tinggal terpisah.
Sambungan terhubung, dan langsung diangkat ketika bunyi sambungan ketiga, "Halo pak Charlie."
"Halo, ada apa Garrison? Keadaanmu dan keadaan kantor sedang baik-baik saja 'kan?"
"Semuanya baik-baik saja pak, tapi..."
Garrison berdeham.
"Tapi kenapa Garrison? Ada apa?"
"Gabriella sedang tidak baik-baik saja."
|||
Suara mobil yang datang membuat Nathalie yang tadinya terduduk sembari menonton televisi di ruang tamu, langsung bangkit dari duduknya dan menebak jika yang datang adalah suaminya yang baru pulang.
Namun, tebakannya salah ketika dirinya membukakan pintu dan mendapati ayahnya dan ibu tirinya sudah menunggu di depan pintu, "Halo sayang!"
Sapa mereka hampir bersamaan membuat Nathalie tersenyum tipis.
Ibu tirinya langsung menghampiri Nathalie dan memeluk dirinya cepat. Pelukan mereka sangat singkat, dan ketika ibu tirinya itu melepas pelukan dan beralih menatap wajahnya, wanita itu menaikkan sebelah alisnya, "Astaga Nathalie, kau kelihatan berantakan, maksudku kau seperti habis menangis?!"
Ibunya itu menangkupkan wajah Nathalie dengan kedua tangannya, raut cemas langsung terpancar di wajah wanita cantik itu.
Sang ayah yang sedari tadi berada di belakang istrinya, langsung menerobos mendekati Nathalie, "Apa yang terjadi denganmu?"
Nathalie tersenyum simpul, kemudian menggeleng, "Aku tak apa ayah. Aku baik-baik saja, tenanglah. Kalau begitu, tunggu apa lagi? Ayo kita masuk. Apa yang ayah bawakan untukku itu?"
Nathalie melirik ke kedua tangan ayahnya yang menjinjing plastik besar.
Ayahnya menyunggingkan senyum, tak bertanya lebih lanjut tentang penampilan putrinya, "Well, kami berencana untuk mengajakmu nonton, dan yang di dalam plastik ini adalah bahan makanan untuk menemani nonton kita."
"Nonton bersama?! Yeay!"
Nathalie bersorak senang kemudian segera masuk ke dalam apartemennya diikuti dengan ayah dan juga ibu tirinya.
Tbc...
Gimana adegan Varel & Nathalie-nya? Varel belum muncul sih.
Kira² ada yang merindukan pasangan Varel & Nathalie?
Karena aku sering namain kalian para readers, adalah readers² kecew😎.
Aku kepikiran buat menamai kalian dengan "Recew". Gimana? Setuju nggak? Recew itu artinya readers kecew yaa😁
Kalo nggak mau juga gpp sih.
Leave vomment please?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top