Chapter 22

"Bella ngundang Siahna ke rumah pacarnya, namanya Ashton. Ngakunya dia ulang tahun, mau bikin pesta kecil-kecilan. Karena si Ashton ini temenan sama pacarnya Siahna, dia mau aja. Nggak curiga sama sekali. Ada beberapa orang lagi, tapi Siahna nggak pernah nyebut nama mereka secara spesifik.

"Di rumah Ashton itu, Siahna dikasih minuman, sejenis sirup gitu deh. Tapi kayaknya dicampur obat. Siahna ngaku dia mulai pusing, mau berdiri aja susah. Trus, sama Bella diajak istirahat di kamar. Dia udah nolak karena mau pulang. Budenya Siahna kan orangnya streng. Kalau pulang telat, pasti dimarahin habis-habisan.

"Karena makin pusing dan ngerasa antara sadar dan nggak, Siahna akhirnya nurutin ajakan Bella. Dia diantar ke salah satu kamar, katanya sih kamar adiknya si Ashton itu. Nggak lama, Siahna baru nyadar kalau ada yang ngikutin mereka ke kamar. Ternyata Ashton sama Verdi, cowoknya Siahna. Mulai deh si Verdi ini ngegerayangin Siahna sementara Bella dan Ashton malah pergi.

"Siahna bilang, dia mulai hilang kesadaran, nggak bisa ngelawan sama sekali. Singkatnya, Siahna terbangun udah malam, dengan kondisi nggak keruan dan nyeri di sana-sini. Verdi dengan nyantainya nawarin jasa untuk nganterin pulang. Siahna nggak punya pilihan karena memang udah malam. Sampai di rumah, dia malah dipukuli sama budenya. Boro-boro bisa ngadu kalau dia baru aja diperkosa.

"Beberapa minggu setelah itu, Siahna baru nyadar kalau dia hamil. Pas budenya tau, kiamat deh. Dia dipaksa aborsi. Tapi itu masih belum jadi puncak penderitaan Siahna. Dia masih harus mengatasi trauma tanpa berani bilang apa yang udah terjadi. Cowoknya berlagak nggak ada kejadian apa pun dan mutusin hubungan gitu aja. Kebayang kan gimana kacaunya Siahna? Kuliahnya ikut kocar-kacir. Sampai akhirnya dia ngalamin infeksi di rahim, efek dari aborsi itu. Waktu akhirnya ditangani dokter, budenya malah minta rahim Siahna diangkat sekalian."

Mendengarkan penuturan panjang Kevin itu, entah berapa kali Renard harus mengepalkan tangan dan menyabarkan diri mati-matian. Jika menuruti hasratnya, dia sungguh ingin mencari tiga manusia itu dan menghajar mereka habis-habisan. Tak peduli meski salah satunya adalah mantan istri Renard sendiri. Peristiwa brutal yang dialami Siahna, membuatnya patah hati.

"Andai aku tau Bella itu alias Abel, udah dari dulu kubuat dia menderita," imbuh Kevin lagi. Wajah lelaki itu tampak pucat sejak Renard memberitahunya tentang siapa sebenarnya Bella. "Aku percaya sama Siahna, Re. Dia nggak akan mengarang cerita seseram itu. Aku kenal Siahna sejak dia ditangani sama psikiater."

"Kamu ke psikiater yang sama?"

"Hei, kita lagi ngomongin soal Siahna. Bukan soal aku," elak Kevin.

"Kamu sering ketemu sama budenya? Aku pengin kenalan sama perempuan yang bisa kejam banget ke ponakannya sendiri."

"Nggak pernah ketemu," Kevin menggeleng. "Budenya Siahna udah pindah entah ke mana, nggak pernah ngabarin ponakannya. Mereka putus kontak sejak rahim Siahna diangkat. Dia DO dan diusir dari rumah budenya. Udahnya, Siahna kuliah di Bogor sampai kelar."

