Part 46 : Bad News
'Sial! Kenapa cepat sekali mereka menemukanku, sih?!'
Umpat Max dalam hati.
Mau tak mau pemuda berambut hitam itu melepaskan cekikkan tangannya di leher Kelly dan segera mengangkat tangan di udara.
Kelly yang lehernya baru saja dibebaskan oleh Max, terbatuk-batuk sembari memegangi lehernya.
Air mata gadis itu keluar lagi, antara dirinya yang mengatur nafas serta tak menyangka atas perlakuan yang baru saja Max coba lakukan padanya.
Garrison dan para rekannya dengan gerakan cepat segera memborgol kedua tangan Max yang terlihat pasrah karena sudah terkepung.
Garrison melirik sinis ke arah Max, "Mencoba kabur lagi Max Maxwell? Apa kau tak lelah keluar masuk penjara, heh?! Kau bekerja sama dengan Tomy itu 'kan? Katakan, apa hubunganmu dengannya?!"
Bentak Garrison, namun hanya dibalas oleh tatapan datar dari Max, membuat Garrison menghela nafas kasar.
"Baiklah, pendiam memang menjadi ciri khasmu, asal kau tau saja, Tomy saat ini sudah masuk dalam sel juga, meskipun aku tak tau seperti apa hubunganmu dengan Tomy itu, tapi bisa kupastikan Max, kau tak akan bisa kabur lagi setelah ini. Cepat bawa dia ke mobil!"
Ujar Garrison pada rekannya setelah puas berbicara pada Max yang tentu saja tak digubris oleh pemuda tampan bermata hazel itu.
Detik selanjutnya, Max langsung dituntun dengan kasar menaiki mobil polisi yang sudah terparkir di halaman rumah Kelly.
Garrison yang melihat Kelly yang masih menangis, segera menghampiri gadis tersebut, "Kau tak apa Kelly Collins? Aku melihatnya mencekikmu tadi, ayo kita ke rumah sakit."
Kelly menggeleng lemas, air mata masih mengalir membasahi pipinya menatap kepergian Max, "Aku baik saja opsir. Pergilah."
"Kau yakin? Lalu...kenapa kau menangis?"
"Aku baik saja, pergilah opsir Garrison."
Garrison menghela nafas, "Baiklah, aku permisi. Kau tenang saja, Max Maxwell tak akan mengganggumu lagi, atas perintah atasanku dia akan dihukum mati besok juga, dia tak bisa ditahan lagi karena dirinya yang sering kabur dan membahayakan orang-orang. Baiklah, kalau begitu sekali lagi aku permisi Kelly Collins, jaga dirimu baik-baik."
Setelah mengucapkan sederet kalimat itu, Garrison dengan langkah cepat keluar dari rumah Kelly bersama para rekannya yang membawa Max.
Sedangkan Kelly yang masih terkejut atas pernyataan Garrison barusan, terdiam mematung di tempatnya.
Max akan dihukum mati besok?!
Kelly menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "TIDAK! MAX TAK BOLEH MATI! Tidak...kumohon jangan lakukan itu..."
Jerit Kelly sembari tangisannya semakin kencang, membuat bahunya berguncang hebat dan matanya menjadi bengkak.
°°°
"Satu...dua...tiga..."
Ceklik ceklik
"Gabriella, arahkan pandanganmu ke sebelah kanan dan tersenyumlah."
Perintah fotografer yang sedang memotret Gabriella.
Gadis blonde itu terlihat mengikuti gaya yang diperintahkan sang fotografer.
"Ya, begitu Gabriella."
Ceklik ceklik
"Baiklah, pemotretan hari ini cukup."
Ucap sang fotografer pria yang memiliki rambut berwarna pirang kepada Gabriella sembari mengacungkan jari jempolnya.
Gabriella mengangguk, kemudian langsung beranjak ke ruang make-up untuk mengganti pakaiannya.
Sekitar 5 menit Gabriella sudah keluar dari ruang make-up dengan pakaiannya sendiri, sepanjang perjalanan menuju pintu utama gadis blonde itu tersenyum ramah menanggapi sapaan dari model lainnya dan juga para fotografer.
Gabriella segera berjalan menghampiri taksi yang memang menunggunya sedari tadi, karena perintahnya, yang tentu saja supir taksi itu sudah dibayarnya lebih.
Padahal jika dia mau membiarkan kedua bodyguardnya tetap di sisinya, pasti ia tak repot-repot mencari taksi untuk bepergian kemanapun, karena ada bodyguardnya yang bisa menyetir.
Well, dia terlalu keras kepala.
Maka akibat dari keegoisannya pun memang harus dia yang menerimanya.
Drrrtt drrtt drrtt
Gabriella segera merogoh ponselnya yang bergetar setelah ia sudah memasuki taksi dan taksi tersebut mulai berjalan.
Gabriella menaikkan sebelah alisnya saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, tak mau menunggu lama, gadis itu langsung menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan yang baru saja masuk tersebut.
"Halo?"
"Gabriella, hei, kau sedang di mana sekarang?"
"Aku dalam perjalanan akan pulang ke apartemenku."
"Bersama kedua bodyguardmu?"
Gabriella meneguk salivanya dengan susah payah, "Iya, aku sedang bersama mereka. Ada apa Garrison?"
"Ehm tidak, aku hanya ingin menyampaikan kabar baik untukmu."
"Apa itu?"
"Atas perintah ayahmu, Max Maxwell akan dihukum mati besok. Bukti-bukti sudah cukup kuat untuk melakukan hukuman mati padanya menurut ayahmu."
Gabriella terhenyak, nafasnya tertahan begitu saja akibat ungkapan Garrison barusan.
"Gabriella? Kau masih di sana?"
