Two


Jaejoong terbangun dengan keadaan segar bugar. Tubuhnya menggeliat dengan merentangkan kedua tangan, sepertinya semalam ia sudah tertidur panjang dan sangat lelap. Tersadar matahari pagi sudah ada di ufuk timur saja. Kakinya segera melangkah masuk kamar mandi tidak butuh waktu lama untuk mandi dan berpakaian santai.

Sejak membuka mata, Jaejoong merasa belum bertemu dengan Yunho. Dan, Apa jadinya dengan kemarin saat dirinya tidak datang? Apakah Yunho mencari-carinya? Apa Yunho marah? Pikiran pikiran hal itulah yang bersarang di kepalanya membuat penasaran diri.

Jaejoong segera bergegas untuk turun ke lantai bawah. Mungkin, Yunho masih ada di bawah untuk menungguinya sarapan atau mungkin juga ia sudah pergi ke kantor. Tapi, sepertinya dugaan terakhirnya salah. Ia masih mendengar suara tawa di ruang makan.

Bibir Jaejoong tersenyum senang. Melihat Yunho dan Boa sedang bicara dan terlihat begitu menyenangkan, tapi fokusnya hanya pada Yunho rasanya sudah sangat lama ia tidak berbicara dan tertawa lepas bersama Yunho. Ia merindukan hal senyum dan tawa itu untuknya.

Kursi di samping Yunho tergeser ke belakang, Jaejoong mendudukan dirinya di sana dan menatap kedua orang yang sedang sarapan dengan senyum manisnya. "Selamat pagi,"

"Pagi Jonggie." jawab Boa dengan balas tersenyum, tangannya bergerak cepat langsung meyodorkan sepiring omurice buatannya ke depan Jaejoong. "Maaf, kami lebih dulu makan, sudah sangat lapar dan tidak biasanya kau bangun sangat terlambat Jonggie, jadi aku yang memasak, bagaimana. apa kau suka masakanku?"

Jaejoong menyuap dan mengangguk, tersenyum kecil mengangkat jempol tangannya. Itu sudah membuat Boa senang dan kembali menekuni sarapan nya sendiri. Matanya memandang Yunho yang masih terdiam, ia merasa aneh Yunho tidak menyapa Jaejoong.

Jaejoong juga hanya melirik piring Yunho masih penuh dan hanya di acak-acak oleh sang empunya. Dirinya ingin sekali Yunho bertanya sesuatu padanya tapi rasanya tidak mungkin. Ia tahu pria Jung kini sedang mengabaikanya. Ini membuatnya geram. Baiklah, jika itu maunya. Yunho juga seharusnya sadar kesalahannya.

"Oh, yah, Jonggie. Kau tidak apa apa kan kemarin. Yunho tidak tenang menunggu dirimu, kau tahu?" tanya Boa melihat kedua orang di depannya tengah saling diam.

Jaejoong hanya mengangkat bahunya tidak ingin menjawab pertanyaan itu, ia malah mengalihkan pertanyaan pada yang lain," Noona, tidak biasanya mau sarapan di rumah, eum?"

Boa terkekeh kecil sambil mengusap perutnya yang buncit, " Ahk, sepertinya Baby-ku tidak akan terlalu berulah lagi, ia mulai bosan dengan makanan di luar bahkan, sampai semalam ternyata aku tak bisa makan apapun di restoran mahal itu."

"Bukan hanya karena itu juga, bukan, Noona sebelumnya sudah terlalu banyak mengemil dan akhirnya kekenyangan. Sehingga sampai waktu makan malam kau sudah tidak bisa lagi memasukkan makanan ke mulutmu, " Ujar Yunho sampai tertawa geli melihat bagaimana Boa yang lapar mata.

Boa mencebil sebal, ia memukul punggung tangan Yunho dengan sendoknya," Yakh, jangan tertawa seperti itu. Kau, senang melihatku menderita, yah?"

Yunho menggeleng. Ia meminta maaf dan kembali menyuap sarapannya. Berbicara dan tertawa sedikit meringankan perasaannya. Ia sibuk berbincang dengan Boa seolah hanya merekalah yang berada disini. Dengan sengaja ia mengabaikan keberadaan Jaejoong. Pria itu sudah membuatnya kecewa dan khawatir.