Lalu, Renard membiarkan Kevin menelepon Bella dan bicara tajam tanpa basa-basi. "Bella, aku udah tau siapa kamu. Atau, haruskah kupanggil Abel, kayak pas kamu masih kuliah? Dulu kamu bisa menjahati istriku, sekarang situasinya udah berubah. Siahna nggak sendirian lagi, dia punya suami yang siap membelanya mati-matian. Kalau kamu berani dekat-dekat Siahna atau sengaja nyari gara-gara, siap-siap aja untuk hidup menderita."

Di antara sekian miliar manusia di dunia ini, Tuhan memilih Siahna untuk mengalami banyak sekali hal buruk yang mengerikan. Hebatnya, perempuan itu bisa bertahan tanpa menjadi manusia jahat yang sinis. Untuk alasan itu saja sudah cukup membuat Renard makin mencintai Siahna.

Sebelum memaksa Kevin mencari tahu keberadaan Siahna dan merasa yakin bisa bicara dengan kepala dingin, Renard menelepon Bella. Lalu, dengan tegas dia meminta perempuan itu menjauh dari hidupnya dan jangan pernah lagi muncul di rumah sang ibu.

Meski hatinya makin mantap mencintai Siahna, nyatanya perempuan itu tidak menyambut perasaan Renard seperti yang diinginkan.  Perempuan itu terkesan tidak tertarik padanya. Namun, Renard keras kepala dan tidak menyerah begitu saja. Dia tidak mengira jika semua upayanya membuahkan hasil. Siahna akhirnya mengaku jatuh cinta padanya juga.

Ketika memeluk perempuan itu, Renard mustahil menggambarkan perasaan bahagia yang sedang merajai dadanya. Siahna yang tangguh itu, menyerahkan hati padanya. Diam-diam Renard bersumpah kepada Tuhan, bahwa dia takkan mengecewakan Siahna. Apa pun yang terjadi. Dia akan menjaga dan menjauhkan Siahna dari bahaya.

Di mata dunia, hubungan mereka mungkin terlihat aneh. Adakalanya pasangan itu makan bertiga dengan Kevin. Atau berempat dengan Gwen. Gadis cilik itu tentu saja girang luar biasa karena bertemu om dan tante favoritnya. Sementara proses perceraian Kevin-Siahna jalan terus tanpa kendala.

Renard tidak bisa mengikuti sidang perceraian Siahna dan Kevin dengan detail karena disibukkan oleh pekerjaan. Dia sempat harus terbang ke Bali untuk melakukan tugasnya sebagai auditor. Total enam hari penuh Renard akan berada di Pulau Dewata. Kendati demikian, komunikasinya dengan Siahna tidak terputus sama sekali.

Selama di Bali, Renard dan timnya harus memeriksa setumpuk dokumen. Ini rutinitas yang harus dikerjakannya tiap kali mendatangi cabang-cabang Goliath untuk melakukan tugasnya. Lelaki itu juga harus melakukan sederet wawancara dengan para karyawan. Semua hasil yang didapat akan dirangkum dan dilaporkan pada pihak berwenang.

Satu panggilan telepon dari Petty, memberi Renard kejutan. Si sulung yang tampaknya belum bisa menerima kenyataan tentang orientasi seksual Kevin, kali ini mengajukan pertanyaan tak terduga. "Bener nggak sih, Siahna pernah aborsi, Re?"

Sambaran petir seolah baru saja menghantam telinga Renard. Lelaki itu tadinya sedang menulis sebuah catatan saat menerima telepon, kini duduk tegak di kursinya. Dia memandang ke sekeliling ruangan tempatnya bekerja. Untungnya tidak ada orang sama sekali. Rekan-rekannya sedang makan siang. Renard tadinya berencana melakukan hal yang sama. Ini adalah hari terakhirnya di Bali. Besok dia akan kembali ke Jakarta dengan penerbangan pagi meski pekerjaannya sudah hampir selesai.

"Mbak, nelepon aku cuma mau nanya itu? Kirain karena kangen." Renard menunda menjawab pertanyaan Petty, dengan otak bekerja keras mencari jawaban.

"Aku tau kamu besok bakalan pulang. Cuma, nggak sabar aja nunggunya. Aku nanya sama kamu karena tau kalau kamu dekat sama Siahna dan Kevin. Kalian pernah makan malam bareng, kan? Sammy yang bilang, katanya pernah ngeliat."

