Part 19 : With You
SENANDUNG merdu yang berasal dari suara gadis bermata emerald itu mengisi ruang dapur diikuti dengan suara adukan yang dilakukan tangannya pada sebuah cangkir berisi susu putih.
"'Cause this is all we know...This feeling's all we know..."
"I'll ride my bike up to the world, down the street right through the city, I'll go everywhere you go from Chicago to the coast you tell me, 'hit this and lets go blow the smoke right through the window-"
"'cause this is all we know..." Tepat setelah melantunkan lirik terakhir, suara dentingan sendok yang dibuatnya menyudahi pekerjaannya mengaduk susu putih tersebut.
Kelly tersenyum tipis sembari menatap sepiring spagheti dan segelas susu yang dibuatkannya untuk Max dihadapannya.
Mengambil nampan, Kelly dengan segera meletakkan semua barang-barang tadi ke atas nampan berwarna coklat itu.
Gadis bermata emerald tersebut langsung melenggang ke kamar milik Max.
"Hei, my whiny boyfriend, bangunlah ini sudah siang."
Kelly meletakkan nampan yang dibawanya ke atas meja di samping ranjang Max, kemudian mendorong meja tersebut lebih mendekat ke ranjang pemuda berambut hitam itu.
Kelly melompat menaiki tempat tidur Max, dan sesegera mungkin menaiki tubuh Max dan duduk di atas perut pemuda itu.
"My whiny boyfriend, wake up!"
Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Max, dan menepuk-nepukkan tangannya pada kedua pipi Max.
Max yang tampak sudah tersadar karena ulah gadisnya itu, kini menggusal matanya cepat dan mendapati Kelly sudah berjarak hanya seinci dari wajahnya.
"Kell-..."
Cup
"Selamat pagi my whiny boyfriend!"
Seru Kelly bersemangat setelah sebelumnya memberi kecupan pada bibir Max.
Sudut bibir Max terangkat ketika baru menyadari jika kekasihnya itu baru saja memberinya morning kiss.
"Pagi--tunggu dulu, apa kau bilang tadi?"
"My whiny boyfriend." Kelly tertawa kecil, lalu menumpukan dagunya dengan kedua tangan.
"Mendapat sebutan baru untukku, heh?"
Kelly mengangguk cepat, "Itu lucu kan Max?"
"Sama sekali tidak, aku tak cengeng tau!"
"Kau cengeng Max."
"Tidak, Kelly."
"Tapi kau sudah menangis dihadapanku sebanyak..." Kelly terlihat berpikir sebentar seraya menghitung dengan jarinya.
"Entahlah aku tak ingat. Yang pasti kau sudah menangis di hadapanku sering sekali. Jadi, apa salahnya jika aku memberimu sebutan cengeng?"
Max mendesah, "Baiklah, lakukan sesukamu."
Kelly bersorak, kemudian tangannya terulur mengambil nampan yang ada di meja sampingnya.
"Aku sudah membuatkanmu sarapan. Ini khusus untukmu Max."
Max menyandarkan punggungnya pada sisi tempat tidur, pemuda itu menatap sarapan yang dibuat Kelly sekilas, lalu memandang Kelly dan tersenyum.
"Kau membuatkanku sarapan? Baiklah sayang, aku akan mandi dulu kemudian makan sarapanmu."
"Kenapa tak langsung makan sarapannya? Aku sudah membawakannya ke sini. Apa kau tak menyukainya?"
Tanya Kelly dengan lesu, membuat Max menaikkan sebelah alisnya.
"Kau lupa? Aku belum sikat gigi, setelah mandi aku akan memakannya, hm?"
Kelly menepuk jidatnya, kemudian tersenyum malu-malu, "Astaga aku lupa! Aku terlalu bersemangat membuatkanmu sarapan makanya sampai lupa."
Max tersenyum lagi, entah sudah yang keberapa kalinya pemuda itu tersenyum pagi ini akibat tingkah sang kekasih.
Max mengacak rambut Kelly pelan, "Ya sudah, aku akan mandi dulu, hm?"
Kelly mengangguk mengerti kemudian segera bangkit dari tubuh Max dan membiarkan pemuda itu untuk bangkit juga.
"Kelly, apa kau sudah mandi?"
"Belum." Jawab Kelly sembari menaruh nampan tadi ke tempat semula, di meja kamar Max.
Gadis berambut pirang itu lalu beranjak membuka jendela hingga sinar matahari menerpa wajahnya.
"Apa kau mau mandi bersama?"
Kelly sontak membalikkan tubuhnya ketika tangan Max memeluk gadis itu dari belakang.
"A-apa?!" Wajah Kelly merona, membuat Max menyeringai puas.
"Kutanya, apa kau mau mandi bersama denganku?"
Ulang Max lagi, lalu semakin mendekatkan dirinya pada tubuh Kelly.