Jaejoong menatap miris pemandangan ini. Dirinya sudah seperti orang lain saja yang berada di antara mereka. Padahal dirinyalah pasangan sang tuan rumah tapi kenapa malah terbalik jadi Boa yang istrinya di sini. Melihat cara mereka berinteraksi pun sudah layaknya pasangan suami istri.

Sebelum sarapan Jaejoong berhasil habis dikunyahnya, kedua orang itu sudah berdiri. Yunho yang sama sekali tidak ingin berbicara dengannya langsung melangkah pergi dan Boa sendiri berpamitan. Ia berbicara mengenai Yunho yang sedang marah.

"Maaf jika aku ikut campur urusan kalian. Tapi Jonggie , tidak bisakah kau minta maaf padanya. Semalam ia sungguh sangat marah juga khawatir padamu. Bahkan tak ada satupun makanan yang ia sentuh." ucap Boa. Dia sebenarnya tidak tahu masalah apa yang mereka hadapi. Tapi, dirinya tidak nyaman melihat mereka tidak bicara."Oh, atau aku saja yang harus bicara pada Yunho agar tidak marah lagi padamu hm, Beruang itu sulit sekali dikendalikan jika sudah marah, bukan?"

Jaejoong menatap Boa dengan jengah, tapi mudahnya ia berhasil menutupinya dengan bibir yang tersenyum, meski begitu Boa bukan tidak tahu. Jaejoong tidak suka dengan perkataannya. Dengan sedikit gugup Boa mulai merapihkan piring makannya dan Yunho lalu segera berlalu pergi. Yunho sudah menunggunya di luar.

**

Junsu dan Yoochun tertegun melihat kehadiran Jaejoong yang tiba-tiba ke apartemen mereka dengan sekotak besar bir kaleng dan beberapa botol wine. Senyum lebarnya menampilkan berderet gigi putih dan sehat, tapi mata bulat hitam itu tak bisa berbohong.

Sebotol wine dan berkaleng-kaleng bir sudah kosong berserakan di ruangan santai milik Yoochun dan Junsu. Kedua orang tersebut menatap tidak mengerti apa yang tengah dilakukan Jaejoong sahabatnya dengan minum banyak seperti ini. Wajahnya kini sudah merona merah padam sudah setengah mabuk.

Akan tetapi, sampai saat ini. Masalah apa yang tengah Jaejoong dan seperti apa yang dihadapinya belum sama sekali diceritakannya. Mereka tahu, Jaejoong tidak akan sampai seperti ini jika tidak ada yang membuatnya sangat terluka. Mulutnya hanya merancau hal yang tidak penting seperti selamat atas pernikahan mereka yang sudah terjadi bulan lalu.

Junsu mencoba mendesak apa yang ingin dia ketahui, tapi hasilnya Jaejoong tetap bungkam. Dipikiran Jaejoong saat ini dirinya masihlah seorang pria yang mampu mengatasi masalahnya sendiri, sekarang ia hanya ingin merasa tenang dengan cara mabuk. Dan, ketakutan terbesar Jaejoong adalah jika sampai mereka bicara pada Yunho. Dan, pria Jung itu bisa melihatnya yang terpuruk, lemah dan tidak berdaya hanya karena kesepian yang mulai menggerogoti hatinya.

"Hyung, kau sudah sangat mabuk? Sebenarnya ada apa denganmu. Berceritalah pada kami? " Junsu duduk merangkul tubuh Jaejoong yang sudah bau alkohol. "Kau punya masalah dengan Yunho Hyung, eoh, Jangan hanya seperti ini."

"Tidak ada, suei." Jaejoong membelai surai rambut pirang Junsu. "Aku baik dan hanya merasa bosan, lagipula aku sudah lama tidak mabuk, bukaaan? Sepertinya sejak berhubungan dengan si beruang jelek itu hehe.... Aku ingin seperti dulu bersenang-senang dengan kalian dan sekalian merayakan kembalinya kalian dari bulan madu, Yeayy! "

Jaejoong mengajak Junsu untuk berdiri dan bergandengan tangan sambil berteriak tak jelas. Tidak lupa ia juga menarik Yoochun untuk ikut berjingkrak bersama seolah ada musik menghentak berbunyi.

