Part 57 : Revealed
I found peace in your violence
Can't show me, there's no point in tryin'
I'm at one, and I've been quiet for too long
•
"Mau ke mana membawa koper sebesar itu?"
Tanya Kelly sembari memandang penampilan Gabriella dari atas hingga bawah dan berhenti di koper hitam besar bawaan Gabriella.
Kelly langsung bangkit dari duduknya dan tetap memandangi Gabriella karena gadis blonde itu tengah memasang high heels.
"Jawab aku Gabriella, kau ingin ke mana?"
Tanya Kelly lagi, karena tak kunjung mendapat balasan dari Gabriella.
Gabriella yang tadinya menunduk memasang high heels, kini mendongak dan tersenyum sinis, "Bukan urusanmu!"
Kelly akan protes dan membalas perkataan Gabriella, namun iris emeraldnya kini teralihkan memandangi Max yang sudah berdiri di samping Gabriella dan juga sudah bersiap-siap seperti ingin pergi.
"Kau sudah siap?"
Tanya Gabriella melirik Max, dan mendapat anggukan mantap dari pemuda bermata hazel tersebut.
"Kalian mau ke mana?"
Tanya Kelly semakin tak mengerti, namun hal itu hanya diabaikan oleh Gabriella yang kini sudah bergelayut manja di lengan Max.
"Kalau begitu, ayo kita pergi!"
Ajak Gabriella, melirik Max serta memasang senyum manis.
Mereka berdua akan segera melangkahkan kaki, kalau saja Kelly tak menarik kemeja yang dikenakan Max.
Max berdecak, "Apa?" Tanyanya dingin dan datar.
Kelly berusaha menampilkan senyumnya yang sulit sekali rasanya terbentuk, "Mau ke mana Max?"
"Bukan urusanmu."
Lagi-lagi Kelly harus mendapat jawaban menyebalkan itu.
"Tentu ini menjadi urusanku, katakan, kau ingin ke mana dengan Gabriella?"
"Ke rumahku."
Setelah mengatakan itu, Max dan Gabriella segera beranjak pergi meninggalkan Kelly yang masih mencerna balasan Max.
Ketika sudah menyadari apa maksud dari ucapan Max, Kelly menepuk jidatnya dan langsung berlari menyusul Max dan juga Gabriella.
"Max, aku ikut!"
Teriak Kelly ketika sudah berhasil mengejar Max dan Gabriella.
Gabriella memandang sinis ke arah Kelly, "Kau tak akan ikut, sekarang juga kau pergi dari apartemenku dan kembali ke rumahmu, jangan mengikuti kami!"
Kelly memilih tak menggubris kata-kata Gabriella barusan, alhasil pandangannya kini ia alihkan pada Max, "Max, aku ikut denganmu ya?"
Max beranjak menuju mobil mewah milik Gabriella, "Terserah kau saja." jawabnya acuh, tanpa menatap lawan bicara.
Setelahnya, pemuda bermata hazel itu langsung menaiki mobil mewah Gabriella di bagian supirnya.
"Kau dengar itu 'kan Gabriella? Max mengizinkanku untuk ikut bersama kalian. Max akan segera mengingatku kembali, bagaimana pun juga dia hanya milikku."
Kelly segera menyusul memasuki mobil mewah milik Gabriella, meninggalkan gadis blonde itu yang sedang menahan amarahnya yang sudah sampai ke ubun-ubun.
"Awas saja kau!" Desisnya, setelah itu menghentakkan kakinya kesal, dan berjalan menghampiri mobilnya.
•••
"Kenapa kita sebodoh ini sih? Membiarkan nona Gabriella pergi bersama dengan Max dan juga Kelly. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan nona? Kita bisa tamat oleh tuan Charlie nanti."