Renard cuma bisa memikirkan satu jawaban. "Kenapa nggak nanya sama Kevin aja? Mbak kira, ada yang mau cerita rahasia kayak gitu ke aku? Eh, sebentar! Siapa sih yang ngasih tau soal itu?"

Petty menjawab tanpa pikir panjang. "Tadi aku nggak sengaja ketemu Bella. Dia lagi ada urusan di dekat kantorku, sekalian mampir. Kami cuma ngobrol sebentar karena kayaknya Bella juga buru-buru. Aku nanya kenapa dia nggak datang pas pemakaman Mama dan setelahnya. Ternyata beneran dilarang sama Kevin. Kata Bella, itu karena dia tau rahasia Siahna. Ya, soal aborsi itu. Tapi aku nggak langsung percaya aja. Yah, tau sendiri gimana Bella, kan? Cuma tadi itu aku kasian juga ngeliat dia karena nggak dibolehin ngelayat. Mata Bella sampai berkaca-kaca pas ngomongin soal itu."

Sembari mendengar penuturan kakaknya, Renard mengutuki Bella dalam hati. Kepalanya pun seolah diserang ribuan jarum yang membuat pengar. Setelah mendapat peringatan keras darinya dan Kevin, Bella dengan licik beralih pada Petty. Entah apa pertimbangannya hingga nekat mengabarkan berita itu. Apa Bella tidak cemas jika masalah itu akan menjadi bumerang baginya?

"Mbak, kenapa kita harus ikut repot ngurusin Siahna, sih? Kalaupun dia pernah aborsi, itu urusannya. Nggak ada sangkut pautnya sama kita, kan?" Renard berusaha mengucapkan kata-katanya dengan tenang.

"Soalnya, semua jadi masuk akal, Re."

"Apanya?"

"Itu, alasan Kevin cerai. Pasti dia pengin ngelindungi Siahna supaya kita nggak benci sama istrinya, kan? Kevin kan tau banget kalau Siahna itu disayang semua orang. Makanya sampai ngarang cerita kalau dia gay. Sumpah, aku lega banget sekarang ini. Wajar kalau Kevin mutusin cerai karena Siahna diam-diam aborsi. Nggak nyangka banget, perempuan sebaik Siahna ternyata sanggup ngelakuin hal kayak gitu."

Renard terperangah, tidak mengira Petty akan mengambil kesimpulan menyedihkan seperti itu sekaligus menuding Siahna dengan keji. "Mbak nggak nanya ke Bella, dari mana dia tau Siahna pernah aborsi?" Renard masih berjuang supaya bicara dengan nada datar.

"Nggak, soalnya buru-buru. Bella cuma minta maaf karena nggak berani datang pas Mama meninggal. Dia ngerasa nggak enak karena gimana pun pernah jadi menantu Mama. Waktu kutanya kenapa Kevin sampai ngancem, dia bilang karena tau rahasia Siahna itu."

Renard memejamkan mata. "Trus, kenapa Mbak malah nelepon aku? Kenapa nggak nanya ke orangnya langsung? Atau ke Kevin?" Namun, sesaat kemudian dia menyesali usul itu. Bagaimana jika Petty benar-benar nekat bertanya pada Siahna?

"Nggak ah, takutnya Kevin ngamuk. Kalaupun nanya ke Siahna, rasanya gimanaaa gitu. Trus, dia pasti ngomong ke Kevin. Aku nggak mau malah berantem sama adikku." Petty berhenti sejenak. "Aku sengaja nanya ke kamu karena Bella bilang kamu juga tau, kok. Apalagi, kamu kan sering ketemu Siahna sama Kevin. Gwen suka cerita ke mamanya."

"Aku nggak tau apa-apa, Mbak. Aku memang sering ketemu mereka. Kalau Gwen lagi nginep di rumah Mama, kadang kuajak ketemu om dan tantenya. Wajar, kan?" Renard mengernyit. Dia ingin membuat pengakuan tentang hubungan dengan Siahna, tapi akal sehatnya melarang. Perceraian Siahna-Kevin sudah hampir selesai. Tidak ada gunanya mengejutkan Petty karena hanya akan memicu kehebohan baru.