Pasangan YooSu menggeleng pasrah. Mereka menuruti semua kegilaan Jaejoong Hyung-nya. Bernyanyi seperti orang gila, menari bagai orang kesurupan dan tertawa hingga sakit perut dan hal gila tersebut berlangsung sangat lama sampai-sampai mereka akhirnya kelelahan dan tertidur.

*

Di tengah malam tiba-tiba Jaejoong terbangun dengan kepala yang berat dan sangat pening. Pandangannya berkabut berkali-kali ia mencoba mengerjap sampai jelas. Matanya menyipit pada orang di sampingnya. Eoh, ternyata bukan Yunho yang dia peluk tapi Junsu dan sepertinya ia masih berasa di rumah mereka.

Tidak lama Jaejoong juga mendengar erangan suara Yoochun yang berada di belakang tubuhnya, dirinya berbalik melihat kebingungan dari pria tampan itu. "Hyung ... kau itu?"

*

"Jaejoong Hyung kau belum pulang. Kukira kau sudah di jemput suamimu?" tanya Yoochun setelah mereka berada di dalam kamar mandi. Membasuh muka dan di sampingnya Jaejoong mengikuti. Mereka melakukan hal itu bergiliran. Tapi, sampai mereka selesai pun, tak ada jawaban apapun dari Jaejoong.

Setelah selesai dari kamar mandi. Yoochun segera mencari sesuatu yang bisa meredakan sakit kepala mereka. Jaejoong hanya duduk menunggu apa yang di cari, barulah setelah Yoochun duduk kembali dan menemukan obat pereda mabuk ia bisa lebih nyaman tanpa merasa mual ataupun pusing.

"Kau masih belum ingin bercerita?" tanya Yoochun yang lansung tidur dipangkuan Jaejoong. Hal ini biasa mereka lakukan. Dirinya, Junsu dan satu orang lagi Changmin adalah dongsaeng yang Jaejoong anggap seperti itu. Persahabat mereka sudah lebih dari saudara dan terlampau lama sejak mereka masih bocah ingusan .

"Yah, hanya sedikit masalah rumah tangga," jawab Jaejoong akhirnya. Matanya menatap Yoochun di pangkuanya. Membelai rambut tipis itu penuh dengan sayang rasa sayang, "Aku dan Yunho bertengkar, tapi tidak bertengkar hebat. Kami hanya saling mendiamkan selang beberapa waktu ini. Dan, tenanglah Nanti pasti akan kembali seperti semula."

"Kau harus mencoba berbicara dengannya, cobalah katakan apa yang kalian inginkan dan saling memberi pengertian." Jaejoong mengangguk mengerti. "Oh, yah. Apa Boa Noona tidak menjadi masalah di antara hubungan kalian berdua."

"Dia yeoja yang baik dan ramah, tidak ada masalah."

"Kangta Hyung belum juga akan kembali hm, kasian sekali bukan kalau Boa Noona melahirkan tanpa suaminya." ujar Yoochun

Jaejoong tersenyum."Masih ada Yunho yang akan sangat menjaga dan merawat mereka dengan sangat baik. Tidak perlu khawatir."

"Apa kau sedang cemburu Hyung?" tanya Yoochun yang mendengar nada sumbang ditiap jawaban Jaejoong barusan.

Jaejoong hanya mengangkat bahunya. Tidak ingin menjawab, biar saja hal seperti itu jadi rahasia untuk dirinya sendiri tidak perlu dikatakan. Ini hanya merendahkan dirinya saja dengan mengatakan cemburu pada wanita hamil dan marah hanya karena suaminya lebih perhatian pada iparnya tersebut.

Malam itu keduanya bercerita banyak hingga tak tahu waktu yang membuat mereka kembali tidur dan terbangun karena mendengar rengekkan Junsu yang marah besar bukan karena cemburu, tapi karena ia di tinggal tidur sendiri di kamar. Ia juga semakin kesal melihat Jaejoong dan Yoochun malah tertidur di sofa dengan keadaan seperti semalam Yoochun yang tertidur di pangkuan Jaejoong.

*

Rumah terasa sepi, Jaejoong pulang siang menjelang sore. ia tidak tahu apakah Yunho mencarinya atau tidak. Saat membuka ponsel pun tidak ada panggilan atau pesan yang di dapatnya. Apa Yunho sudah tidak peduli lagi padanya.

