Part 15

Selamat berkesel ria 🙊
Silakan taburan bi tangnya qaqa 😗😗

“Kalian kenapa sih? Dari tadi saling pandang mulu?” tanya Laura bingung, ia menatap Nando dengan mata berbinar, malam ini Nando terlihat tampan dengan setelan jas formal berwarna hitam, membuat ketampanannya berkali lipat di mata Laura.

Nando membuang napas kasar, ia tidak mengerti entah kenapa Laura tidak peka sama sekali. Tidakkah ia melihat bahwa restoran ini bernuansa romantis, bukankah sudah jelas kalau dirinya sedang bersama Ariana? Melihat Ariana tampak tidak nyaman, Nando mencoba mengalihkan perhatian gadis itu dengan membuaka sedikit obrolan.

“Kamu ada janji dengan seseorang, Laura?” Nando bertanya, ia harap Laura cukup peka dan segera meninggalkan mejanya dan Ariana. Kedatangan Laura merusak rencananya untuk meminta Ariana menjadi calon istrinya.

“Iya, tapi temen aku gak jadi datang. Tadinya mau pulang, eh, lihat kalian di sini, ya udah aku nyamperin. Sekalian belum makan malam juga.” kata Laura ceria.

“Tapi, sebenarnya kami sedang __”

“Ya udah, kamu sekalian pesen aja Ra, gak apa-apa ‘kan, Do, Laura ikut gabung sama kita?” Ariana langsung memotong saat Nando mencoba meminta Laura meninggalkan meja itu.

Sementara Nando hanya bisa mengangguk pasrah, rencananya kali ini gagal, Nando tidak menyangka, akan bertemu dengan Laura di sini. Sebenarnya ia tidak keberatan Laura ikut bergabung hanya saja, saat ini bukan waktu yang tepat. Nando menatap Ariana sendu, tampak sekali gadis itu kurang nyaman, entah mungkin malu ketahuan sepupunya sedang berduaan, atau ada hal lain yang entah membuat gadis itu jadi semakin tertutup.

Saat pesanan mereka tiba, ponsel Ariana berdering, Ariana permisi untuk mengangkatnya sebentar. Nando hanya bisa mendengus kasar, ia bahkan membuat ponselnya dalam keadaan senyap, ia ingin malam ini tidak ada yang mengganggu. Sialnya, mantan pacarnya ini datang di saat yang tidak tepat. Bukannya Nando tidak suka dengan bergabungnya Laura, hanya saja, kedatangan gadis itu sudah merusak rencananya.

Ariana menghampiri Nando dengan wajah yang tidak enak, mungkin terjadi sesuatu. Perasaan nando menadadak tidak enak.

“Do, aku harus pergi sekarang, maaf ya. Kamu lanjut aja makannya sama Laura. Aku harus pergi ini penting banget!” Ariana pamit dengan tergesa.

“Hei, apa yang terjadi? Aku anter kamu ya.” Nando menahan lengannya, tapi ditepis kasar oleh Ariana. Nando merasa kaget dengan perbuatan Ariana hanya bisa mematung.

Ariana pergi dengan terburu-buru, meninggalkan kegundahan di hati Nando. Dalam hati, Nando merutuki kebodohannya menyetujui bertemu di restoran, seandainya ia tetap ngotot untuk menjemput Ariana, mungkin sekarang ia sudah mengantarkan gadis itu, entah kemanapun tujuannya.

Nando merasa lengannya ditarik oleh seseorang, ia langsung menoleh dan menemukan Laura sedang tersenyum manis kepadanya. Tampilan Laura terlihat luar biasa malam ini, Nando pikir Laura sengaja berdandan seperti itu karena akan bertemu seseorang yang istimewa, nyatanya gadis itu malah ikut bergabung di meja yang ia pesan khusus agar bisa berduaan dengan Ariana.

“Kamu temenin aku makan aja Do, sayang makanannya udah dipesan.” ajak Laura.

“Aku udah gak mood makan, kalau kamu mau, makan aja. Aku mau pulang, semuanya udah masuk tagihanku, tenag aja.” sahut Nando datar.

“Kalau gitu anterin aku pulang aja, atau kemana gitu, ini masih sore buat pulang,” rengek laura manja.

Nando mengerutkan keningnya, ia merasa aneh sekali dengan sikap Laura malam ini. Laura terlihat luar biasa cantik malam ini, hanya saja sikapnya yang manja tidak jelas itu, membuat nando agak  ilfeel. Ia menghela napas lelah, seandainya Laura tidak seenaknya ikut bergabung di kencannya dengan Ariana, mungkin malam ini akan menjadi malam yang paling membahagiakan untuknya. Sekarang Nando sedang menandang jenuh pada Laura yang luar biasa lelet saat mengunyah makanannya, ia terpaksa menunggu gadis itu makan, karena tidak ingin kupingnya lebih sakit lagi mendengar rengekan Laura.

