Benang Takdir


Happy reading n enjoy this story

Setelah makan malam, Violetta berjalan diiringi Jun Ki menuju kamar hotel. Jam menunjukkan pukul 8 malam. Masih terlalu dini untuk tidur. Tapi, Jun Ki meminta sang Putri untuk berada dikamarnya saja malam ini.

Violetta merebahkan dirinya diatas kasur empuk milik hotel. "Jun Ki hari ini aneh. Tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Apa ada masalah? Firasatku buruk tentang ini," kata Violetta merubah posisinya menjadi duduk.

Ponsel sang Putri berbunyi. Violetta segera mengambil dan melihat ponselnya. "Uh, kupikir apa. Ternyata hanya notifikasi biasa."

Apa sih yang kupikirkan? Kenapa aku jadi teringat Jun Ki, batin sang Putri heboh sendiri.

Violetta mengganti dressnya dengan gaun tidur bertali tipis yang biasa ia kenakan di istana. Bersiap untuk tidur.

"Masih jam segini. Tapi aku sudah mengantuk," Violetta memposisikan dirinya agar nyaman saat tidur. Memeluk bantal adalah hal yang dilarang saat tidur di istana. Tapi disini ia bebas. Dan Violetta menyukainya. Beberapa menit kemudian, sang Putri tertidur.

Sementara dikamar sebelah, sang pengawal sibuk mempersiapkan diri untuk hari esok. Tanpa ia sadari gerak-geriknya diawasi sejak sore tadi.

Saat Jun Ki mulai tertidur, jam menunjukkan pukul 11 malam. Tanpa ia sadari. Seseorang berusaha masuk ke kamar sang Putri.

Ceklek... Pintu kamar hotel 205 terbuka. Seseorang masuk, ia menoleh ke kanan dan kiri melihat keadaan. Memastikan tak ada yang melihatnya. Setelah dirasa aman, ia masuk.

Kamar hotel yang mewah itu tampak redup. Hanya lampu tidur yang menerangi. Seorang gadis cantik terlihat tertidur dengan pulas berbalut selimut. Gadis itu tidak menyadari bahwa seseorang telah membobol kamarnya. Dan kini telah berada didalam.

Orang itu menyeringai. Mengamati sang Putri yang terlelap. Ia berbisik memberitahu rekannya melalui earphone.

Tangannya bergerak mengambil sebuah pisau yang hendak ia tancapkan ke tubuh sang Putri.
Setelah mendapatkan pisaunya, orang itu segera menyibak selimut yang menutupi tubuh indah sang Putri. Saat ia bersiap untuk menghujamkan pisaunya.

Brak... Seseorang menendang tubuhnya dengan keras sampai menabrak dinding kamar.

"Berani-beraninya kau menyentuh Tuan Putri!" Desis Jun Ki murka.

"Kyaaaaaaa!!!" Teriakan sang Putri terdengar sampai keluar. Violetta terbangun karena suara berisik yang ditimbulkan si penyusup.

"Ukh...," Gumam si penyusup berusaha untuk bangkit setelah ditendang keras oleh Jun Ki.

Brak! Pintu kamar hotel dibuka paksa oleh beberapa pria bertopeng. Sepertinya mereka rekan penyusup yang hendak membunuh sang Putri.

Dan benar saja, mereka langsung mengepung Jun Ki yang segera melindungi sang Putri yang berdiri dibelakangnya. Enam pria bertopeng itu mengeluarkan senjatanya. Pisau-pisau itu tampak berkilat seolah tak sabar untuk menumpahkan darah malam ini.

"Jun Ki, bagaimana ini..." Violetta gemetar ketakutan.

"Tenanglah, Yang Mulia. Saya akan melindungi Anda," ujar Jun Ki menenangkan sang Putri. Ia mengambil posisi bertahan dengan kedua tangannya yang siap untuk menangkis serangan para penyusup.

Wuuush wuuush wuuush.... Pisau-pisau itu diayunkan kearah sang pengawal. Untuk membuatnya lengah. Namun Jun Ki tidak semudah itu untuk lengah. Dia menangkis semua serangan mereka. Kemudian menarik tangan sang Putri, mengajaknya berlari keluar untuk menyelamatkan diri.

Prioritas utamanya adalah keselamatan sang Putri. Tidak perlu untuk membunuh mereka bila memang keadaan tidak memungkinkan.

Tap tap tap... Suara derap kaki Violetta yang berlari bersama pengawalnya terdengar. Violetta menoleh kebelakang, didapatinya beberapa pria bertopeng itu mengikuti mereka.

"Jun Ki, mereka... mereka mengikuti kita," suara sang Putri terdengar panik.

Jun Ki menoleh kebelakang. "Ck, mereka gigih juga."

"Bagaimana ini?" Violetta tampak khawatir dan takut. Tentu saja wajar bila ia ketakutan. Ini pertama kalinya berlari dikejar-kejar penjahat.

Jun Ki yang tak habis akal memutuskan untuk menarik sang Putri menuju tangga darurat. Ia membuka pintu dengan cepat. Kemudian menahannya dengan tubuhnya.

"Tuan Putri, berlarilah terlebih dahulu. Saya akan menyusul setelah menghabisi mereka," ujarnya seraya memberikan sebuah kunci mobil.

"Apa maksudmu, Jun? Bagaimana aku bisa lari sementara kau--" Violetta menggeleng tidak percaya dengan kata-kata Jun Ki.

