iv. Magelang, dan Usianya yang Sepuh
MAGELANG-JAWA TENGAH
Sumber gambar Magelang online
**
Gethuk, asale soko telo
Moto ngantuk, iku tandhane opo?
Kalimat di atas adalah kutipan dari lagu ciptaan Didi Kempot, The Lord of Loro ati. Ya, sobat ambyar pasti tahu, dong. Namun, tahukah kamu, getuk yang disebut-sebut itu adalah nama makanan yang berasal dari Magelang loh. 2020 adalah tahun di mana Magelang akan berusia 1.113. Ya, hari jadi Magelang adalah 11 April 907 M. Itu artinya, Magelang adalah kota yang sudah sepuh dan telah malang melintang di bumi Nusantara sejak dulu kala. Magelang, adalah kota yang penuh sejarah. Dia adalah saksi dari manusia yang lahir dan mati. Saksi bagi semua yang terjadi ...
Magelang dalam Sejarah Kolonial
Berdasarkan versi terpopuler, Magelang berasal dari kata tepung gelang. Yang artinya, mengapung rapat seperti gelang (Nama itu diberikan untuk mengenang Raja Jin Sonta yang dikepung di daerah itu oleh pasukan Mataram sebelum akhirnya mati di tangan Pangeran Purbaya).
Pada abad ke-18 (1810), Magelang berada dalam kekuasaan Inggris. Namun, kekuasaan itu dengan segera berakhir setelah ditaklukan Belanda. Dan, seperti piala bergilir, Magelang menjadi salah satu tempat vital bagi penjajah pada zaman kolonial di Indonesia. Bergstad van Midden Java adalah julukan yang diberikan orang Belanda pada Magelang. Itu, dikarenakan Magelang terletak di tengah lingkar pegunungan, yaitu Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Slamet, dan Sumbing. Tak terbayang sejuknya berada di Magelang. Wajar saja orang Belanda menjadikan Magelang sebagai salah satu tempat paling vital. Cuacanya setidaknya menjadi obat bagi bangsa Eropa yang terbiasa di negara beriklim dingin.
Di zaman kolonial, oleh Pemerintahan Belanda, Magelang dijadikan pusat lalu lintas perekonomian. Lalu, seiring letak Magelang yang strategis—berada di jalur utama Semarang-Yogyakarta—terlebih Magelang memiliki udara yang sejuk, dan pemandangan yang indah, Magelang pun dijadikan sebagai pusat pemerintahan Karesidenan Kedu pada tahun 1818 (Anonim, 1936; 18 ).
Ketika Perang Jawa terjadi (1828), Jenderal De Kock dikepung pasukan Pangeran Diponegoro, dan memutuskan memindahkan pusat militer dari Surakarta ke Magelang. Jadilah Magelang—bersama Purworejo—tempat di mana garnisum tentara berkembang. Dan pada akhirnya menjadi Kota Militer.
Pemerintah Belanda juga terus meningkatkan posisi Magelang melalui berbagai fasilitasnya seperti sarana dan prasarana perkotaan, pembangunan menara air di tengah kota (1918), pengoperasian perusahaan listrik (1927), dan mengaspal jalan-jalan arteri.
Untuk menaruh simpati penduduk koloni, pemerintah Belanda juga membangun sekolah-sekolah dengan nuansa Eropa dengan sistem yang sama seperti di Belanda. Total ada 39 sekolah (milik pemerintah dan swasta) dari berbagai jenjang untuk setiap kelompok masyarakat yang dibuka. Pendidikan itu, awalnya hanya untuk anak-anak keturunan Eropa, namun seiring waktu orang pribumi juga bisa sekolah walau hanya dididik sekadar untuk menjadi pamong pemerintah tanpa mengembangkan keilmuan mereka.
Kompleks sekolah terbesar di Magelang adalah sekolah Kweekschool voor Inlandsch Ambtenaren yang dibangun tahun 1899 (sekarang berubah menjadi kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.). Sekolah yang terletak di Jalan Yos Sudarso No. 31 itu dibuka untuk mencetak tenaga guru dari kalangan bumiputera. Guru-guru ini nantinya akan mengajar pada sekolah-sekolah kader pamong praja kolonial.
Magelang kota yang sangat indah, dengan iklim yang sejuk dan sarana yang lengkap. Banyak warga Eropa yang betah tinggal di sini. Banyak yang pulang ke Belanda justru kembali lagi ke Magelang untuk menghabiskan sisa hidup. Namun, sayangnya, harapan mereka pupus setelah Hindia-Belanda ditaklukan Jepang pada 1942 dan mereka pun terusir dari Magelang.
Magelang Saat Ini
Magelang sebagai kota militer bukanlah karena masa lalunya saja. Hingga saat ini, Magelang juga tempat di mana Akademi Militer berada. Sekolah tersebut, didirikan tepat setelah Indonesia mengumumkan kemerdekaannya (31 Oktober 1945).
Namun, saat ini, Kota Magelang mengubah citranya dengan mengganti slogan-nya yang berbunyi Magelang Harapan menjadi Magelang Kota Sejuta Bunga—Berbeda dengan Kabupaten Magelang yang punya slogan Magelang Gemilang. Ini, sebagai simbol dari kebersihan, keindahan, ketertiban dan kenyamanan. Serta dukungan dari fakta sejarah, bahwa sejak zaman kolonial Kota Magelang memang dikenal dengan sebutan Tuin Van Jawa (kebun atau tamannya tanah Jawa).
Wisata Magelang
Selain kaya bangunan bersejarah, seperti alun-alun dan menara airnya, Magelang memiliki tempat wisata yang indah, seperti; (1) Candi Borobudur—di kota Magelang—yang termasuk ke dalam 7 keajaiban dunia. Setiap hari raya Waisak, candi ini akan ramai karena dijadikan tempat perayaan hari besar umat Buddha. Selain itu, ada (2) Candi Mendut—terletak di desa Mendut, Kabupaten Magelang. Lalu, (3) Ketep Pass yang merupakan objek wisata di bukit Ketep Magelang—kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. (4) Air terjun Kedung Kayang, (5) Taman Kyai Langgeng, dan (6) Perbukitan Menoreh.
Magelang adalah kota tua yang indah. Dan penuh sejarah. Sebagai orang Indonesia, kita perlu bangga kepada lelaki tua itu. []
Referensi
*Buku Asal-usul KOTA-KOTA DI INDONESIA Tempo Doeloe oleh Zaenuddin HM, Change Penerbit 2014. Jakarta
*Wikipedia.com
*https://jejakkolonial.blogspot.com/2018/08/bayang-bayang-masa-lalu-magelang.html?m=1
*https://mojok.co/agm/esai/magelang-kota-sejuta-bunga/
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top