Sementara itu, Ariana masih terisak di mobilnya, sebenarnya ia ingin segera meninggalkan tempat itu, tetapi dadanya masih terasa sesak. Ternyata tidak semudah yang ia kira, Ariana pikir ia akan baik-baik saja, mengingat tidak ada hubungan apapun antara dirinya dengan Nando, nyatanya hatinya tidak sekuat itu. Perlahan Ariana menguatkan hatinya, ia percaya suatu hari nanti luka hatinya akan sembuh dengan sendirinya, cepat atau lambat.

Sesampainya di rumah, Ariana langsung memasuki kamar, berganti baju dan membersihkan diri. Ariana ingin semua berjalan senormal mungkin, ia mengsugesti dirinya, bahwa semua akan baik-baik saja. Ia mencoba memejamkan mata, sayangnya tidak bisa. Angannya melambung kesana kemari, memikrkan apa yang terjadi setelah kepergiannya dari restoran itu. Ariana tidak buta, ia melihat kekecewaan di mata Nando, tapi dia bisa apa? Toh, selama ini Nando tidak pernah benar-benar memperjuangkannya.

Bunyi jam berdetak semakin membutnya tidak bisa tidur, apalagi ponselnya tidak berhenti bergetar. Nando sepertinya belum menyerah untuk menghubunginya. Kepalanya semakin berdenyut sakit, dengan berat hati, akhirnya Ariana menjawab panggilan nando yang entah ke berapa.

“Halo ....”

“Ya ampun, kemana aja kamu Ari? Aku hampir aja nyerah buat hubungi kamu,” cecar Nando di sebrang telepon.

“Eh, Do ... aku pikir siapa. Maaf ya aku ketiduran.” jawab Ariana bohong.

Nando mengerang frustrasi, bisa-bisanya gadis itu tertidur di saat seperti ini. Tidakkah dia menyesal sudah meninggalkan Nando bersama Laura di restoran tadi?

“Kamu ada kepentintingan apa, sampai ninggalin aku gitu aja. Padahal kita udah janji untuk makan bareng,” tanya Nando tanpa basa-basi.

“Tadi Papaku telepon, katanya aku harus pulang ada yang mau diomongin,” jawab Ariana gugup.

“Ngomongin apa?” tanya Nando penasaran.

“Emh, gak penting buat dibahas, gimana tadi makan malamnya? Lancarkan?” tanya Ariana lagi, ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Katanya tadi penting banget, sampe aku ditinggal gitu aja, sekarang pas ditanya, katanya gak penting buat dibahas,” Nando menghela napas, ia begitu kecewa terhadap Ariana. “Sebenarnya mau kamu apa Ari?” tutup Nando sedih.

“Bukan gitu Do. Cuma ini masalah intern antara keluarga ku saja.” jawab Ariana lugas.

Nando menegang , ia berpikir, bisa saja ini tentang masalah perjodohan Ariana dengan lelaki pilihan orang tuanya. Mungkin saja, sekarang Ariana sedang bersedih. Seharusnya Nando menghiburnya, bukan malah menyudutkanya seperti ini. Nando menghela napas lagi, malam ini sungguh melelahkan baginya.

“Ari?”

“Ya?”

“Aku pikir udah kamu matiin teleponnya, maaf ya kalau menurut kamu aku terkesan ingin tahu urusan keluargamu. Aku hanya cemas karena kamu pergi gitu aja.”

“Iya, gak apa-apa. Aku ngerti kok.” gumam Ariana.

“Kamu pasti capek, istirahat ya, semoga mimpi indah.” tutup Nando.

Ariana tidak pernah berpikir Nando akan sekecewa ini, ia pikir Nando akan senang-senang saja jika makan bersama Laura, nyatanya lelaki itu malah lebih kecewa dari pada dirinya. Ariana menyesal sudah berbuat seperti itu, tapi ia bisa apa? Ariana sudah berjanji untuk jadi mak comblang antara Nando dengan Laura. Hatinya sakit, tapi ia tidak tahu harus berbuat apa, karena pada kenyataanya, tidak sekalipun Nando menyatakan perasaanya. Padahal, seandainya sekali saja, Nando mau menyatakan cinta, sudah pasti Ariana akan memperjuangkannya, tidak peduli Laura akan membencinya atau tidak. Sayangnya itu hanya pengharapan Ariana semata.

Keesokan harinya, Ariana menerima banyak sekali kiriman cokelat dari Laura, sebagai ucapan terima kasih karena sudah mendekatkannya dengan Nando. Laura berkata bahwa dia sangat bahagia sudah makan malam berdua dengan Nando dan sesudahnya ia diantar pulang. Ariana hanya meringis dalam hati saat mendengarkan sepupunya bercerita lewat telepon. Saat Nando menghubunginya terdengar sekali lelaki itu kecewa pada dirinya, tetapi saat mendengar cerita Laura tampak sekali bahwa mereka menghabiskan malam berdua. Ariana jadi bingung cerita siapa yang benar.

Siang hari, ada seorang tamu yang ingin memesan kue pada Ariana.  Seorang perempuan seumuran denga dirinya, ia ingin memesan weding cake dan beberapa dessert  untuk acara resepsi nanti. Awalnya Ariana ingin menolak, ia memang malas mengerjakan weding cake, apalagi sekarang pesanannya tidak tanggung-tanggung  jumlahnya. Tetapi perempuan yang ternyata seorang manager artis ternama itu, terus memelas.