"Saya berjanji akan kembali. Tunggu saya di mobil." Jun Ki mendorong sang Putri agar segera lari.

Violetta terdiam kemudian mengangguk. "Berjanjilah untuk tidak terluka," kata sang Putri sebelum berlari menuruni tangga menuju basement.

Brak brak brak! Suara pintu darurat yang ditahan oleh Jun Ki terbuka paksa. Keenam pria bertopeng itu serentak menyerang membabi buta. Jun Ki berusaha mati-matian menahan serangan mereka dengan tangan kosong. Peralatan tempurnya tertinggal dikamar hotel.

Di tangga darurat.

Violetta masih berlari tanpa alas kaki karena ia tak sempat memakainya. Gesekan keras dengan lantai tangga membuat kaki indahnya lecet.

Bruk... Sang Putri terjatuh. Lututnya terluka hingga berdarah. "Ukh..." Violetta meringis kesakitan.

Ini pertama kalinya ia berlari tanpa memakai apa-apa. Kecuali hanya gaun tidur bertali tipis yang membalut tubuhnya. Ia benar-benar menyesal karena meninggalkan ponsel dan sepatunya.

"Aku harus segera turun. Sebelum mereka... Tidak tidak. Pasti Jun Ki bisa mengatasinya. Ia sangat kuat. Aku yakin dia baik-baik saja." Violetta berusaha meyakinkan diri seraya bangkit.

Tangannya memegang pegangan tangga dan kakinya melangkah perlahan. Sang Putri berusaha menuruni anak tangga satu persatu. Meskipun membutuhkan usaha yang ekstra karena luka dikakinya.

Setelah beberapa menit ia sampai di basement. Dan berjalan tertatih mencari mobil yang dimaksud Jun Ki.

"Hah hah hah, dimana... Dimana mobilnya..." Violetta berjalan tak tentu arah. Dia sibuk menoleh kesana kemari namun tak melihat depan. Hingga menabrak seseorang.

Bruk... Violetta jatuh terduduk. "Ukh, sakit..."

"Hei, kalau jalan lihat-lihat dong!" maki pria yang baru saja menabraknya.

"Ma-maaf, aku.."

"Wow, gadis yang cantik," ternyata pria yang menabrak Violetta adalah pria mabuk. Bau alkohol tercium dari mulutnya. Ia membungkuk dan berusaha memegang tubuh sang Putri.

Violetta menggeleng. Ia ingin segera pergi tapi kakinya tidak sanggup untuk berdiri. Matanya terpejam takut.

"Hei, apa yang kau lakukan?" suara bariton seorang pria menyadarkan sang Putri.

Ya, lagi-lagi ia diselamatkan oleh seseorang. Tampak seorang pria mencengkeram tangan pria mesum yang hendak menyentuhnya. Pria itu kemudian menendangnya sampai menabrak tiang basement.

Violetta yang masih terkejut berusaha mencerna apa yang terjadi. Ia menatap pria yang berdiri di sampingnya. Tinggi dan tampan.

Pria itu membungkuk, mensejajarkan dirinya dengan Violetta yang masih terduduk. "Kau baik-baik saja, Nona?"

Mata indah milik sang Putri menatap intens pria dihadapannya. Ia masih terpesona dengan pria yang baru saja menyelamatkannya ini.

Pria tampan itu mengibaskan tangannya didepan wajah sang Putri. "Hei, Nona?"

"Ya?" Jawab Violetta seraya mengerjapkan matanya.

"Kau baik-baik saja?" Ia menatap tubuh sang Putri yang hanya berbalut gaun tidur yang tampak menerawang. Dengan cepat ia menutupi tubuh indah gadis dihadapannya dengan jas miliknya.

"Te-terima kasih..." ucap Violetta seraya menunduk malu. Sang Putri baru sadar bila ia tampak memalukan saat ini.

"Kau akan kedinginan bila berpakaian seperti itu," pria tampan itu melepas kacamata hitamnya. Menampakkan sepasang mata tajam yang membuat Violetta berdebar ketika ditatap olehnya.

"Aku--" belum selesai Violetta berbicara seseorang mengejutkannya.

"Jin Hyuk, kenapa kau masih disini?" Tanya seorang pria tinggi kepada pria tampan itu.

Pria tampan itu menoleh. "Oh, Hae Jin. Ada yang harus kuurus terlebih dulu. Kau duluan saja."


"Yang benar saja. Kita harus melakukannya bersama kalau ingin ini berlangsung dengan cepat." Hae Jin, rekan Jin Hyuk itu mendesah. Keningnya berkerut melihat seorang gadis yang berbalut jas milik Jin Hyuk tampak berantakan.

Siapa dia? Bukankah Jin Hyuk tak punya kekasih?
Batin Hae Jin bertanya.

"Terserah kau saja. Sepertinya kita harus kembali." Tanpa aba-aba, Jin Hyuk menggendong sang Putri.

"Kyaaa..." Violetta yang terkejut terpekik. "Me-mengapa?"

"Kau harus diobati. Kakimu terluka," ucap Jin Hyuk datar.

Violetta yang terlalu terkejut dengan segala tindakan Jin Hyuk hanya menunduk malu. Jantungnya terus saja berdebar dengan kencang.










Finally, bisa nulis sepanjang ini tanpa pegel...sugoi sih 🙄🙄🙄
Jangan lupa vote comment n share this story 😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top