29. story Melvi

Extra part lagi sesuai permintaan kalian gaesss😘

Untuk kalian yang minta sequel Renata, Zidan, Melvi dan Billal. Sabar gaess, masih cari inspirasi dulu😝

Happy reading
.
.
.
.

Melvi berjalan di lorong rumah sakit untuk menjemput sang Mama tercinta.

Seorang berjas dokter menabrak Melvi, hingga membuatnya terjatuh ke lantai.

Yang nabrak sapa yang jatuh sapa. Batin Melvi kesal.

Melvi mengulurkan tangannya untuk membantu perempuan didepannya berdiri. Perempuan itu berdiri dan membungkukkan badannya meminta maaf pada Melvi.

"Maaf, saya gak lihat ada anda tadi" Melvi mengangguk. Perempuan itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Saya Atikah, anda?" Tanyanya. Melvi sebenarnya malas untuk berkenalan dengan perempuan didepannya.

"Melvi. Permisi" Melvi undur diri menuju ruangan Azalea.

"Ah anak Mama yang gantengnya kayak Papa" Melvi berdecak sebal kala Azalea menggodanya seperti itu.

"Ayo pulang sekarang Ma, abang gak nyaman sama tatapan mereka" Azalea melirik sekitar yang tentu saja para kaum hawa menatap kagum pada Melvi.

"Oke anak ganteng Mama. Kita pulang yuk" Akan Azalea menggandeng lengan Melvi.

Melvi memperhatikan sekitar dan melihat Atikah sedang bersama orang yang dia kenal sebagai atasannya.

"Ayo bang pulang, mana mobilnya?" Melvi menunjuk mobil sedan berwarna hitam di dekat Atikah.

Mereka berjalan beriringan. Azalea menggandeng lengan Melvi. Melvi sangat senang sekali jika berjalan dengan Azalea seperti ini, sampai-sampai Arsa cemburu dibuatnya.

"Lea" sapa Farhan. Azalea tersenyum saat sapaan itu ditujukan padanya. "Apa kabar?"

Azalea mengangguk kecil. "Alhamdulillah baik"

Melvi merasa cemburu jika ada laki-laki lain yang menyapa Azalea kecuali para sahabat Azalea yang dia kenal.

"Lettu Melvi? Anak kamu dan Arsa?" Azalea mengangguk, masih menggandeng lengan Melvi.

"Ya. Atikah anak kamu?" Farhan mengangguk.

"Ijin mendahului Ndan. Ayo Ma, kita udah ditunggu Papa" Azalea mengangguk dan berpamitan pada keduanya.

Azalea sangat tahu kalau Melvi sangat tidak suka dirinya dekat dengan orang lain selain Arsa, kedua anaknya, para sepupu dan sahabatnya.

Sampainya dirumah pribadi Arsa, Azalea turun bersama dengan Arsa yang baru saja tiba dengan Billal disampingnya.

Billal segera memeluk Azalea dan menggandeng lengan Azalea untuk masuk ke rumah. Tentu saja Billal sengaja berbuat seperti itu. Dia malas kalau harus menyaksikan adegan romantis dari kedua orangtuanya.

"Dek, main nyelonong aja kamu" Arsa mendengus sebal, Melvi menahan tawa saat melihat wajah cemberut Arsa.

"Ngapain kamu? Mau ngejek Papa, hm?" Arsa menatap tajam Melvi.

"Siap salah" Melvi memilih pergi menyusul Billal dan Azalea didalam.

"Udah, Mama tuh istirahat aja, biar Billal yang masak" Azalea menatap horor Billal.

"Jangan buat dapur kesayangan Mama seperti medan perang ya" Billal terbahak mendengar perkataan Azalea.

"Ada abang yang bantuin Ma" Billal bersorak senang.

Azalea membuatkan Arsa teh hangat lemon, dan duduk di meja makan bersama.

"Pa, tadi komandan abang nyapa Mama" Arsa menaruh kembali gelas berisi teh lemon itu di meja. "Tanya kabar juga Pa"

Azalea menatap tajam Melvi yang nyengir tanpa dosa. Arsa menatap Azalea meminta penjelasan.

