Part 38 : Having Fun
MAX membetulkan tatanan hoodie berwarna hitam yang kini dikenakannya, laki-laki itu menarik penutup kepala hoodienya lalu mengambil kacamata hitam yang disodorkan Gabriella di sebelahnya.
"Apa wajahku sudah tak terdeteksi?"
Tanya Max sembari menatap dirinya sendiri di depan kaca mobil.
Gabriella yang duduk di sampingnya, tepat di sebelah bangku supir yang Max duduki, tampak berpikir dengan menaruh jari telunjuknya di dagu.
"Ya, kurasa sudah cukup Max."
"Baiklah, kalau begitu kita turun?"
Tanya Max menolehkan kepala pada Gabriella, gadis blonde itu mengangguk sambil tersenyum manis.
"Hei, hei! Kalian melupakan aku?! Sialan merepotkan! Kenapa aku seperti tak dianggap begini?!"
Teriak Corra yang memandang Max dan Gabriella yang sudah turun dari mobil.
Mereka sepertinya memang melupakan dirinya yang duduk di kursi penumpang belakang.
Dengan segera, Corra keluar dari mobil itu dengan perasaan kesal.
"Max! Tunggu aku! Kau sengaja meninggalkanku?"
Corra menghampiri Max dengan bibir dimajukan, Max yang melihat itu langsung menggelengkan kepalanya, "Maafkan aku Corra, tapi Gabriella memaksa untuk cepat."
Corra melirik Gabriella yang kini sedang bergelayut di tangan Max, "Aku sudah tau ini rencanamu Ella! Kau sengaja meninggalkanku karena ingin menghabiskan waktu hanya bersama Max 'kan?! Dasar perempuan jalang!"
"Tutup mulutmu Corra! Kau-..."
"Gabriella, Corra, hentikan! Kalian ke mall ini untuk berdebat atau jalan-jalan?! Jika kalian masih berdebat, aku akan pulang saja."
Gabriella dan Corra sontak menarik tangan Max yang akan berbalik ke parkiran, kedua gadis itu menyengir, "Baiklah Max, kami janji tak akan berdebat lagi, benarkan Ella?"
Gabriella mengangguk acuh menanggapi perkataan Corra, akhirnya mereka segera membawa Max masuk dengan keduanya masing-masing bergelayut di kedua tangan Max memasuki mall.
"Max, aku berencana ingin buat tato, apa kau juga ingin buat?"
Corra bertanya saat mereka bertiga sudah memasuki mall yang sedang ramai.
Max melirik Corra, "Tato? Baiklah terserah kau saja."
Gabriella mengernyit, "Kau serius ingin buat tato?! Astaga baiklah aku juga ingin memakai tato."
Corra mendelik tajam ke arah temannya itu, bisa-bisanya Gabriella ingin membuat tato hanya karena Max juga ingin melakukan hal tersebut?
"Dasar merepotkan!"
"Apa yang kau katakan Corra?"
Tanya Gabriella yang seperti mendengar gumaman Corra, gadis berambut hitam itu hanya menggeleng dan tersenyum, "Bukan apa-apa kok."
'Andai saja tak ada Max, pasti sudah kumaki habis-habisan kau Ella!'
°°°
"Max, kau ingin membuat tato apa?"
Tanya Gabriella sambil menatap Max yang kini sedang melihat-lihat contoh tato apa yang ingin ia buat.
"Aku ingin huruf 'K'."
Corra menaikkan sebelah alisnya, "Huruf 'K'? Astaga Max, huruf awalan namaku menggunakan huruf 'C' bukan 'K'."
Max refleks menggeleng, "Bukan, aku bukan ingin buat tato dengan inisial namamu. Tapi ini untuk orang yang berarti untukku, Kelly."
Gabriella sontak memberi pandangan tak setuju pada Max, sedangkan Corra terlihat mengernyit karena dia belum mengenal gadis yang disebut Max tadi.
"Kalau begitu sebaiknya kau jangan membuat tato Max, selalu perempuan itu lagi! Ayo Corra, batalkan niat ingin membuat tatonya!"
Gabriella langsung menarik kasar lengan Max dan juga Corra meninggalkan tempat pembuatan tato dalam mall itu.
"Jelaskan padaku, siapa itu Kelly, Max? Dan lagi Ella, kenapa kau membatalkan pembuatan tato kita?"