Kelly kemudian memberi Max tatapan horror dan langsung mendorong dada bidang pemuda itu menjauhinya.
"Dasar mesum!"
•••
"Telah ditemukan seorang mayat pria berjas dengan kondisi kepala putus yang mengenaskan. Polisi menemukan fakta bahwa pria tersebut seorang pemilik perusahaan yang terkenal, Scout Entertainment dan bernama Josh Scout. Polisi masih menyelidiki..."
"Max! Astaga, coba kau lihat ini!"
Panggil Kelly dengan berteriak memanggil Max yang sedang sarapan di dapur.
Langsung saja Max bergegas menghampiri kekasihnya itu di ruang tamu dengan tangannya membawa piring makanannya.
"Ada apa?" Max bertanya, kemudian mengalihkan pandangannya mengikuti arah pandangan Kelly, ke televisi.
"Max...itu paman yang di toko pakaian kemarin 'kan?! Lihatlah wajahnya!"
Ucap Kelly sembari menunjuk foto Josh yang tertera di televisi.
Kelly menutup mulutnya dengan sebelah tangan, padahal pria itu kemarin baru saja dilihatnya, namun tak disangka pria bersetelan jas tersebut kini sudah tewas, dalam kondisi mengenaskan pula.
Max yang melihat reaksi Kelly kemudian berdeham pelan dan melirik gadis itu sekilas, lalu melanjutkan menghabiskan sarapannya.
"Dia memang pria yang kemarin. Dan aku-lah yang membunuhnya."
Ungkap Max tenang, sambil mengunyah makanannya.
Kelly yang mendengar itu kemudian langsung menoleh cepat pada kekasihnya itu, "Max...k-kau?! Kenapa kau membunuhnya?!"
"Alasannya, sudah pasti karena aku tak menyukainya."
"Ta-tapi mengapa?! Maksudku, apa kau masih dendam padanya atas kejadian kemarin?"
Max mengangguk, dia meletakkan piringnya yang sudah kosong di sampingnya.
"Kau harus tau satu hal, tak ada yang boleh menyentuh ataupun mengganggu wanitaku, jika ada yang melanggarnya maka nyawanya akan melayang."
Kelly tertegun sesaat. "Kau sangat mencintaiku, atau hanya terobsesi padaku?"
Max terkekeh, kemudian menghampiri Kelly yang masih duduk di sofa.
Tangan Max dengan cepat menarik lengan milik Kelly hingga tubuh gadis itu bangkit dan kini menghadapnya.
Nafas mereka kini beradu diikuti dengan mata mereka yang saling menatap.
"Aku mencintaimu sekaligus terobsesi padamu."
Kelly mengernyit, "Mana ada cinta seperti itu?"
Max tersenyum miring, "Tentu ada sayang. Kau tau? Aku ingin kau hanya menjadi milikku untuk selamanya. Maka dari itu, aku ingin mengajakmu menikah, mau kah kau?"
Kelly membulatkan matanya dan refleks mendorong tubuh Max, "Jangan bercanda Max, kita baru satu hari menjadi sepasang kekasih, dan sekarang kau sudah mengajakku menikah?!"
Max mengedikkan bahunya, "Itu bisa terjadi."
"Kita akan menghabiskan waktu bersama sebagai sepasang kekasih dulu, hm? Tak perlu sampai memikirkan ke situ."
"Kenapa? Apa kau masih mencintai Varel?"
Kelly mengusap wajahnya kasar kemudian menggenggam tangan Max, "Astaga, kenapa malah membicarakan dia, sih? Dengar, kita tak perlu memperdebatkan ini dan lagipula aku belum siap untuk menikah. Jadi...berhentilah membicarakan yang tidak-tidak. Apa kau tak percaya pada cintaku? Yakinlah Max, aku akan mencintaimu bagaimana pun caranya. Dan satu lagi, jangan pernah menyebut nama mantan kekasihku lagi saat kita sedang membicarakan tentang kita, oke?"
Sudut bibir Max terangkat menampilkan senyuman di wajah tampannya, dia mengangguk mengerti atas perkataan Kelly barusan.
Pemuda bermata hazel itu segera meregangkan tangannya dan langsung disambut oleh pelukan dari Kelly.
"Aku mencintaimu."
"Aku juga Max."
Kelly mendongakkan kepalanya demi ingin melihat wajah kekasihnya yang kelihatan tenang.
"Max..."
"Apa?"
"Rambutmu sudah agak panjang dan berantakan, ayo kita rapikan ke barbershop."
Max mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa harus ke barbershop? Aku punya alat pencukur rambut sendiri."
"Benarkah? Baiklah, sekarang simpan dulu piring kotormu dan cuci, setelah itu aku akan merapikan rambutmu itu."
Max terkekeh pelan sembari mengacak rambut pirang gadisnya itu, "Memangnya kau bisa?"