Jaejoong menghela napas panjang. Ia berjalan membuka jendela kamarnya lebar-lebar dan mematikan AC. Membiarkan angin alami memasuki kamarnya. Memandang langit biru di atas sana, sinar matahari menerobos masuk menyentuh tubuhnya, terasa hangat sekaligus hampa. hatinya merasakan kekosongan yang pekat.

Kakinya melangkah keluar jendela berdiri di balkon, tidak lama sampai ia memilih bersandar duduk pada jendela di atas lantai. "Yunnie, aku sangat merindukanmu."

Tanpa terasa air mata menetes membasahi pipi. Ia tak percaya bisa menangis karena merindukan orang yang masih berada di sampingnya, yang masih bisa di lihatnya. Namun, terasa jauh dari lubuk hatinya.

*

Jaejoong sudah mulai menyiapkan makan malamnya. Saat Yunho dan Boa datang dengan wajah mereka yang berseri dan senyum tak lepas dari bibir mereka. "Kalian pulang cepat, tidak biasanya?"

Keduanya makin tersenyum bahagia. Yunho mengelus perut buncit Boa yang sedang hamil 5 bulan seolah ingin mengecupnya juga, tapi segera Boa menghindar bergerak menjauh dan memandang kikuk pada Jaejoong. Sedangkan, Yunho sendiri nampak tak acuh .

"Kami menang tender besar, Sayang. Kau tahu berkat siapa? keponakanku yang masih di perut ini." Yunho berbicara penuh dengan semangat tangannya pun tidak berhenti mengelus kembali perut Boa.

"Yunho, hentikan jangan terus mengelusnya. Aku malu pada Jaejoong Jonggie, Maaf!" Boa memukul pelan tangan Yunho.

"Yakkhh, Noona aku tidak mau mengelusnya lagi, jika kau memintanya. Awas saja, karena baby di dalam perut itu cuma mau di tenangkan, Samchon-nya saja."

"Ish, kau ini! " Boa ingin sekali memukul kepala Yunho yang bodoh itu, apa dia tidak berpikir, bagaimana jika Jaejoong cemburu.

"Boo kemarilah sentuh perutnya, Kau tahu bayinya sudah mulai sangat aktif bergerak." Yunho menarik tangan Jaejoong dan menempelkanya di perut Boa. "Kau merasaksanya? itu mendebarkan sekali, bukan? Aku ingin segera melihat keponakanku."

Jaejoong tersenyum lemah dan segera beranjak kembali ke dapur. Menahan rasa sakitnya yang entah sejak kapan menjalar di seluruh bagian tubuhnya, sendinya terasa linu. Jangan sampai air matanya keluar. Ia tidak selemah itu.

Yunho mengerutkan kening heran, melihat kepergian Jaejoong, tapi tidak lama ia sudah tersenyum lagi pada Boa. Tak cukup Yunho kembali menyampaikan terima kasih dan beranjak pergi ke kamarnya.

Selang beberapa lama Boa datang membantu Jaejoong di dapur. Berbicara tentang kebiasaan barunya dengan Yunho, soal elusan di perutnya juga tentang hal lain seperti pekerjaan mereka yang sebenarnya tidak dimengerti Jaejoong dan berakhir hanya gumaman saja sebagai jawaban atas kata-kata Boa karena ia lebih suka diam saat sedang memasak.

Yunho sudah duduk di ruang makan. Memperhatikan Jaejoong dan berpikiran aneh, jika saja Jaejoong bisa hamil. Namja cantik tersebut pasti akan sangat menawan, meski begitu itu hanya perandaiannya saja. Karena jarang sekali ditemukan pria bisa hamil, Tapi dirinya tak pernah sekalipun menyesal menikah dengan Jaejoong karena Namja cantik itulah cintanya.

Tatapan Yunho kini beralih pada Boa dan baju hamilnya. Tubuh kecil Yeoja itu jadi perhatian lebih meski dan kini sedikit gemuk mempesona. Ia pasti akan sangat menyayangi keponakannya. Apalagi, setelah melihat hasil USG beberapa minggu lalu. Bayi itu berdetak dan bergerak membuat dirinya yang bukan appanya itu berbahagia.

Jaejoong menata makan malamnya, ia melihat Yunho tengah menatap Boa dengan pandangan berbinar menerawang, bahkan sampai ia yang berdiri di depannya tak lagi terlihat. Sekali lagi ini menyakitkannya.