Gabriella hanya mendengus sambil membuang wajahnya, semakin membuat Corra penasaran.
"Kelly adalah gadis yang kucintai sekaligus yang menjebloskanku ke penjara!"
Corra membulatkan matanya, sedangkan Gabriella menaikkan sebelah alisnya.
"Jadi si Kelly itu juga yang memasukkanmu ke penjara?!"
Tanya Gabriella dengan nada tinggi.
Ya, tentu saja ia shock dengan pernyataan yang baru saja Max ungkapkan.
Waktu itu pemuda tampan tersebut hanya memberitahu jika Kelly adalah gadis satu kampus dengannya yang ia sukai.
Max mengangguk, membuat Gabriella berdecak kesal, "Lalu kenapa kau masih memikirkannya?! Benar-benar menyebalkan! Kau sadar Max? Dia sudah menyakitimu! Bisa-bisanya kau masih-..."
"Tunggu dulu, jadi maksud kalian adalah si Kelly ini gadis yang kau sukai Max? Lalu gadis itu pula yang memasukkanmu ke penjara? Tapi kenapa?"
Tanya Corra yang semakin mengerti dengan pembahasan Gabriella.
"Ceritanya panjang, sudahlah lupakan itu, sekarang kita lanjutkan ke mana?"
Ujar Max yang mulai pusing ketika membahas tentang Kelly.
Bukan apa-apa, tapi kala ia mengingat gadisnya itu kembali, rasa kecewa yang amat besar mendera hatinya.
Tapi biarpun begitu, Max tak bisa membuang Kelly dari hatinya.
Ia benar-benar sangat mencintai gadis itu.
Terlepas dari apa yang sudah Kelly perbuat padanya.
"Aku ingin makan eskrim."
Pinta Gabriella, dirinya masih kecewa atas pembahasan tentang Kelly yang notabenenya gadis yang dicintai Max tadi, di dalam otaknya terus terngiang kala Max menyebut Kelly sebagai gadis yang dicintainya.
Dan makan eskrim mungkin bisa menghilangkan rasa kekecewaannya, menurutnya.
"Kau gila Ella?! Makan eskrim saat cuaca seperti ini?!"
Corra bertanya sambil memberi tatapan tak percaya pada Gabriella, Gabriella menoleh sekilas, "Terserah, jika kalian tak mau, aku pergi sendiri saja!"
Dan setelah mengatakan itu, gadis blonde tersebut langsung melenggang mencari toko eskrim diikuti dengan Max yang akhirnya mengekori gadis itu setelah sebelumnya menghela nafas terlebih dahulu, terlihat pasrah mengikuti keinginan Gabriella.
"Sial! Aku selalu saja ditinggal oleh mereka!"
Umpat Corra yang daritadi hanya memandang kepergian Gabriella dan Max.
Gadis itu menghentakkan kakinya sesaat, sebelum akhirnya berlari mengikuti Max.
|||
"Ella, jujurlah padaku, kau menyukai Max 'kan?"
Gabriella hampir saja akan mengeluarkan bola matanya dari tempatnya, ketika mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Corra.
"Kenapa pertanyaanmu begitu?! Ada-ada saja! Mana mungkin aku menyukai Max!"
Jawab Gabriella tanpa berani mempertemukan iris abu-abunya dengan iris coklat milik Corra.
Gadis itu lebih memilih mengarahkan pandangannya ke luar, lewat kaca besar yang ada di sampingnya.
Corra terkekeh, "Benarkah? Apa kau yakin? Tapi pipimu merona putri Ella, kau tak bisa mengelak lagi. Lihatlah Max sekarang."
Corra memajukan dagunya mengisyaratkan temannya itu untuk melihat Max.
Gabriella refleks menggeser tubuhnya menjadi dalam posisi menyamping, ia bersama dengan Corra memperhatikan dari jauh Max yang kini sedang memesan eskrim untuk mereka bertiga, dengan sang pelayan eskrim yang merupakan seorang wanita sedang merayu Max terlihat dari tangan wanita itu membelai tangan kekar Max.
"Jujur Ell, aku juga menyukai Max. Siapa sih perempuan yang bisa menolak pesona Max? Dia tampan, baik, meskipun dingin tapi dia peduli, dan juga walaupun ia seorang pembunuh aku tetap menyukainya."
Gabriella tersentak lalu mengalihkan pandangannya ke Corra lekat-lekat, berharap Corra hanya bercanda dengan penuturannya barusan.
