Part 24 : New Friends
Gambar on mulmed : Max, Hans, Chris, and Robbert.
UDARA malam yang masuk melalui jendela kamar berdominasi hijau muda, menusuk kulit gadis bermata coklat yang kini menatap kosong sebuah foto di hadapannya.
Foto dirinya bersama sang kekasih------uh yang benar, mantan kekasih.
Tangannya bergerak mengelus foto tersebut, dan air mata kembali lolos dari iris coklatnya.
Dia terlihat frustasi.
Seperti kehilangan sesuatu untuk selamanya.
Dirinya bahkan tak mempedulikan penampilannya sekarang--- rambut berantakan, mata yang membengkak, ditambah wajah kelihatan murung.
Seharian ini gadis itu hanya menghabiskan waktu dengan menangis dan menangis.
Hanya gara-gara diputuskan oleh kekasihnya, Varel Rackbourn, gadis itu, Nathalie, sampai se-depresi itu.
Memang, dirinya sangat mencintai Varel, dan rela melakukan apapun untuk pemuda tersebut. Tapi, untuk saat ini dia sadar, Varel-nya tak pernah benar-benar mencintainya, dan ia beranggapan jika pemuda itu hanya mencintai sahabatnya, Kelly.
Dan ia tentu saja merasa dendam terhadap Kelly.
Nathalie meraih foto di depannya dan memandangnya sebentar, sebelum akhirnya menghempaskan begitu saja foto berbingkai tersebut hingga pecah.
"Aku benci kau Varel, aku benci kau dan juga Kelly!"
Nafasnya memburu, merasakan dendam yang amat sangat kini merasukinya, dia akan mendapatkan Varel bagaimana pun caranya, ya, ia akan mendapatkan Varel dari Kelly.
Sebuah senyuman miring seketika muncul di wajah gadis berbadan ramping itu, ia mengingat sesuatu, dan berpikir hal itu dapat membuat Varelnya kembali padanya.
***
Max menatap datar makanan yang ada di hadapannya sekarang.
Dia tak ingin makan tentu saja, bukan karena makanannya tak enak, tapi perasaannya yang sedang tak enak karena terus-terusan mencemaskan kucingnya, Blacky.
Mungkin ini terlalu berlebihan, tapi begitulah Max, baginya tak ada yang lebih dekat padanya selain Blacky.
"Max, makanlah, kau bisa kelaparan nanti. Apa yang kau pikirkan? Atau...kau tak menyukai makanannya?"
Hans, pemuda berambut coklat keemasan itu terus memaksa Max untuk makan sedari tadi, tapi tetap sama, Max juga terus menolak dan beralasan tak selera makan.
Hans menghela nafas, lalu meletakkan nampan berisi makanannya yang sisa sedikit, "Apa aku harus menyuapkanmu?"
Max melirik Hans sekilas, "Jangan pedulikan aku, kau makan saja."
"Kita jadi teman 'kan? Aku tak akan makan jika kau juga tak makan."
"Kenapa kau baik padaku?"
Hans tersenyum, "Sudah kubilang, kita teman."
"Hans, biarkan saja jika dia tak mau makan. Jangan pedulikan dia, biar dia kelaparan pun bukan urusan kita. Sekarang habiskan saja makananmu-..."
"Robbert, apa yang kau katakan ini? Biar bagaimana pun dia masih baru, dan kita sudah satu sel, maka dari itu kita akan menjadi teman."
Sela Chris lalu menghampiri Max dan Hans yang duduk berdekatan.
"Robbert kemarilah."
Hans bangkit dan menarik tangan Robbert, menyuruh pria tua itu bergabung bersama mereka.
Awalnya Robbert menolak, namun setelah mendapat cengkeraman di tangan Hans yang cukup kuat, akhirnya ia menyerah dan menurut saja.
Hans dan Chris tersenyum penuh arti ketika memposisikan Robbert untuk duduk berhadapan dengan Max.
"Sekarang, selesaikan urusan kalian dan minta maaflah. Maksudku, Robbert, kau yang minta maaf."
Robbert menautkan alisnya, dan melotot memandang Hans, "Apa-apaan ini?!"
"Cepat minta maaf! Makananku dan Hans belum habis, aku lapar sekarang, jadi cepatlah minta maaf setelah itu baru kami bisa makan."
Ujar Chris memberi tatapan serius pada Robbert, membuat pria itu mendesah dan mendengus sebal.
'Keterlaluan! Haruskah aku minta maaf pada bocah ini?!'
"Hei boc---maksudku Max Maxwell, aku minta maaf karena menyulut emosimu."
Ujar Robbert akhirnya dengan nada bicara yang sama sekali tak ikhlas, membuat Max membuang nafasnya kasar.
"Tak perlu dipaksakan. Aku tak akan memaafkan orang lain jika dia sendiri meminta maaf dengan terpaksa."
"Apa maksudmu?! Keterlaluan sekali! Padahal aku sudah bersusah payah minta maaf, apa kau pikir aku mau melakukan ini?! Tidak!"
"Maka dari itu Robbert, aku tak menerima maaf terpaksamu."
"Siapa juga yang mau mendapat maaf darimu! Keterlaluan!"