"Farhan cuma tanya kabar aja Pa" Azalea tersenyum.

"Kemarin juga ada dokter yang nyapa Mama lho Pa, dokternya ganteng Pa, kayak artis Korea" Azalea melotot kearah Billal yang mengalir pandangannya kearah lain.

"Ikut aku" Arsa menggenggam tangan Azalea di meja, menariknya lembut menuju kamar mereka.

"Billal request adik perempuan satu ya" teriaknya saat Arsa dan Azalea menuju kamar mereka.

Arsa dengan cepat mengunci pintu kamarnya. Melvi dan Billal tertawa terbahak-bahak karena melihat tingkah Arsa yang masih saja cemburu.

🔫🔫🔫

Tiga bulan berlalu, cukup bagi Melvi untuk dekat dengan Atikah. Hari ini Melvi berniat mengutarakan perasaannya ke Atikah.

Melvi berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan membawa setangkai bunga mawar merah. Langkah Melvi terhenti kala melihat Atikah sedang berciuman dengan seorang pria berbaju loreng. Melvi jelas sekali mengenalnya, dia adalah junior Melvi di Koramil.

Melvi memutar langkahnya kembali, dan menuju ruangan Azalea. Terlihat Azalea sedang berbicara bersama Alexa sahabatnya. Melvi menyalami Azalea dan Alexa.

"Buat Mama" Melvi menyerahkan setangkai mawar ke Azalea, sayang kalau dibuang.

"Ada apaan kasih Mama bunga? Tumbenan?" Melvi menggeleng dan berusaha tersenyum, meski hatinya terluka.

Apa yang Melvi lihat tadi membuat hatinya berdenyut nyeri. Melvi tidak menyangka kalau Atikah akan berciuman di lorong rumah sakit.

Azalea mengajak Melvi untuk pulang segera karena Azalea akan menemani Arsa ke luar kota sore besok.

Melvi melihat dua orang yang berciuman tadi sedang berdiri di hadapannya.

Lelaki itu memberi hormat untuk Melvi. Melvi mengangguk dan mencoba tersenyum kaku. Azalea tahu anaknya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Mohon datang ya bang" laki-laki itu memberikan sebuah undangan pernikahan yang tertulis nama Danang dan Atikah.

"Insha Allah. Ayo Ma, kita udah telat" Azalea menggandeng lengan Melvi tanpa banyak bicara.

Selama perjalanan Melvi hanya diam. Azalea menyentuh lengan Melvi dan mengusapnya lembut. Melvi menoleh sekilas ke arah Azalea.

"Mama tahu kalau abang sedang tidak baik sekarang. Tapi Mama cuma mau bilang, coba tanyakan kembali pada hati abang, apa betul abang jatuh cinta dengan dia atau hanya karena Mama yang sudah bertanya pasangan pada abang. Mama membebaskan abang memilih pasangan abang dengan bijak. Semoga abang bisa selalu bahagia"

Mobil sudah Melvi parkirkan di garasi rumah mereka. Melvi memeluk Azalea erat. Pelukan yang selanjutnya.

"Terimakasih Ma. Abang sayang Mama" Azalea mengangguk dan mengusap punggung anak laki-lakinya itu.

💂💂💂

Kedua saudara kandung itu duduk bersama di meja makan. Mereka berdua tampak terlihat lesu.

"Suriah lho bang, Suriah. Kenapa sih abang harus daftar kesana?" Ucap Billal menggebu-gebu.

"Kenapa?" Tanya Mel

"Tau ah" Billal mengusap wajahnya kasar. "Harusnya kalau patah hati tuh gak perlu pergi jauh-jauh, kemana gitu bang"

"Lebih baik pergi menjauh daripada harus lihat dia dengan orang lain" Melvi meninggalkan Billal yang cemberut, menuju kamarnya sendiri, menyiapkan keperluannya untuk ke Suriah minggu depan.