Fred memutar bola matanya bosan, kemudian meneguk soda kaleng yang berada di tangannya, "Sudahlah Edd, kau dengar sendiri tadi 'kan? Nona Gabriella memerintahkan kita untuk menjaga apartemennya, dan melarang kita untuk mengikutinya. Lagipula nona hanya ingin menginap di rumah Max, tak akan terjadi apa-apa apalagi dengan kelakuan manis Max padanya."
"Aku tau Fred, tapi Kelly juga ikut bersama mereka. Kau bisa bayangkan jika nona Gabriella dan Max bermesraan? Maka Kelly akan cemburu, dan aku takut gadis manis itu melakukan hal yang mengerikan terhadap nona Gabriella. Jika hal itu terjadi, maka hidup kita akan benar-benar lenyap di tangan tuan Charlie, Fred! Kita adalah bodyguardnya, seharusnya kita selalu berada di sisi nona Gabriella. Namun lihatlah, jika tuan Charlie datang lagi ke apartemen ini, dan mendapati nona Gabriella tak ada, kita harus bilang apa?!"
Fred memijit pelipisnya, dia sudah terlalu pusing dengan ocehan yang keluar dari mulut Eddie sedari tadi. Mengapa dia harus mempunyai teman yang mudah berpikiran negatif seperti Eddie?!
Bukannya dia tak mengkhawatirkan Gabriella, biar bagaimana pun perkataan Eddie barusan memang benar adanya.
Namun, kendati demikian dia juga tak bisa berbuat apa-apa karena Gabriella juga meminta mereka berdua untuk menjaga apartemen saja dibanding menjaga Gabriella.
"Kumohon Edd, berpikirlah positif. Nona Gabriella akan baik-baik saja. Sudah ya, aku akan ke dapur dulu perutku lapar ingin makan."
Setelah mengatakan sederet kalimat itu, Fred langsung beranjak bangkit dari sofa ruang tamu menuju ke dapur meninggalkan Eddie sendirian.
|||
Max memutar kunci pada pintu rumahnya, dan kemudian membuka pintu tersebut.
Menghirup dalam-dalam aroma rumahnya, senyum pemuda itu mengembang, "Aku rindu sekali rumahku."
Kelly yang berada di belakang Max, tersenyum tipis ikut merasakan kebahagiaan karena setidaknya Max tak lupa dengan tempat tinggalnya.
Max, Kelly, dan juga Gabriella langsung memasuki rumah berlantai porselen itu.
"Gabriella, ayo kita ke kamarku."
Max membalikkan badannya dan menghampiri Gabriella yang sedari tadi mengekori langkahnya.
Meraih koper yang dibawa gadis blonde itu, Max langsung menarik tangan Gabriella untuk memasuki kamarnya.
Kelly yang dari tadi juga berada di antara mereka mendesah kecewa, gadis itu tak bisa berbuat apa-apa kala Max lebih memilih membawa Gabriella ke kamarnya dibanding dirinya.
Entahlah, rasanya Kelly sudah terlalu lelah menghadapi kenyataan pahit jika Max sedang amnesia, dan sama sekali tak mengingatnya.
Alhasil, gadis itu segera mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu, dengan mata yang berkaca-kaca.
°•°•°
Senyum Gabriella yang tadinya mengembang, luntur saat setibanya di dalam kamar Max, dirinya mendapati kamar bernuansa dark blue itu dipenuhi oleh foto-foto Kelly.
"Untuk apa kau menggantung fotonya seperti itu?"
Max yang berada di depan Gabriella kemudian meletakkan koper besar milik gadis bermanik abu-abu tersebut, lalu mendudukkan dirinya di tepian ranjang.
Karena tak mendapat respon dari Max, Gabriella yang sejak tadi sudah kesal dengan gantungan foto-foto Kelly, langsung bergerak untuk menanggalkan semua foto-foto tersebut dan berniat membuangnya.
Max mengernyit tatkala mendapati Gabriella yang kini sudah berdiri di atas ranjangnya, dan lengan gadis itu sudah terulur ke atas untuk mencabuti foto-foto Kelly, "Apa yang kau lakukan Gabriella?"