Corra tertawa kecil, "Tenanglah, jangan tegang seperti itu Ella. Hubungan kita memburuk akhir-akhir ini juga karena kita berusaha mendapatkan perhatian dari Max bukan? Tenang saja, aku akan merelakan Max denganmu karena kau adalah temanku," Corra menggenggam tangan Gabriella dan tersenyum lebar. "baiklah, yang perlu kulakukan sekarang adalah membuat Max melupakan Kelly-nya itu dan menyatukan kalian berdua. Tapi sebelum itu jika kau benar menyukainya Ella, kau harus mengungkapkan perasaanmu terlebih dahulu padanya."
Gabriella mendengus, "Kau pikir itu mudah? Kau tau, Max itu sangat menyukai Kelly!"
"Lalu kau akan terus memendam perasaanmu? Jangan memendam perasaan, ungkapkanlah, tak perlu memikirkan jawabannya, yang penting perasaanmu sudah diketahui dan hal itu akan membuatmu tenang Ella."
Gabriella terdiam memikirkan kata-kata Corra.
"Jika kau ditolak Max, kau bisa memakai ini untuk menghilangkan kekecewaanmu."
Corra menunjukkan sebungkus bubuk berwarna putih, yang diyakini Gabriella sebagai narkoba.
"Dasar bodoh! Cepat masukkan barang itu ke sakumu lagi! Apa kau ingin ditangkap, hm?!"
Corra hanya terkekeh mendengar kecemasan Gabriella, mau tak mau gadis berambut hitam itu memasukkan kembali benda yang tadi ditunjukkannya.
"Huh, aku akan menyusul Max! Entah kenapa dia lama sekali, itu pasti gara-gara kelakuan pelayan centil itu!"
Ujar Gabriella dan langsung bangkit dari duduknya lalu segera menghampiri Max.
Gabriella menyilangkan tangannya di depan dada kala mendapati tangan pelayan centil eskrim itu kini masih mengelus tangan Max.
Tangan Gabriella dengan cepat bergerak menepis tangan pelayan wanita berambut pirang tersebut, "Maaf, jangan sentuh kekasihku!"
Max mengernyit, "Gabriella, kita bukan kekasih kan?"
Skakmat!
Sontak saja pelayan tadi mengulum senyumnya, menahan tawanya yang akan meledak kapan saja.
Sedangkan Gabriella kini wajahnya memerah karena malu sekaligus kesal, hingga akhirnya gadis itu langsung mengambil nampan berisi tiga cup eskrim yang ada di dekat Max kemudian membawanya ke meja yang ia tunggu tadi bersama Corra.
Max menggeser kursi di sebelah Gabriella dan langsung mendudukkan dirinya.
"Max, kau apakan Ella sampai wajahnya berubah murung dan kesal begitu?"
Tanya Corra sambil melirik Max dan Gabriella secara bergantian.
"Entahlah, apa aku membuat kesalahan Gabriella?"
Gabriella hanya bungkam sembari memakan eskrimnya dengan asal.
Padahal sudah jelas dirinya begitu karena kata-kata Max yang memalukannya di depan pelayan tadi, tapi dengan tampang tak berdosa sekaligus tenang Max masih bertanya apa dia membuat kesalahan atau tidak.
Benar-benar menjengkelkan!
"Berarti masalahnya memang ada padamu Max. Mungkin karena kenapa kau mau-maunya disentuh-sentuh oleh pelayan wanita itu?"
Corra menyuap eskrim coklatnya dengan tenang sembari menatap Max.
"Uh, pelayan itu memang membuatku muak. Mereka tak lebihnya wanita penggoda yang ada di bar-bar."
"Biarpun begitu kau diam saja kan saat tanganmu disentuh olehnya?!"
Ucap Gabriella sinis, membuat Max tersenyum miring.
"Aku hanya tak suka menyakiti wanita. Kecuali jika mereka membuat masalah padaku."
"Jadi yang tadi itu bukan masalah? Menyebalkan!"
Gabriella bangkit dari kursinya dan akan segera pergi kalau saja Max tak menahan lengannya.
"Kau mau ke mana?"
Tanya Max yang kini juga ikut-ikutan berdiri.
"Pulang!"
Balas Gabriella ketus, membuat Max menghela nafasnya.
