🍁 11. Istri Bodoh 🍁

Malem temans, kehadiran Randu yang kedua langsung menemanimu yaa🥰🥰

Azalea berusaha menenangkan tangis Deasy yang makin keras. Anak itu terus saja meronta dalam gendongan Azalea yang sedang berusaha memanaskan makanannya. Rupanya Deasy tidak sabar menunggu hingga tangisnya tidak mereda meski Azalea sudah berusaha menghiburnya.

"Ada apa?" suara tegas Randu membuat Azalea menoleh.

"Mas, sudah pulang?" Azalea menyapa.

"Kau apakan Deasy?" Suara Randu meninggi begitu melihat benjolan di kening Deasy yang memerah.

Azalea terkejut mendengar suara Randu. Meski suara itu besar, anehnya Deasy terdiam. Tangannya terulur ke arah Randu dan pria itu langsung meraihnya, melupakan kalau dia belum mandi setelah pulang kerja. Sebentar saja Deasy benar-benar tenang dalam dekapan papanya.

"Jawab aku, Lea! Kau apakan Deasy?"

"Aku apakan, sih, Mas? Dia itu jatuh pas coba jalan. Aku telat nangkapnya." Azalea menjelaskan.

"Lalu kenapa tangisnya sampai terdengar begitu keras?" Randu menuntut penjelasan sementara sang putri sudah nyaman dalam pelukannya.

"Kupikir aku akan memanaskan bubur dan mau menyuapinya. Tapi, Deasy malah nggak mau diam."

Randu berdecak sebal. "Sudah kukatakan, bukan? Gunakan semua peralatan yang sudah kita beli. Apa susahnya, sih? Memanaskan makanan Deasy hanya tinggal masukkan ke microwave, setel waktunya dan tunggu. Repot?"

Randu langsung berjalan ke arah microwave. Azalea mengikutinya dan melihat bagaimana makanan Deasy dimasukkan ke sana. Setelahnya, Randu mengajarkan langkah-langkah yang sekiranya akan dipahami Azalea. Pikiran Azalea yang sedang tidak tenang membuatnya gagal menangkap penjelasan Randu dengan cepat.

"Kalau aku ngomong, bisa nggak kamu mendengarkan dengan baik?" Randu emosi dan menatap tajam pada Azalea.

"Aku belum ngerti, Mas," sahut Azalea.

"Makanya dengarkan dan simak! Jadi aku nggak mengulang kalimat yang sama berkali-kali."

Azalea mengangguk dan mendengarkan penjelasan Randu tentang bagaimana menggunakan microwave oven. Azalea mendengarkan dan memperhatikan dengan saksama.

"Ngerti?"

Azalea menggeleng. "Masih bingung."

Mengertakkan giginya, Randu geram. "Dasar bodoh!" umpat Randu dan pergi meninggalkan Azalea.

Azalea terpaku. Benarkah Randu baru saja mengatakan kalau dia bodoh? Bukankah hal yang wajar jika Azalea tidak mengerti, mengingat dia yang tidak pernah menggunakan semua itu sebelumnya?

Azalea menahan dirinya sebentar melihat putrinya yang mulai terlelap saat Randu membawanya pergi. Dia yakin kalau sebentar lagi suaminya itu pasti akan keluar setelah membaringkan Deasy di kamarnya. Perlahan dia mengusap air mata yang sempat menetes di pipi halusnya.

Hanya seperti itu Randu menghadapinya? Berakhir dengan umpatan yang tidak sepatutnya dikatakan. Bahkan orang tua yang sudah merawat dan membesarkannya pun tidak pernah mengatakan hal itu kepadanya dan Randu yang hanya datang belakangan sudah begitu berani mengatakan hal yang tidak pantas.

Begitu Randu keluar dari kamar Deasy, Azalea sudah menyediakan kopi di meja makan. Dalam emosinya, Azalea masih berusaha untuk melayani kebutuhan suaminya. Baginya, kemarahan bisa diungkapkan nanti, tetapi kewajibannya sebagai istri harus tuntas dia lakukan.

"Lea gunakan ...."

"Bisa nggak kalau Mas Randu diam aja?"

"Maksudmu?"

"Nggak seharusnya Mas Randu terlalu mencampuri pekerjaan rumahku. Biar semuanya menjadi urusanku. Selagi aku bisa menyediakan semua sesuai maumu dan beres segalanya, kenapa harus dipermasalahkan?"

"Masalahnya Lea, kita beli semuanya itu untuk dipakai."

"Kalo gitu, Mas Randu aja yang pakai. Aku nggak butuh!" seru Azalea.

"Lea aku hanya ...."