Boa yang sedang membasuh buah di westafel bahkan berbalik dan memercikkan air seolah tahu Yunho memerhatikannya, pria Jung itu hanya terkekeh dan barulah ia sadar ada keberadaan Jaejoong yang duduk di depannya. Yunho tersenyum lembut mencoba bermain mata dengan Jaejoong, tapi sayang pria berparas rupawan itu memilih berpaling, enggan walau hanya untuk melirik pria yang jadi pasangannya. Yunho yang tidak peka nyatanya, tidak terlalu peduli dengan hal itu. Ia hanya berpikir Jaejoong lelah atau sekadar merajuk.

*

"Jae, aku harus membereskan pekerjaanku dulu. Kau bisa tidur lebih dulu, Ok!" Yunho yang melihat Jaejoong sepertinya ingin bicara mendahuluinya, dirinya yakin Jaejoong hanya akan merajuk dan meminta sesuatu. "Sayang, besok pagi masih bisakan?"

Jaejoong sekarang sedang mencoba untuk membuat hubungannya dengan Yunho hangat seperti dulu dengan bersikap lembut dan sedikit merengek manja. Dulu hal itu tak pernah gagal untuk membuat Yunho terfokus padanya, tapi kali ini pria Jung itu berpaling darinya. ia jadi kalah penting dari pekerjaan Yunho dan tentu saja ia lebih dari kalah dari Boa. Saudara iparnya yang sedang hamil tersebut.

Daripada, terus merasakan sesak dirinya menyerah saja. Ia keluar dari ruangan pribadi Yunho dan membuka pintu kamar mereka yang terasa suram. Ia kesepian dalam kamar yang tak lagi hidup untuknya. Berat langkahnya untuk masuk, saat berbalik untuk menutup pintu lirikan matanya mendapatkan seluit sosok wanita hamil tengah berjalan masuk ke ruangan Yunho.

Dengan penasaran tinggi Jaejoong kembali ke sana. Bertanya-tanya dalam hati. Apakah keduanya tengah melakukan affair ? Tapi ia tepis hal itu. Ia yakin Yunho masih mencintainya. Begitupun hubungan Kangta dan Boa mereka saling mencintai.

*

Di dalam sana Boa sedang menghela nafas menatap Yunho yang super sibuk kerja. Ia bingung harus bagaimana bicara dengan adik iparnya ini. "Yunho-yah, ini sudah malam. Istirahatlah pekerjaan itu bisa dilanjutkan besok, bukan?"

Yunho hanya memandang Boa sekilas, ia kembali meneruskan pekerjaanya. "Sebentar lagi!"

Boa mendengus, ia menaruh cangkir kopinya sedikit keras. "Apa kau tak kasian pada Jaejoong. Dia akan kesepian di dalam kamar sendiri."

Yunho tersenyum mengejek, "Sepertinya kau yang kesepian, Jaejoongieku sih tidak mungkin. Akukan selalu ada untuk menghangatkanya setiap malam beda denganmu."

Boa berdecih sebal."Kau itu yah, aku sudah bilang lebih perhatianlah sedikit padanya. Kasihan dia, Ia pasti bosan tak bisa melakukan apa-apa karena kau kekang."

"Dia Namja dan tak manja sepertimu, Noona. Aku tidak mengekangnya, aku menjaganya dari hal buruk dan lagipula aku memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tidak kurang, apalagi?" Yunho menatap Boa dengan wajah bosan seolah pembicaraan ini sering kali terjadi, " Aku hanya memintanya untuk memberikan hati, jiwa dan raganya untukku dan aku akan berikan kebahagiaan dunia padanya."

Boa memutar bolanya, "Kau hanya menjadikanya burung dalam sangkar emas, tanpa tahu ia ingin bebas. Ini tidak adil." Yunho mengedikkan bahu tak peduli. Boa akhirnya bangkit, "Cepat istirahat sana, kau tidak merindukan Jonggiemu yang menggoda itu, huh!"

Terpaksa Yunho berdiri. Membereskan pekerjaannya. Boa tak akan berhenti merecokinya sebelum ia mendengar perintahnya. Memang ibu hamil kadang bisa lebih kejam.

Sedangkan, Jaejoong yang mendengar percakapan itu mulai melangkah pergi masuk kamar dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

'20 November 2015'

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top