Part 10 : Sleep Together
Max POV
Kelly memandangku dengan takut-takut, sembari tangannya masih menggenggam handphone miliknya yang sengaja kukeluarkan.
Bagus. Dia mulai melakukan sesuatu sesuai kata-kataku dan menuruti keinginanku.
Inilah yang selalu kuimpikan.
Kelly yang tinggal bersamaku, Kelly yang menurutiku, dan Kelly yang hanya mau mendengarkan kata-kataku.
Hahaha, lihatlah sekarang, dia melakukan itu semua dan membuat impianku jadi kenyataan.
Hanya dengan bermodal sebuah 'game' yang bahkan aku sendiri tak tau memainkannya, dia sudah terjatuh dalam genggamanku.
Dia itu sangat polos, mudah terpengaruh oleh kata-kata yang aku ucapkan. Padahal, bom yang kutaruh pada tubuh Varel tidaklah ada.
Bom itu tak benar-benar ada, aku hanya mengelabuinya dengan mengatakan jika bom itu tersambung di handphone-ku dan ketika aku menekan tombol hijau..
Boom!
Varel akan meledak dan hancur.
Uh, tak kusangka rencana anehku dapat membuat Kelly-ku berada di sisiku.
Dan hal ini tentu saja hanya menguntungkan untukku, akan kubuat Kelly menjauh dari Varel, bahkan tak bisa bertemu lagi.
Kelly milikku sekarang, hanya milik Max Maxwell! Hahahahaha!
Max POV END
"Max, bolehkah aku mengangkatnya?"
Kelly bertanya untuk yang kesekian kalinya, karena Max sepertinya tak mendengarkannya dan malah melamun.
Max tersentak, "Uh, ya, maksudku, kau tak boleh menerima telepon dari siapapun sekarang."
Balas Max dingin lalu merebut hp Kelly dari genggaman gadis itu cepat.
"Mulai sekarang hp-mu kusita. Kau tak boleh menerima panggilan dari siapapun kecuali perintah dariku."
Lanjut Max, pemuda itu terlihat mulai mematikan hp Kelly dan kemudian memasukkannya ke dalam saku celananya.
"Tapi kenapa? Bagaimana jika Varel mengkhawatirkanku?"
"Kau pikir dia akan memikirkanmu? Pria sialan itu tak akan peduli padamu, Kelly. Lagipula kau sudah menyetujui persyaratanku, 'kan? Apa kau mau melupakannya, dan membiarkan Varel mati?"
Kelly menggeleng cepat. "Tapi Max, apa kau benar-benar serius ingin menyuruhku tinggal denganmu selamanya?"
"Tentu saja."
"Kau tau kan, aku tak membawa pakaian saat ke sini. Jadi...bolehkah aku pulang sebentar?"
"Itu bukan masalah besar. Kita akan berbelanja besok. Mulai sekarang kau tak boleh menghubungi siapapun, tak boleh keluar dari rumahku tanpa seizinku, dan tak boleh kuliah, maksudku, kita tak akan kuliah untuk waktu yang cukup lama. Aku akan mengambil cuti kuliah dan juga untukmu."
"Apa maksudmu? Kita harus mengambil cuti kuliah hanya agar aku tetap tinggal denganmu?! Maaf Max, aku tak mau menyetujui hal konyol itu, lagipula akan rugi jika kita tak kuliah."
"Tak ada penolakan Kelly, aku yang akan mengatur semuanya, apa kau ingin membantah? Pikirkanlah baik-baik, nyawa Varel-mu berada di genggamanku."
"Tapi Max, untuk apa kau melakukan ini? Ini hanya akan merugikan kita, bukankah percuma jika kita mengambil cuti kuliah tanpa alasan yang tepat?"
Max mendengus kesal, "Dengar, berhentilah menentang perkataanku Kelly Collins. Satu-satunya alasanku semangat saat pergi ke kampus, adalah kau. Jadi, tak ada yang merugikan untukku, dan lagi aku benci kuliah. Sekarang makanlah, berhenti berbicara dan bertanya lagi sebelum kesabaranku benar-benar habis."
