Part 2 : Stupid Police
Gambar on mulmed : Kelly Collins
LANGKAHKU berhenti tepat di depan University Achievement, kampusku.
Suara sirine yang berasal dari dua buah mobil polisi yang terparkir rapi di parkiran, langsung menyambut indera pendengaranku.
Tampak mahasiswa dan mahasiswi sedang heboh dan berkerumun demi untuk mengetahui hal apa yang membawa para polisi itu mengunjungi kampusku.
Well, seharusnya jika aku manusia normal aku pasti sudah akan ketakutan setengah mati dan akan membalikkan kakiku lagi untuk pulang ke rumahku.
Tapi tidak, aku bukan manusia normal yang pengecut seperti itu, yahh kalian boleh menyebutku monster atau mungkin iblis.
Hahaha, bagaimana jika aku berteriak dengan mengatakan bahwa yang para polisi dungu cari itu, orangnya sedang berada di sini, berdiri tepat di depan kampus ini?
Oh tentu saja aku langsung akan diperiksa, dan setelah itu aku akan mendekam dipenjara dan membusuk.
Untunglah, ketika aku ingin membunuh seseorang, aku memperkirakan dengan baik kapan dan di mana harus membunuhnya.
Dan senjata yang kugunakan untuk membunuh mereka sudah kusembunyikan dan ada juga yang kukubur di dalam tanah.
Aku mengatur itu semua, menghilangkan jejakku, serta menyusun strategi.
Yahh tentu saja itu kulakukan karena aku tak ingin masuk ke penjara.
Bukan, bukan karena tempatnya yang tidak nyaman ataupun makanannya yang tidak enak.
Bukan begitu...
Saat mungkin jika aku masuk penjara, yang kupikirkan cuma satu, yaitu, aku tak bisa melihat Kelly-ku lagi. Tak bisa mengawasinya dan tak bisa menjaganya. Dan karena hal itulah aku tak ingin masuk penjara.
Bayangkan saja, jika tak melihat Kelly-ku sehari saja, bisa membuatku frustasi bahkan mungkin mati.
Well aku tau ini berlebihan, tapi begitulah kenyataannya jika memang terjadi.
Aku melangkah dengan santai seraya kedua tanganku kusembunyikan dalam saku celana.
Tanganku bergerak menyingkirkan para mahasiswa dan mahasiswi yang berkumpul, menerobos ke arah para polisi itu berada.
"Kalian akan kami periksa karena kalian orang-orang yang bersama Walter Brown terakhir kali."
Ujar seorang polisi berbadan tinggi sembari menatap satu persatu pada mahasiswa dan mahasiswi di hadapannya.
Para dosen kami juga sebagian berkumpul untuk dimintai izin oleh polisi membawa para muridnya.
Aku mengetahui para mahasiswa yang kini akan diperiksa dan dibawa polisi itu, mereka adalah teman-teman Walter Brown.
Ada Tom Hayden, teman Walter yang paling populer, yahh bisa dibilang dia pria kedua terpopuler di kampus ini setelah Walter Brown. Dia juga playboy dan suka mempermainkan gadis-gadis di kampus ini.
Yang kedua ada Vian Fernando, pria ini mengenakan kacamata, bukan, bukan karena matanya minus atau apapun, katanya jika mengenakan kacamata dirinya akan jauh kelihatan lebih tampan.
Yang terakhir, ada Zerrio, pria manis nan usil yang punya hobi mengintip gadis-gadis mandi.
Kalian mungkin bertanya-tanya darimana aku mendapatkan semua info itu padahal aku tak dekat dengan mereka?
Tentu saja semua itu kudapatkan ketika ingin membunuh Walter Brown, terlebih dahulu aku mengumpulkan semua informasi tentang teman-teman terdekatnya untuk menjadikan mereka sebagai tameng untuk diriku sendiri.
Sedangkan para mahasiswi yang akan diperiksa polisi itu kebanyakkan dari gadis-gadis yang sedang dekat dengan Walter.
Kini dua orang polisi segera membawa mereka semua untuk memasuki mobil polisi yang telah disediakan.
Aku hanya tertawa di dalam hati.
'Hei, kalian para polisi dungu! Tak taukah kalian jika kalian salah sasaran? Pffftt pembunuhnya di sini, bukan yang kalian bawa itu.'
Senyuman mengejek segera kulontarkan ketika dua buah mobil polisi itu sudah berlalu meninggalkan kampusku, bersama para mahasiswa dan mahasiswi yang akan diperiksa.
"Kelly sayang, kenapa ya banyak pembunuhan yang terjadi di sekitar kampus kita? Korbannya para mahasiswa dan mahasiswi di sini pula."
Aku segera menoleh ketika mendengar nama Kelly-ku disebut.
"Entahlah, aku menjadi takut karena banyak sekali pembunuhan akhir-akhir ini. Menurutmu pembunuhnya memang berasal dari kampus kita juga?"
"Aku juga tak tau sayang, mungkin iya mungkin tidak. Tapi syukurlah polisi sudah memeriksa beberapa tadi 'kan? Kau jangan takut ya, aku akan selalu menjagamu kok."