"Masalah Mas Randu apa, sih? Cara apa pun yang aku gunakan, toh semuanya selesai."

"Lea, kamu ...."

"Apa? Mau bilang aku bodoh lagi? Orang tuaku saja nggak pernah ngatain aku begitu!" seru Azalea. Suaranya meninggi dengan mata menyorot tajam ke arah Randu.

Azalea merasa kejengkelan sudah ada di puncak kepalanya. Dia tidak bisa mengendalikan lisan kepada suaminya. Emosi membuat akal sehatnya melayang dan melupakan semua nasihat yang pernah diajarkan oleh orang tuanya.

Randu yang diam dan menikmati makan malamnya membuat kemarahan Azalea perlahan mengendap. Meskipun begitu, kejengkelan belum sepenuhnya sirna dari hati Azalea hingga dia terdiam di sepanjang makan malam mereka. Randu yang meninggalkan ruang makan pun juga tidak membuatnya peduli. Azalea hanya berpikir bagaimana menyelesaikan pekerjaan sebelum Deasy terbangun karena belum makan malam.

***

Kejadian sore itu membuat rumah tangga Randu dan Azalea mendingin. Azalea mendiamkan Randu dan berusaha untuk membereskan urusan rumahnya sesempurna mungkin. Dia bangun lebih awal dan menyempatkan diri menyiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat bekerja. Saat mamanya datang, semua sudah siap lengkap dengan makanan untuk Deasy.

Azalea tidak peduli dengan Randu yang semakin jarang berbicara kepadanya. Katakanlah dia menjadi seorang istri yang tidak dianggap. Namun, semuanya tidak membuatnya patah semangat untuk mengerjakan semua sebisanya. Apa yang sudah terjadi merupakan puncak emosi Azalea. Dia terdiam dan mulai menarik diri, mendiamkan Randu dan tanpa disadari mereka menjadi terasing dan asyik dalam dunianya sendiri-sendiri.

Semula kalau pulang, Randu selalu ngobrol dan mendengarkan cerita Azalea tentang kesehariannya, tetapi sekarang hal itu tidak terjadi lagi. Sesuatu yang tidak pernah berubah dari Randu hanyalah tentang Deasy. Pria itu masih tetap bermain bersama anaknya setelah makan malam sampai waktu tidur Deasy tiba. Randu masih dengan tertib mengikuti jadwal tersebut sesuai dengan keteraturan yang sudah dia biasakan untuk si kecil. Komunikasinya dengan Azalea memang berkurang sangat banyak, tetapi Deasy tetaplah menjadi prioritas utama setiap harinya.

Selesai memberikan waktu untuk Deasy, Randu akan melakukan kebiasaan barunya. Menyalakan laptop di meja kerja untuk sekedar browsing atau membaca apa pun yang dia inginkan. Dia juga mulai rajin bermain dengan medsosnya dan itu dilakukan hingga pria itu mengantuk.

Azalea mengetahui semuanya. Namun, tidak ada kata yang dia lontarkan untuk menegur kebiasaan baru suaminya. Menurut Azalea, begitu lebih baik daripada Randu mengomentari tentang bagaimana dia bekerja untuk membereskan rumah mereka.

Keadaan tetap seperti itu hingga berhari-hari sampai semuanya menjadi sebuah kebiasaan. Hubungan mereka bertambah dingin. Azalea yang menganggap Randu terlalu mengaturnya memilih bungkam, sementara Randu sendiri tampaknya juga tidak ambil pusing dengan semua yang terjadi.

Pernah suatu sore Randu mengatakan ingin dibuatkan mi instan dengan telur dan sayur. Azalea tidak menjawab kalimat sang suami, tetapi dia langsung pergi ke dapur dan membuatkannya. Setelah selesai pun Azalea tidak mengatakan apa-apa lebih dari sekedar memberitahu bahwa mi yang diinginkan Randu telah selesai dibuat.

Sesekali Randu memang masih mengatakan sesuatu, tetapi tidak demikian dengan Azalea. Dia memilih untuk terus diam karena Azalea berpikir sekali dia bertanya pada Randu maka sama artinya dengan memberi celah pada suaminya untuk kembali berkomentar tentang apa saja. Hal itulah yang tidak diinginkan Azalea. Cukup baginya jika Randu berkata sesuatu tanpa harus mendiktenya untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan cara pria itu. Azalea mempunyai caranya sendiri dan membuatnya nyaman tanpa harus mendengarkan Randu meski mungkin niatnya baik.

Harus banget, ya, ngatain istri bodoh? Nduu ... umak durhaka😬😬😬

Nah ... double update sudah selesai. Vote saya yang banyak yakk, sampai jumpa minggu depan. Ciaoo

Love, Rain❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top