Sergah Robbert dan akan bangkit dari duduknya.
"Robbert..."
Panggilan serentak dari Hans dan Chris membuat pria itu mengurungkan niatnya ketika mendapati tatapan dari dua pria itu yang seolah 'jangan pergi, atau kami akan menyeretmu'.
Robbert mengusap wajahnya kasar, "Baiklah Max, aku minta maaf, aku bersungguh-sungguh. Aku sudah tua dan gampang marah, seharusnya aku mengerti dirimu yang masih baru di sini. Maaf."
Kata Robbert tulus, Max memandang tangan Robbert yang kini terulur menunggu jabatannya.
Max tersenyum tipis, dan segera membalas jabatan tangan Robbert, "Aku maafkan."
"Yeay! Ayo kita berpelukan!"
Sorak Hans dan Chris hampir bersamaan dan langsung membawa Max dan Robbert berpelukan bersama mereka.
"Mulai sekarang kita semua teman!"
Seru Hans bersemangat, diikuti senyuman tulus dari yang lainnya.
Mereka berempat berpelukan lama, bak Telletubies.
°°°
Kelly merasa bahagia saat melihat Blacky sudah mau memakan makanan yang sudah disiapkannya dari tadi siang.
Ia memandang Blacky sembari memeluk boneka biru laut pemberian Max dan tak henti-hentinya tersenyum lebar, Kelly merasa lega karena jika Blacky tak mau makan, maka apapun bisa terjadi pada kucing peliharaan Max itu.
Kelly mengeratkan pelukannya pada boneka hadiah dari Max.
Ia mengangkat boneka itu di hadapannya, "Apa yang dilakukan Max sekarang?"
Tidak.
Ia tak boleh memikiran pemuda itu lagi, dirinya dan Varel sekarang sudah aman dari Max.
Setidaknya ketakutannya akan Max yang ingin membunuh Varel telah sirna.
Pemuda bermata hazel itu pasti membenci dirinya, Kelly tau itu, Max pasti tak akan membiarkan Kelly lepas begitu saja jika pemuda tersebut sudah keluar dari penjara.
Tapi, karena perbuatan Max yang sudah menghilangkan banyak nyawa, Kelly yakin jika hal itu dapat membuat Max masuk penjara untuk selamanya.
Entahlah, apapun bisa terjadi.
Bisa saja Max melarikan diri dari penjara dan kembali menemui Kelly kemudian menjadikannya milik pemuda itu lagi.
Kelly menggelengkan kepalanya cepat-cepat, ia tak berharap hal itu terjadi.
Sekarang dirinya sudah punya Varel dan pemuda pirang itu bahkan sudah mengikatkan pertunangan di antara mereka.
Sebentar lagi, setelah pertunangan, akan ada pernikahan, maka Kelly akan menikah dan membangun rumah tangga bersama Varel.
Melupakan segalanya, melupakan kesalahan Varel, dan melupakan Max Maxwell.
Dia akan hidup bahagia bersama Varel, itulah yang dipikirkan Kelly.
Namun...
jauh di lubuk hatinya, ia masih tak yakin dengan Varel dan berpikir pemuda itu akan mengulangi kesalahannya lagi.
Dan di dalam hati kecil Kelly, ia menyimpan sedikit perasaan untuk Max.
Sedikit saja.
Dan hal itu Kelly yakini perasaannya akan hilang seiring berjalannya waktu. Apalagi dengan pemuda itu yang tak akan ditemuinya lagi.
Tinggal selama seminggu lebih bersama pemuda hazel itu bukan tak meninggalkan kenangan, Kelly masih ingat betul jika dirinya menyukai setiap sentuhan pemuda dingin itu.
Berbeda dengan Varel, yang ia rasakan hanya kehampaan dan keagresifan.
Dari situ Kelly menyimpulkan, jika Max dan Varel sungguh berbeda.
Max dengan perasaan, dan Varel dengan nafsu.
Maka efeknya pun terhadap Kelly sangat jauh berbeda.
Ketika Max memarahinya dan membentaknya, maka jantung Kelly akan berpacu lebih cepat, begitu juga saat berdekatan dengan pemuda itu.
Dia tau, ia memiliki perasaan dengan Max, tapi ia akan memusnahkan perasaan itu, karena dirinya lebih memilih Varel.
Ya, selamanya ia akan memilih Varel,
Tbc...
ASTAGA GAJE BANGET PART INI, DAN LAGI, PENDEK PULA╥﹏╥
Maaf Readers trcinta jika ini mengecewakan:''v
Tenang aja, gak bakalan gaje lagi kok di part selanjutnya (emang iya?)
Btw, Kelly munafik ya? Iya gak?
Kasi 'cieee' dulu donk sama Max yang akhirnya punya teman :3 *Cieee Max cieee*
Keterangan gambar di mulmed : Yg kulit hitam : Robbert
yg duduk di tangga : Chris
yg deket Max : Hans.
Karena aku gak nepatin janji buat update kemaren, karena terhalangi oleh jaringan yang buruk😌 hari ini aku akan up 2 kali. Tungguya.
Keep Reading and Vomment, or if not I will send Max capture and kill you!👹
Regards,
MelQueeeeeen
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top