"Katakanlah ada apa? Kau marah padaku? Aku membuat kesalahan yang tak kusadari? Jika iya, maafkan aku Gabriella. Sungguh aku tak ingin membuatmu kesal."
Max menatap dalam mata Gabriella yang berhasil membuat Gabriella tertegun dan membalas tatapan pemuda itu.
"Aku minta maaf Gabriella. Sungguh, jangan memasang wajah murung lagi. Aku sangat suka senyummu, kau akan kelihatan sangat cantik ketika tersenyum. Jadi, bisakah kau memaafkanku dan tersenyum untukku?"
Gabriella sukses menganggukkan kepalanya dan melengkungkan bibirnya membentuk sebuah senyuman.
Kata-kata Max barusan berhasil membuat jantungnya memompa semakin cepat dan pipinya merah bak kepiting rebus. Hatinya juga seperti sedang dikerumuni oleh ribuan kupu-kupu yang datang begitu saja membuatnya seketika bahagia dan langsung menghilangkan segala kekesalan terhadap Max tadi.
Max ikutan tersenyum, lalu membawa Gabriella untuk duduk kembali pada kursinya.
Corra yang menyadari perasaan yang tengah dirasakan temannya itu sekarang, berdeham agak keras menyadarkan Gabriella dari lamunannya.
***
Gabriella dan Corra saat ini sedang berada di toko baju yang masih berada dalam mall, menunggu Max keluar dari ruangan mencoba pakaian yang ingin dibeli.
Ya, Gabriella berniat membelikan Max pakaian mengingat pemuda itu yang tak membawa pakaian saat ke rumahnya.
Tentu saja, Max baru keluar dari penjara waktu itu, tentu di dalam penjara ia tak membawa pakaian.
Terlihat tangan Max menyingkirkan gorden yang menutupi ruangan itu, dan keluar dengan pakaian yang dipilih Corra.
"Cocok Max, sudah kubilang 'kan pakaian pilihanku pasti pas untukmu! Bagaimana menurutmu Ella?"
Gabriella mengangguk, "Boleh juga. Baiklah sekarang kenakan pakaian pilihanku."
Gabriella menyodorkan sebuah pakaian lagi pada Max membuat pemuda itu masuk lagi di ruang ganti.
Sekitar 2 menit, Max keluar dengan pakaian pilihan Gabriella.
"Astaga Max kau tampan sekali mengenakan itu!"
"Kau benar Ella, Max cocok mengenakannya!"
Timpal Corra menyetujui pendapat Gabriella.
Mereka berdua akhirnya membeli semua pakaian yang mereka pilihkan serta mereka rasa cocok untuk Max.
Sesudahnya mereka ke toko pakaian, mereka memutuskan untuk melakukan photobox dengan pose yang bermacam-macam.
Awalnya Max menolak ajakan kedua gadis itu untuk berfoto, namun paksaan dari keduanya membuat Max benar-benar tak bisa menolak, dan tentu saja saat berfoto Max melepas kacamata dan penutup kepala dari hoodienya yang sedari tadi dipakainya untuk berjaga-jaga dari polisi.
Setelah melakukan photobox mereka melanjutkan dengan bermain-main di pusat permainan yang ada di dalam mall itu.
Lalu setelahnya mereka langsung pulang mengingat waktu sudah sore.
Tbc...
Part ini panjang bangettyaakk:3
Terserah deh kalo kalian merasa bosan, mau muntah-muntah liat adegannya full Max, Gabriella, dan Corra.
Tapi please jangan nanya :
-Kelly mana?
-Yah...kok Max sama Gabriella dan Corra terus?
-Max dan Kellynya kapan?
-Gak mood baca, karena gak ada adegan Max dan Kelly.
Astaga please readers" tersayang yg kece" badai, bukannya aku gak mau kasi momen Max dan Kelly lagi, tp emang blm saatnya mereka bertemu:v *ciaelah*
Ada saatnya nnti momen untuk mereka, nah ini momennya bkn untk mereka dulu, lagian menurut aku gak harus satu tokoh itu ada disetiap part muncul:3 iya gak?
Untuk#TeamMaxLly sabar aja tunggu nanti Max dan Kelly bakalan ketemu kok😋
O iya, akhir" ini kan gak muncul konfliknya, di part selanjutnya bakalan mncl konflikkok tnang aja InsyaAllah😁
Udah ah ckp
#Akugakmarahkokserius!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top