Kelly menghembuskan nafasnya panjang, gadis itu benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran pria di hadapannya. Matanya kini ter'alihkan pada makanan-makanan yang berada di meja sampingnya, ada kentang goreng, dua porsi burger, steak, ayam goreng empat potong dan dua buah cup eskrim rasa anggur kesukaannya serta sekaleng coke dan juga sup hangat yang sedang disuapkan Max lagi pada mulutnya sekarang.
Kelly menggeleng pelan menjauhkan sesendok sup suapan Max.
"Aku akan makan burger dan eskrim saja, kau habiskanlah supnya."
Max menarik sendoknya dan menyuapi sup itu ke dalam mulutnya sendiri dan mengunyahnya dengan tenang tanpa ekspresi.
Tangan Kelly bergerak mengambil seporsi burger, "Dari mana kau dapatkan uang untuk membeli makanan sebanyak ini?"
Kelly menggigit lalu mengunyah burger itu dengan lahap, dia sangat kelaparan.
"Mencuri."
Jawaban Max hampir saja membuat Kelly tersedak, cepat-cepat gadis bermata emerald itu meminum air putih miliknya tadi.
"K-kau mencuri?"
Tanya Kelly memastikan setelah meneguk habis minumannya.
"Ya tentu saja, semua kebutuhan hidupku terpenuhi karena aku mencuri. Membayar kuliah, membeli rumah ini, membeli pakaian dan membeli makanan, serta membeli kendaraan, semuanya aku dapatkan dari hasil mencuri."
"Kenapa kau melakukan itu? Maksudku, kenapa kau tak berusaha mencari pekerjaan?"
"Bagaimana aku bisa bekerja sedangkan aku selalu mengkhawatirkanmu? Kau tau? Aku selalu mengawasimu."
"Sebegitu suka-kah kau padaku?"
Max terkekeh, kemudian melanjutkan suapan terakhir supnya.
"Kau tau? Seharusnya saat makan kita tak diperbolehkan untuk berbicara. Jadi makanlah sekarang juga sayang, bertanyanya nanti saja. Kita masih punya banyak waktu."
Kelly hanya mengangguk paham lalu melanjutkan mengunyah burgernya lagi.
◀▶
Varel mengernyitkan dahinya karena sambungan yang coba ia buat kepada kekasihnya selalu mengatakan nomor si sang empu tidak aktif.
Padahal Varel yakin, ketika panggilan awal dia menghubungi gadis itu, masuk, namun tak diangkat. Dan setelah itu ketika panggilan ke-dua, panggilannya ditolak.
Lalu seterusnya dia coba menghubungi lagi nomornya sudah tak diaktifkan.
Varel mengedikkan bahunya, terlihat jelas dia tak peduli dan tak mau peduli jika Kelly, mungkin marah padanya atas kejadian tadi siang, ketika pria itu menurunkannya di jalanan.
Dia berpikir, Kelly akan marah padanya untuk sebentar, dan kemudian pasti gadisnya itu mencari-carinya lagi, tak betah berlama-lama mencuekkannya. Itulah yang dia alami jika Kelly biasa marah ataupun kesal padanya.
Padahal dia hanya ingin memberitahukan jika dia tak bisa pergi jalan-jalan dengan Kelly malam ini, dan ingin membuat alasan yang macam-macam lagi.
Faktanya, dirinya setelah menghabiskan waktu bersama Nathalie, langsung menuju ke klub dan bersenang-senang seperti biasa.
Varel tersenyum sekilas, lalu meneguk vodkanya hingga tandas.
Sebelah tangannya yang memeluk pinggang seorang wanita berambut coklat di sampingnya, kini beralih ke arah paha wanita itu yang ter'ekspos.
"Varel, jangan nakal."
Seru si wanita seraya menggigit bibir bawahnya dan mengelus tangan Varel yang berada di paha putihnya.
"Aku menginginkanmu malam ini."