"Tentu saja membuang foto si jalang ini!"
Gabriella tersentak ketika merasakan lengannya diremas cukup kuat oleh Max.
Pemuda berambut hitam itu dengan gerakan cepat langsung mendorong tubuh Gabriella hingga terhempas di atas ranjang miliknya.
"Max apa yang---"
Kata-kata Gabriella terputus tatkala Max kini sudah berada di atas tubuhnya, menimpanya.
Entah perasaan Gabriella saja atau memang benar, tapi wajah Max kelihatan sedang murka sekarang.
Meneguk salivanya dengan susah payah, gadis blonde itu memaksakan diri untuk tersenyum, "M-Max ada apa denganmu? Kenapa kau melarangku untuk membuang foto gadis asing itu?"
Kedua tangan Max langsung menekan kedua tangan Gabriella di sisi kepala gadis itu, dia tergelak, "Apa katamu sayang? Gadis asing? What the fuck!"
"Max? A-ada apa denganmu?!"
Max terkekeh, wajahnya kini hanya berjarak beberapa inci dari wajah Gabriella, "Ada apa denganku? Kenapa? Aku biasa saja. Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, ada apa denganmu Gabriella sayang? Kenapa wajahmu ketakutan begitu? Hahaha." Tawa Max pecah di akhir kalimatnya.
Gabriella merinding memandangi Max sekarang.
Baginya pemuda itu bukan seperti Max yang dikenalnya, Max yang ada di hadapannya sekarang bak iblis berwajah tampan yang siap menghabisinya.
"Max le-lepaskan tanganku, ini sakit. Jangan bercanda seperti ini Max, ini sungguh tak lucu, kau menakutiku. Biarkan aku membuang semua foto gadis jal---"
"SHUT UP YOU'RE THE REAL BITCH HERE! JANGAN COBA-COBA UNTUK MEMBUANG FOTO WANITAKU!!!"
Mata Gabriella membulat sempurna mendengar teriakan keras Max barusan, alasannya karena Max meneriakinya dan juga mengatakan jika Kelly adalah wanitanya.
"A-apa maksudmu? Wa-wanitamu? Apa maksudmu jika Kelly adalah wanitamu?"
Max menyeringai lagi, "Kau belum mengerti juga sayang? Kelly adalah wanitaku, dan akan selalu begitu sampai kapan pun---"
"Apa ini?! Sadarlah Max, kau amnesia dan melupakannya---"
Jari telunjuk Max dengan cepat mendarat di bibir Gabriella, sehingga menghentikan kalimat gadis itu, "Sssttt jangan memotong kata-kataku sayang. Aku ulangi ya, Kelly Collins itu adalah wanitaku sampai kapan pun dia akan selalu jadi wanitaku. Wanita yang kucintai sampai mati, dan...surprise! Kau sudah berhasil masuk ke dalam perangkap tuan Max Maxwell, nona Gabriella Brown. Bukankah akting amnesiaku sangat bagus? Hahahaha."
Max tertawa keras dan bertepuk tangan riuh, memuji dirinya sendiri.
Sedangkan Gabriella?
Gadis itu berhasil dibuat terperangah dengan ungkapan Max, alhasil hal tersebut membuat wajahnya berubah pucat pasi.
Ketika tawa Max mereda, dan tepukan tangannya sudah selesai, suara pintu kamar yang dibuka berhasil membuat Max dan Gabriella mengalihkan pandangan mereka.
"Apa semua itu benar Max? Apa benar jika kau hanya pura-pura amnesia?!"
Tbc...
Jeng jeng akting yang dilakukan Max selama ini sudah terungkap!
Author beri aplaus buat readers² yang di part sebelumnya ada yang mencurigai kalo Max cuma pura² hilang ingatan👏
Author bakalan up besok kalo ada yang tau judul lagu pada lirik yang ada di part ini (yang paling atas)😊😊😊
So, berikan jawaban kalian di kolom komentar.
Leave vomment please?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top