Part 51 : Null
Sudah sampai Part 51 yeayy^^
Tenang ya, MMP blm tamat kok. Akan ada konflik² lainnya yang menunggu.
Btw, Thanks buat readers" setia MMP yang masih baca cerita ini hingga sekarang.
ILYSM 😘
So, enjoyy guys!
°
°
GABRIELLA berdecak kesal memandangi layar ponselnya yang melampirkan nama seseorang.
Dengan satu helaan nafas kasar, ia segera menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan yang diterimanya.
"Ada apa?! Aku sedang sibuk mengintai, dan kau malah mengganggu!"
Terdengar dengusan kasar di seberang sana, "Aku tak peduli! Ini semua juga salahmu 'kan membiarkan Max jauh dari sisimu?! Bagaimana keadaan di sana sekarang, apa Max dan wanitanya itu sudah datang ke gereja?"
"Mereka belum tampak."
"Jangan-jangan informasi yang didapatkan oleh kedua bodyguardmu itu salah? Bagaimana bisa mereka belum datang juga?"
Gabriella memutar bola matanya bosan, "Eddie dan Fred tak pernah main-main dalam mengumpulkan informasi, mereka telah memata-matai kegiatan yang dilakukan Max dan juga Kelly sejak Max kabur waktu itu. Sebentar lagi aku yakin mereka akan datang---ah! Itu mereka! Oke Corra, aku tutup teleponnya sekarang."
Tut tut tut
Gabriella langsung mematikan panggilannya secara sepihak bersama Corra kala mata abu-abunya menangkap dua sejoli yang terlihat tergopoh-gopoh memasuki gereja dengan pakaian pengantin tentunya.
Memang, Gabriella telah memberitahu Corra tentang kejadian Max yang tertangkap kembali akibat ulahnya.
Dan saat Gabriella menceritakan itu semua pada gadis tomboy berambut hitam itu, tentu saja membuat Corra mengomelinya panjang lebar dan langsung berniat untuk membebaskan Max sendirian lagi.
Namun, Gabriella menahan niat Corra tersebut, dan bilang akan menyelamatkan Max dengan caranya sendiri, dan sudah merencanakan sesuatu, seperti sekarang ini rencananya sudah dimulai.
Gadis berambut blonde itu segera melirik Eddie dan Fred yang masing-masing berada di sebelahnya secara bergantian, kemudian mengangguk memberi isyarat.
"Kalian siap?"
"Tentu saja nona Gabriella!"
***
Jantung Kelly rasanya ingin lepas sekarang, nafasnya tersengal-sengal begitu juga dengan pemuda di sampingnya, Max.
Bagaimana tidak?
Mereka hari ini bangun kesiangan gara-gara pesta kecil yang mereka buat tadi malam mereka habiskan hingga pukul 1 subuh.
Jangan tanya apa saja kegiatan yang dilakukan Max dan Kelly, tentu saja tak jauh-jauh dari kata 'bersenang-senang' dan 'mesra-mesraan'.
Belum lagi, mereka harus membeli pakaian pernikahan mereka hari ini juga, dan bersiap secepat-cepatnya karena sudah berjanji dengan pendeta untuk bertemu di gereja untuk menuntun jalannya pernikahan mereka.
Max terlihat menyeka keringatnya yang ada di pelipis dengan sapu tangan berwarna dark bluenya, kemudian melakukan hal yang sama pada dahi Kelly yang juga berkeringat.
"Ayo Max, kita harus cepat!"
Desak Kelly sembari menjauhkan tangan Max yang berada di dahinya.
Max membetulkan dasi kupu-kupu yang tersemat di lehernya kemudian mengangguk sekilas, dan kembali menaruh sapu tangannya di saku, lalu melangkahkan kaki memasuki gereja diikuti Kelly di sampingnya.
"Ah, akhirnya kalian datang juga."
Seorang pria dengan rambut yang sebagian berwarna putih menghampiri Max dan Kelly membuat kedua sejoli itu tersenyum kikuk.
Max berdeham, "Maaf pendeta, apa kami membuatmu menunggu lama?"
Pendeta tersebut tersenyum, menampakkan garis-garis di wajahnya menandakan umurnya yang tak muda lagi, "Yah, cukup lama, tapi tak apa. Kita mulai sekarang Max Maxwell dan Kelly Collins?"
Max dan Kelly berpandangan dan tersenyum tipis, "Ya." jawab mereka serentak.
Di lain sisi, dua orang bodyguard Gabriella sedang memperhatikan dari jauh gerak-gerik pasangan yang akan menikah hari ini, Max dan Kelly.
Mereka sekarang tengah bersembunyi di balik tembok.
Eddie segera mengambil senjata yang telah dia siapkan berupa pistol dari dalam saku celananya lalu membidik ke arah pengantin wanita, Kelly.