Bisik Varel sensual, tepat di telinga wanita berpakaian mini dress ketat tersebut, membuat sang empu langsung menarik tangan Varel menuju ruangan yang mereka inginkan.
"Kau yang nakal sekarang."
❤❤❤
Bunyi jarum jam yang berdetak, mengisi kesunyian di kamar yang didominasi warna dark blue tersebut.
Dua manusia yang notabenenya memiliki jenis kelamin yang berbeda, sedang berada di atas kasur dengan cahaya rembulan yang menerangi tubuh mereka, karena lampu kamar yang dimatikan, merupakan pemandangan baru di kamar tersebut.
Dimana biasanya kamar itu hanya diisi oleh seorang pemuda tampan tanpa ekspresi bersama dengan kucing hitam kesayangannya.
Kelly sekali lagi membetulkan posisi tubuhnya yang merasa tak nyaman.
Pantas saja, tubuh gadis itu kini sangat berdekatan dengan tubuh Max, yang mana pemuda itu kini memeluknya erat dan mencoba menenggelamkan wajahnya ke dada bidang pemuda tersebut.
Sehingga Kelly dapat menangkap dengan jelas aroma tubuh Max yang begitu memabukkan, sangat harum dan membuatnya nyaman.
Namun tetap saja, gadis itu merasa gelisah, dirinya yang notabenenya seorang perempuan harus tidur satu ranjang dengan laki-laki yang bahkan baru dekat dengannya, meskipun kedekatannya terjadi karena sebuah insiden.
Mereka bukan sepasang kekasih, ataupun sepasang suami istri. Lalu dengan mudahnya, Max mengatakan mulai detik ini mereka harus tidur satu ranjang, alasannya karena Max hanya punya satu kamar dan satu kasur di rumahnya. Dan lagi ditambah pria itu tak ingin menerima bantahan apapun dari mulut Kelly.
Kelly menarik nafasnya dalam, sebelum menghembuskannya dengan perlahan. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap lekat wajah Max yang kelihatannya sudah tertidur, terlihat dari mata laki-laki itu yang terpejam.
"Jangan menatapku terus, kau bisa jatuh cinta."
Ujar Max tenang, dengan segera Kelly menyembunyikan wajah meronanya di dada bidang pria bermata hazel itu.
"K-kau belum tidur?"
Cicit Kelly pelan, membuat Max membuka matanya dan terkekeh.
"Bagaimana bisa tidur? Kau terus bergerak dari tadi. Apa kau ingin buang air kecil?"
Kelly menggelengkan kepalanya yang masih bersandar di dada bidang Max.
"Aku hanya memikirkan," Kelly mendongak menatap ke iris hazel Max yang kini juga menatapnya.
"apa tak apa jika kita tidur berdua? Maksudku, kita berbeda jenis kelamin 'kan? A-aku bisa kok jika tidur di sofa ruang tamu milikmu."
Sambung Kelly, membuat Max mengubah ekspresi wajahnya menjadi dingin.
"Aku tak akan mengizinkanmu tidur di ruang tamu, dan aku juga tak ingin tidur di sana, kau tau? Tidur di luar sangat dingin dan benar-benar tak nyaman. Sebaiknya kita tidur bersama, tenang saja, aku tak akan melakukan apa-apa padamu."
Bagaimana aku bisa percaya? Batin Kelly, namun gadis tersebut hanya mengangguk kemudian kembali menyembunyikan wajahnya di dada Max yang terlapisi kaos lengan panjang berwarna putih.
Tak lama, mata gadis tersebut sudah didera kantuk dan ia pun memasuki alam mimpinya diikuti dengan Max yang masih memeluknya erat.
Tbc...
Ngebosenin gak? Beri masukan please!
Btw, periksa bagian 'Prologue', ada banner judul aku masukin^^
Gimana dengan banner chapternya? Keren kan?😆
Keep Reading and Vomment, or if not I will send Max capture and kill you!👹
Regards,
MelQueeeeeen
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top