"Dasar Varel Rackbourn raja gombal!"
"Hahaha, aku tak sedang bergombal sayang, aku serius. Aku akan menjagamu, takkan kubiarkan seorang pun menyakiti Kelly Collins-ku!"
Varel terlihat mencolet dagu milik Kelly, dan hal itu berhasil membuat Kelly merona merah.
Aku hanya tersenyum sinis.
'Menjaga Kelly? Kau bahkan tak memperhatikannya 'kan? Hanya akulah yang berhak dan bisa menjaga Kelly, bukan kau atau siapapun!'
"Ah!"
Kelly meringis sambil memegangi kepalanya membuatku ingin sekali segera menghampirinya dan bertanya.
"Kenapa sayang?"
Tanya Varel dengan nada khawatir, dan langsung merangkul tubuh kekasihnya itu.
"Entahlah, aku merasa pusing tiba-tiba."
"Astaga sayang, wajahmu pucat, kau pasti sakit. Sekarang kita pulang ya, aku akan mengantarmu."
"Tapi-..."
"Tak ada tapi-tapian, kita tak akan masuk untuk hari ini."
Varel mulai menggendong Kelly ala brydal style dan memasukkan gadis itu ke dalam mobil putih miliknya.
'Kuharap kau baik-baik saja Kelly.'
◾◾◾
Aku mengendap-ngendap dan mengintip di samping jendela kamar milik Kelly.
Sekarang Kelly sudah tiba di rumahnya, setelah Varel, kekasihnya itu membawanya pulang.
"Kau baik-baik saja kan? Aku sedang tak punya uang untuk membawamu ke rumah sakit-..."
"Sudahlah Varel, ini hanya pusing biasa kok. Aku rasa aku hanya kelelahan saja, kau tak perlu khawatir, hm?"
Kelly mengusap wajah Varel yang berada di samping ranjangnya sembari tersenyum lembut, berusaha menenangkan kekasihnya yang aku tau pria itu sedang berbohong.
Bagaimana mungkin dirinya tak punya uang? Setidaknya bawa Kelly ke dokter untuk memastikan dia tak sakit apa-apa.
Dia memang seperti itu, uangnya hanya digunakan untuk gadis-gadis yang dikencaninya, dia tak pernah peduli sedikitpun dengan Kelly.
Sedangkan Kelly sangat mempercayai pria itu, sampai-sampai dia sendiri tak tau dengan kelakuan buruk yang dimiliki kekasihnya tersebut.
Dia tak tau jika Varel seringkali berselingkuh dan sering menghabiskan waktunya di bar.
Aku mengetahui semua itu karena aku selalu mengawasinya, kurang kerjaan memang, tapi ini semua kulakukan untuk Kelly-ku.
'Kelly demi apapun! Bagaimana jika kau mengetahui hal ini? Masihkah kau akan mencintai si bedebah sialan itu?'
Drrrttt drrrttt drrrttt
Tiba-tiba saja handphone milik Varel bergetar menandakan panggilan masuk, membuatnya menghentikan aktivitasnya yang sedang memainkan rambut pirang milik Kelly.
Syukurlah ada yang meneleponnya, setidaknya hal itu membuatnya berhenti bermesra-mesraan dengan Kelly, yang membuat darahku benar-benar mendidih.
Aku memperhatikan ekspresi Varel yang tiba-tiba saja berubah, dan langsung mengangkat panggilan yang diterimanya ke luar kamar Kelly, menyisakan gadis itu sendirian di atas ranjangnya.
'Varel sudah pasti menerima telepon dari para gadis simpanannya.'
Aku memperhatikan Kelly dari jendelanya, gadis itu tetap tak mengetahui kehadiranku.
Ingin sekali aku membelai rambutnya seperti yang dilakukan kekasihnya, banyak hal yang ingin kulakukan pada gadis yang sudah membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya ini.
Tapi,
jangankan menyentuhnya, dia bahkan tak pernah menoleh sedikitpun padaku. Satu jurusan dan satu kelas tak membuat aku bisa menyapanya.
Seluruh penghuni kampus juga tau, jika aku 'aneh' dan tak mau bergaul dengan siapapun.
Kelly masuk di antara orang-orang yang memberiku julukan 'aneh', maka dari itu dia bahkan tak mau mendekatiku seperti yang lainnya.
Aku tak mengerti apa yang kurasakan terhadap gadis itu.
Aku benar-benar tak ingin kehilangannya, entahlah mungkin aku mencintainya?
Uh, tapi di kamusku kurasa tak ada kata 'cinta' itu.
Kata itu tak ditemukan, tak terdeteksi.
Yang kutau aku hanya ingin dia jadi milikku.
"Max?!"
Tbc...
Kira-kira Max dipanggil siapa ya?:3
Oh iya btw, University Achievement itu aku ciptain sendiri, norak banget kan ya namanya :'v
Keep Reading and Vomment, or if not I will send Max capture and kill you!👹
Regards,
MelQueeeeeen
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top