Terlihat, Max, Kelly, dan juga sang pendeta tadi sedang berbincang-bincang seraya si pendeta tampak mengarahkan bagaimana nantinya yang harus dilakukan pasangan itu, mengingat Max dan Kelly belum tau.
Eddie terus mengarahkan pistolnya membidik Kelly yang kini tampak menyeret gaun pernikahan berwarna putihnya yang panjang.
"Edd, nona Gabriella menyuruh kita untuk cepat!"
Ujar Fred yang sedari tadi berada di samping Eddie, mengawasi situasi sekitar ruangan gereja itu.
Eddie tak menjawab perkataan temannya itu dan masih fokus membidik Kelly.
Dia mendengus, "Sial! Wanita itu terus berada di dekat prianya!"
"Cepatlah Edd!"
Desak Fred lagi, membuat Eddie yang merasa sudah mendapat bidikan jantung Kelly dengan tepat, langsung menarik pelatuk pistolnya.
DORRR!!!
Bunyi desingan peluru yang meluncur memenuhi gereja besar itu, membuat siapapun yang mendengar tembakan itu akan langsung ketakutan.
Eddie terpaku di tempatnya kala menyadari jika tembakannya meleset.
Sasaran awalnya yang ingin menembaki Kelly, kini peluru itu malah bersarang di bahu Max, membuat pemuda tampan tersebut langsung tumbang melewati beberapa anak tangga di lantai gereja yang dilapisi karpet merah.
"Edd---kau salah sasaran!"
Bisik Fred masih memandangi pengantin pria yang kini tergeletak dan langsung dihampiri sang pengantin wanita yang panik dan juga pendeta.
Eddie menelan salivanya dengan susah payah, belum sempat dia ingin berkata-kata, tangannya sudah lebih dulu ditarik oleh Fred untuk segera melarikan diri dari gereja tersebut.
***
"MAX!!! M---Max kau---kau tak apa 'kan?!"
Tanya Kelly dengan air mata yang kini sudah merembes di pipinya.
Max mengerang sembari memegangi bahunya yang berlubang diikuti darah segar membasahi tuxedo yang ia kenakan, "Aku baik-baik saja, tenanglah."
Max berusaha tersenyum, mata hazelnya terlihat memandang Kelly dengan sayu, membuat Kelly terus menerus menangis seraya menciumi kening pemuda itu.
"Baiklah, ki---kita akan membawamu ke rumah sakit, kau bertahanlah, oke?"
Kelly menyeka air matanya cepat, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah pendeta yang masih menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan itu, mencari-cari orang yang melesatkan peluru barusan.
"Pe--pendeta, a-ayo kita bawa Max."
Desak Kelly pada sang pendeta.
Bertepatan dengan itu mata Max perlahan-lahan tertutup, membuat Kelly semakin histeris dan meneriakkan nama pemuda itu sembari menepuk-nepuk pipinya berharap Max bangun.
°°°
"KALIAN BODOH! TERUTAMA KAU, EDD! KENAPA KAU BISA SALAH SASARAN?!!!"
Gabriella tampak marah besar kala mengetahui jika yang ditembaki Eddie adalah Max, bukan Kelly.
Padahal tadinya, rencana Gabriella adalah ingin membunuh Kelly dengan menembaki gadis itu tepat di jantung, agar Max-nya tidak menjadi milik siapapun kecuali dirinya.
Namun, mengetahui rencananya gagal akibat kebodohan dari bodyguardnya sendiri, Gabriella harus mengubur rencananya itu.
"Maaf nona--"
"MUDAH SEKALI KAU KATAKAN MAAF! MAX-KU TERLUKA DAN MENJADI KORBAN AKIBAT KEBODOHANMU!"
Gertak Gabriella tak peduli jika ada yang mendengarnya yang kini sedang berada di dalam mobil, memotong kata-kata Eddie.
"Nona, lihatlah, Max akan dibawa ke rumah sakit."
Fred yang tadinya juga tak berani bersuara, kini berujar saat dirinya melihat Kelly dan sang pendeta menggotong tubuh Max dan memasukkannya dalam mobil jeep berwarna dark blue milik Max.
Gabriella memandangi Max-nya yang tak sadarkan diri dari balik kaca mobilnya yang terparkir di belakang mobil Max.
Nafas gadis itu tercekat, matanya terlihat berkaca-kaca, "Jika sesuatu terjadi pada Max, aku berjanji akan membunuhmu Edd! Cepat ikuti mobil mereka Fred!!!"
Tegas Gabriella tanpa mengalihkan pandangannya dari mobil Max yang sudah melesat dibawa oleh pendeta.
Alhasil, tanpa berlama-lama lagi Fred langsung melesatkan mobilnya mengikuti mobil milik Max.
Tbc...
Huaaa Max tertembak😭
What do you feel?
Sorry baru update sekarang, soalnya jam sekolah ditambah 1 jam😩
Berharap kalian selalu nungguin dan gakninggalin cerita ini😄
Vommentyangbanyakyaa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top