Mungkin jika biasanya, Ariana menolak pesanan yang akan menguras energinya, tapi kali ini berbeda. Ariana akan menerima pesanan itu, selain demi kemajuan tokonya karena menerima order dari artis ternama, Ariana juga akan menggunakan kesempatan ini untuk menghindari Nando. Menghindar adalah cara satu-satunya cara yang terpikir olehnya. Katakanlah ia pengecut, Ariana tidak peduli, hatinya sudah terlalu lelah untuk menjalani drama tarik ulur dengan lelaki itu.

Drrrrt .... drrrt
Sebuah panggilan masuk, membuat Ariana tersentak. Ia baru saja menyelesaikan beberapa desain weding cake yang akan dipilih oleh kliennya.

“Iya Do, ada apa?” tanya Ariana langsung.
“Makan siang bareng yuk, udah lewat tengah hari, pasti kamu belum makan?” ajak Nando.

“Aku sibuk, nanti mau minta dibeliin aja sama pegawaiku.” jawab Ariana cepat.

“Telaaaat ... aku udah nyampe sini. Nih, aku bawain makan siang. Sop iga sama ayam bakar kalasan mau dong!”  seru Nando sambil mendorong pintu ruangan Ariana.

Ariana refleks mendongak, wajahnya tidak bisa berbohong kalau dia begitu kaget. Kalau orang lain akan terpesona dengan senyuman manis, lain halnya dengan Nando, lelaki itu tergila-gila dengan wajah cengo milik Ariana. Sebutlah Nando bucin akut, tapi ia tidak peduli, toh itu memang kenyataanya.

Tanpa menunggu lama Nando langsung mencubit gemas hidung mancung gadis itu, Ariana memekik sakit dan refleks memukul lengan kokoh lelaki itu. Nando menangkap tangan Ariana dan segera mendekap Ariana. Tubuh Ariana menegang seketika, ia bahagia, tapi juga bingung. Pelukan hangat Nando memang sangat ia rindukan, tubuh dan hatinya sangat lelah.

“Aku tahu, kamu pasti belum makan,” ucap Nando sambil melonggarkan pelukan.

“Makasih, aku emang sibuk. Emh, bisa lepasin aku? Katanya mau makan,”  seru Ariana.

Nando hanya terkekeh pelan sambil melepaskan Ariana dari pelukannya. Ia meminta pegawai Ariana membawakan beberapa piring dan mangkok. Setelah semuanya siap, mereka makan dalam diam. Sebenarnya Nando ingin mengajak Ariana bicara, tapi ia ingat kejadian semalam, Ariana bahkan belum sempat makan malam, tapi dia harus pergi. Kali ini, Nando harus memastikan bahwa gadis di depannya sudah makan dengan baik.

Ariana masih berkutat dengan beberapa lembar kertas, setelah makan dan mencuci tangan ia langsung kembali pada pekerjaannya. Nando menghela napas, tampaknya Ariana memang sesibuk itu. Mungkin lain kali saja, pikirnya. Ariana langsung mendongak saat usapan lembut mendarat di kepalanya.

“Kayanya kamu sibuk banget ya, sampe lupa makan gitu.” ucap Nando lembut.

“Iya, aku lagi kerjain orderan weding cakenya seorang artis terkenal. Mungkin aku bakal jarang hubungin kamu ya, aku butuh banyak persiapan.” tandas Ariana, kemudian gadis itu kemali fokus pada pekerjaannya.

“Ya udah, aku pergi dulu ya, kamu jangan lupa makan, jangan lupain aku juga,” bisik Nando sambil mengecup kening Ariana. Kemudian lelaki itu berlalu pergi, meninggalkan Ariana yang membatu di tempat duduknya.

Ariana pikir akan mudah baginya untuk melupakan Nando, nyatanya tidak semudah itu. Lelaki itu begitu perhatian padanya, bagaimana ia bisa lupa dengan pelukan hangat, dan ciuman mereka yang menggelora. Sekeras apapun Ariana mencoba ia tidak pernah bisa lupa. Tetapi, ia iangat dengan janjinya pada Laura untuk mendekatkan mereka kembali.

Bagi Ariana, janji adalah hutang yang harus ia bayar. Bukankah selama ini, Nando juga tidak pernah memberi kepastian tentang hubungan mereka? Apalagi beberapa waktu yang lalu, ia pernah mendengar percakapan Nando dengan mamanya, pantas saja Nando menolak mengenalkannya dengan anaknya. Mungkin Nando tidak berniat mencari ibu sambung untuk anaknya.

Sekali lagi, Ariana mencoba menguatkan hatinya, ia sudah lelah dengan drama hubungan tanpa status ini. Kali ini, ia akan mencoba keras pada dirinya sendiri, toh baik sekarang atau nanti, ia akan sama terlukanya. Sekarang ia memikirkan bagaimana caranya agar Laura bisa dekat kembali dengan Nando, tapi mungkin ia tidak perlu berusaha keras kali ini. Nando selalu tampak ceria jika sudah membahas tentang Laura.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top