"Renard, kalau kamu mau ngelindungi Siahna, nggak ada gunanya. Toh, nanti juga bakalan ketauan."

Namun, Renard memang ingin melindungi Siahna. "Mbak, kenapa malah selalu mojokin Siahna, sih? Kenapa Mbak nggak percaya kalau Kevin itu gay? Dia memang adik kesayangan kita, tapi bukan berarti Kevin selalu benar. Aku udah tau soal Kevin sejak beberapa tahun lalu. Makanya pas mereka nikah, aku sempat nanya ke Siahna, apa yang bikin dia mau jadi istrinya Kevin? Karena aku tau, dia nggak bakalan dapat suami dalam arti yang sesungguhnya."

Hening selama beberapa detik. "Serius ini, Re?"

"Untuk apa bohong, coba? Aku nggak bermaksud belain Siahna, tapi nyatanya dia memang nggak salah." Renard memejamkan mata sambil bersandar. "Udahlah Mbak, kalau Bella ngomong apa-apa jangan ditanggapin. Mbak harusnya curiga, ngapain dia tiba-tiba mampir ke kantor? Selama ini nggak pernah, kan? Selain itu, Kevin punya alasan ngelarang Bella. Aku sendiri pun udah bilang, Bella nggak perlu datang lagi ke rumah Mama. Kalau kemarin itu Bella tetap datang, aku yang bakalan ngusir dia."

"Wah, aku nggak tau."

"Makanya, jangan gampang banget terpengaruh. Selagi lagi ya, Kevin memang gay," kata Renard penuh tekanan.

Setelah sambungan telepon itu terputus, Renard baru menyadari jika tangan kanannya terasa nyeri. Penyebabnya, pulpen yang tadi dipegangnya sudah patah menjadi dua. Kepala lelaki itu seolah berputar. Baru saja Renard merasa lega karena sekarang bersama perempuan yang dicintainya. Namun tampaknya Bella tidak bersedia diam saja. Apakah perempuan itu mencurigai sesuatu terkait Renard dan Siahna?

Sebenarnya, itu bukan sesuatu yang mengherankan. Renard sudah memprediksi bahwa suatu saat Bella akan berulah. Setelah tahu siapa istri Kevin dan tanpa keberatan membongkar rahasia Siahna, Bella yang pencemburu itu tentu curiga karena sudah pasti Gwen sering menyebut nama tantenya.

Karena tidak bisa tenang setelah mendapat telepon dari Petty, Renard memajukan jadwal kepulangannya ke Bogor. Karena pekerjaannya sudah tuntas menjelang sore, lelaki itu terbang dengan pesawat pukul 8 malam. Renard tiba di Bogor menjelang tengah malam. Jika mengikuti kata hati, dia ingin langsung menemui Siahna. Namun, tentu saja Renard harus bisa mengendalikan diri karena waktunya memang tidak tepat.

Kesulitan memejamkan mata, Renard akhirnya sudah berdiri di depan pintu apartemen yang dihuni Siahna pukul enam pagi. Siahna keheranan melihatnya tapi perempuan itu langsung menghambur ke pelukan Renard. "Aku nggak nyangka bisa sekangen ini sama kamu."

Lagu : Endless Love (Luther Vandross ft Mariah Carey)

Ada kabar gembira nih, buat penyuka cerita-cerita yang agak berbeda. Entah dari romansanya sampai kondisi para tokoh utamanya. Aku dan lima penulis lainnya bikin seri baru yang dikasih judul #UnconditionallyLoveSeries.

Pengin tau seberapa berbeda kisah-kisah yang kami tulis? Bisa cek di sini jadwalnya. Eh iya, jangan lupa komen dan vote-nya, ya.

Senin dan Selasa : I Need You - kakahy

Selasa dan Rabu : Ready to Love You - purpleefloo

Rabu dan Kamis : Lovesick – Indah Hanaco

Kamis dan Jumat : Shades of Cool - awtyaswuri

Jumat dan Sabtu : Inspirasa - coffeenians

Sabtu dan Minggu : Icy Eyes - matchaholic

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top