Gabriella tersentak, "A-ah iya. M-Max akan dihukum mati?!"
"Tentu saja. Bukankah ini kabar baik? Biarkan psikopat itu mati menanggung segala perbuatannya."
Ada nada sinis yang terselip dalam kalimat Garrison barusan.
"Y-ya, kau benar. Baiklah sudah dulu ya, aku sudah sampai."
Ujar Gabriella berbohong lalu dengan gerakan cepat menggeser tombol merah mematikan panggilannya.
Hatinya mencelos mendengar Max akan dihukum mati besok.
Mata Gabriella berkaca-kaca sembari memandangi pemandangan di luar lewat kaca mobil.
'Haruskah kau dihukum mati, Max?'
***
Garrison sedang duduk berhadapan dengan Tomy saat ini, dalam ruangan minim cahaya yang hanya ada satu lampu di tengah-tengah yang berada di antara mereka.
Ya, ruangan itu adalah ruangan interogasi.
"Mengapa kau menyelamatkan Max Maxwell, Tomy?! Apa hubunganmu dengannya?!"
Tanya Garrison lebih ke bentakkan seraya menatap tajam kedua bola mata milik Tomy.
Tomy melirik sinis pada pria bermata biru itu, "Max adalah keponakanku! Dan dia ditahan secara ilegal tanpa proses hukum di sini!"
"Ilegal?"
"Tentu saja, bukti perbuatannya belum kau ketahui jelas 'kan?! Lalu, mengapa kau berani menahannya di sini dan akan melakukan hukuman mati padanya besok?!"
"Dengar Tomy, keponakanmu itu seorang psikopat, dan dia telah menghabisi banyak nyawa. Dia harus menanggung perbuatannya sendiri, dan dia bahkan telah menewaskan putra dari Chief Charlie! Atas perintah dari Chief Charlie, dia akan melakukan hukuman mati besok!"
"KAU TAK BOLEH MELAKUKAN ITU, GARRISON!
"Ini sudah keputusan Chief, aku hanya menjalankan. Baiklah, sudah selesai, ayo aku akan kembali memasukkanmu ke selmu."
Tomy mendengus kasar saat tangannya yang diborgol ditarik paksa oleh Garrison dan segera memasukkan pria itu ke dalam sel.
•••
Hans, Chris, dan Robbert memandangi Max dari atas hingga bawah dengan pandangan menyelidik sembari dengan kompak menyilangkan tangan mereka di depan dada.
"Kenapa kembali lagi, Max?!"
Max hanya diam tak menjawab lontaran pertanyaan dari Hans barusan.
"Kami membencimu Max, pergilah dari sini."
Kata Robbert sarkastik, yang hanya ditanggapi Max dengan tatapan datar.
"Max, apa kau tak dengar?! PERGI DARI SINI!"
Timpal Chris, yang entah mengapa berubah menjadi tegas dan garang saat ini.
Biasanya pria itu selalu menunjukkan ekspresi gilanya yang membuat Max merasa jijik.
"Hans, Chris, Robbert, apa kalian tak menganggapku sebagai teman kalian lagi?"
Tanya Max yang akhirnya membuka suara.
Hans, Chris, serta Robbert yang mendengar itu kini berpandangan satu sama lain kemudian langsung mengubah ekspresi garang mereka dengan ekspresi sedih yang berlebihan.
"Huaa Max, aku tak bermaksud melakukan itu, Robbert-lah dibalik rencana ini."
Chris menghambur memeluk Max, dengan tangisan kencangnya yang sungguh berlebihan.
Robbert yang merasa namanya disebut, langsung tak terima dan menghampiri Max dengan wajah sendu sembari mengacungkan jari telunjuknya ke arah Hans, "Bukan aku Max, Hans-lah yang menyuruh kami untuk memarahimu..."
Hans menunjuk dirinya sendiri seolah berkata 'kok aku?'.
Dengan tak terima juga pria itu ikut menghampiri Max dan memeluknya, "Mana mungkin aku melakukan itu, dalang sebenarnya adalah Chris di sini!"
"Apa yang kau katakan? Kau selalu saja memfitnahku! Padahal aku tak berdosa dalam hal ini, tapi kau malah menuduhku, dasar, pencuri mana ada yang mau mengaku!"
Balas Chris masih dengan nada pilu yang berlebihan, sembari mendorong tubuh Hans untuk menjauhi Max.
Max menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol teman-temannya itu, "Sudahlah, aku tau kalian masih menganggapku teman 'kan? Jadi, ayo kita berpelukan bersama."
Sontak saja ketiga teman Max itu langsung mengeratkan pelukan mereka terhadap Max dan menangis dalam pelukan Max yang saat ini rasanya tak bisa bernafas.
"Jadi kita tetap-..."
"TEMAN!"
Ucap Chris dengan keras memotong perkataan Hans.
Hans menyentuh pipinya yang terkena cipratan air ludah Chris membuatnya langsung naik darah, "KATAKAN SAJA! JANGAN SEMPROTKAN!"
Tbc...
Kata terakhir milik Hans kalian ada yg tau nggak itu aku ambil di film apa?😝
Aku bingung banget kenapa dr komen² kalian sebelumnya gak ada yg nebak kalo yg nyelamatin Kelly itu para polisi?!
Bahkan ada yg nebak si Varel ato pamannya Max:'v
Kalian gak nyangka ya, Max bakalan masuk penjara lagi? :3
Tenang...ini terakhir kalinya Max masuk penjara lagi kok :''3
karena, next part Max bakalan dihukum mati.
Katakan, apa yg kalian rasakan mendengar Max bakalan benar-benar dihukum mati?
Kalo baca usahain vote ya:3 jangan yg baca banyak tapi yg nge-vote dikit *nangisdipojokan*
Leave vomment please?😋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top