Kelly memutar kedua bola matanya, "Untukmu apa yang tak kubisa?"
Max sukses tertawa mendengar ucapan Kelly, membuat Kelly sedikit kesal dan mengerucutkan bibirnya.
"Apanya yang lucu Max?"
"Sejak kapan wanitaku jadi berlebihan seperti ini?" Max bertanya seraya memicit hidung mancung Kelly membuat gadis itu hanya terkekeh dan berusaha menghentikan tangan Max.
"Sejak menjadi kekasih Max Maxwell!" Jawab Kelly lalu mengelus hidungnya yang sudah terlepas dari tangan Max.
"Setauku aku tak mengajarkan itu nona."
"Sudah, sudah, terserah. Cepat saja simpan piringmu dan cuci!"
Ujar Kelly lalu mendorong tubuh Max untuk mengambil piringnya.
♥♥♥
Suara dari alat pencukur rambut diikuti dengan jatuhnya rambut hitam Max ke lantai, membuat lantai porselen berwarna putih itu kini ditebari rambut milik pemuda tersebut.
"Kelly, kenapa bentuknya seperti itu?"
"Sssttt diamlah sayang, sebentar lagi akan selesai." Kelly terus mencukur rambut Max dengan konsentrasi penuh dan hati-hati.
"Jangan merusak modelnya----"
"Diamlah Max, nanti modelnya akan rusak."
Max menghela nafasnya panjang, pemuda tersebut hanya bisa pasrah sembari terus memperhatikan dirinya pada cermin di hadapannya.
"Sudah selesai! Bagus 'kan?"
Ucap Kelly riang, lalu mematikan alat pencukurnya.
Max membetulkan rambutnya sedikit dan menilai dirinya sendiri di pantulan cermin.
"Model apa ini? Kenapa kelihatannya aneh?"
Kelly mendesah dan menggelengkan kepalanya, "Astaga sayang, ini model rambut laki-laki jaman sekarang, akhir-akhir ini aku sering melihat rata-rata model rambut para pria seperti ini."
"Benarkah? Apa kelihatan cocok jika aku seperti ini?"
Senyum Kelly mengembang, "Tentu saja! Kau malah...semakin tampan."
Max bangkit dari duduknya, dan mengibas-ngibaskan kaosnya yang terkena rambut.
Pemuda itu kemudian menghampiri Kelly yang berada di belakang kursinya.
"Terima kasih ya?" Ujar Max yang kini sudah memeluk Kelly dari belakang. Pemuda itu kini mendaratkan hidungnya pada leher jenjang Kelly dan menyesap aroma anggur yang menguar dari tubuh gadis tersebut.
"M-Max..."
Max tertawa kecil, "Kenapa setiap kali disentuh, tubuhmu menegang?"
Pemuda bermata hazel itu kini mulai menggigit pelan daun telinga Kelly, membuat Kelly semakin ingin merasakan sentuhan yang lebih dari pemuda itu.
Entah kenapa menurutnya, saat Max yang mencium ataupun melakukan kontak fisik terhadap tubuhnya, tubuhnya akan semakin menginginkan sentuhan pemuda itu dan menginginkan lebih.
"Max, a-akuh..."
"Hm? Katakanlah yang ingin kau katakan sayang."
Tangan Max kini bergerilya menyingkap baju lengan panjang berbahan rajut milik Kelly, Max mengelus perut Kelly dan tangannya itu semakin lama semakin bergerak ke atas, menuju dua tonjolan yang dimiliki semua kaum hawa.
Kelly tersadar dan dengan cepat langsung menghentikan tangan Max yang sejengkal lagi akan menyentuh dadanya.
"Max hentikan."
Kelly berbalik menghadap Max yang kini memberinya tatapan penuh tanda tanya.
"Maafkan aku Max, tapi aku belum siap. Maaf..."
Max langsung mengubah raut wajahnya menjadi tersenyum dan menatap Kelly lembut.
"Aku mengerti. Meskipun aku tau tubuhmu memberi respon yang sangat cepat, tapi aku tak akan melakukannya sekarang, aku mencintaimu karena perasaanku, bukan karena ingin merasakan tubuhmu."
Kelly tertegun mendengar penuturan Max yang sangat mengerti dirinya, gadis itu langsung saja memeluk kekasihnya itu dan dibalas dengan kecupan di dahinya dari Max.
"Terima Kasih Max."
Tbc...
Aku tau kalian pasti bosen 'kan? Mau tau letak konfliknya? Tenang, bentar lagi dia akan muncul dan membuat perasaan kalian campur aduk huehehehe *tersenyummisterius*
Aku mau kasi pertanyaan lagi nih, apa judul lagu yang dinyanyiin Kelly di awal, dan siapa yang membawakan lagu trsbt?
Keep Reading and Vomment, or if not I will send Max capture and kill you!👹
Regards,
MelQueeeeeen
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top