Arsa tidak dapat mencegah Azalea yang masuk rumah dengan wajah penuh emosi. Arsa baru saja mendapatkan telepon bahwa Melvi mendaftar menjadi relawan ke Suriah.

"Melviano Dirgantara Alfarizel, keluar sekarang" Azalea menggedor pintu kamar Melvi.

Melvi keluar masih menggunakan seragam dorengnya. Azalea menatap Melvi tajam, Melvi hanya mampu menunduk jika ditatap seperti itu oleh sang Mama.

"Ikut Mama"

Azalea menuju ruang tengah. Disana sudah berkumpul Azlan yang memang mendengar keributan di rumah ini, langsung datang dan ikut duduk di ruang tengah. Arsa dan Billal juga ikut duduk disana.

"Sudah tidak menganggap Mama dan Papa ada, eh?" Melvi menggeleng.

"Siap salah" jawab Melvi tegas. Dia tahu kemarahan sang Mama ditujukan padanya.

"Jelaskan maksud kamu apa? Mendaftar jadi relawan dan akan berangkat minggu depan ke Suriah tanpa bertanya pada Mama dan Papa? Mau kamu apa?"

"Siap salah"

"JAWAB"

Brakk

Semua mengurut dada kaget kala Azalea menggebrak meja didepannya.

"Abang cuma ingin menjadi relawan Ma. Dan itu hanya 1 tahun Ma" Melvi berjongkok di depan Azalea.

"Please Ma, Abang mohon, ijinkan abang pergi kesana" Melvi menggenggam tangan Azalea meminta restu.

"Pergi kesana agar bisa move on kan dari Atikah? Menghindari pernikahan mereka?"

Skakmat

Melvi hanya diam tidak menjawab. Dia hanya mampu mengangguk lemah. Memang tujuannya pergi ke Suriah hanya untuk itu.

"Apa yang bisa kamu janjikan untuk Mama?"

"Abang gak bisa menjanjikan apapun Ma" Azalea memeluk Melvi erat, menangis sesenggukan di pelukan sang anak.

"Setidaknya pulang kamu bisa bawakan Mama calon menantu" Melvi tertawa mendengarnya, dia mengangguk setuju.

💂💂💂

Hari keberangkatan Melvi pagi ini. Azalea heboh sendiri untuk menyiapkan keperluan sang anak. Padahal Melvi sudah menyiapkan semuanya jauh-jauh hari.

"Ayo buruan, ntar telat" Arsa menginterupsi.

"Jangan lupa kabari Mama tiap hari bang. Kalau sampai kamu tidak ada kabar, Mama yang akan jemput kamu kesana" Melvi tertawa dan mengangguk.

"Siap komandan"

Melvi memeluk Azalea erat dan memeluk Arsa. Menyentil kening Billal sebelum dia pergi, lalu memeluknya erat. Billal hampir menangis dibuatnya. Melvi melepas pelukannya dan memeluk Renata yang datang bersama Zidan untuk mengantarkan kepergian Melvi tugas.

"Jaga diri kamu dek, kakak harap kamu bisa pulang dengan utuh. Jangan lupa sholat dan makan yang teratur" Melvi mengangguk dipelukan Renata.

"Ya. Dan segera buat ponakan buat Aku" Renata menyentil kening Melvi yang terbahak.

Melvi segera menaiki pesawat bersama para prajurit lainnya yang tergabung dalam pasukan Garuda.

"Selamat tinggal kenangan pahit"

Melvi memilih memejamkan matanya untuk beristirahat. Dia masih ingat semalam Azalea ingin tidur bersamanya dan Arsa tentunya menemani bersama dengan Billal. Itu adalah tradisi mereka jika ada salah satu keluarga yanga akan pergi tugas.

Melvi sudah sampai di barak bersama dengan prajurit lainnya. Dia meletakkan ranselnya di lemari.

Melvi harus mengikuti pemeriksaan sebelum dia bertugas besok.

"Lettu Melvi?" Perempuan cantik itu menatap Melvi lama. Ada getaran yang aneh pada dirinya kala melihat mata Melvi yang berwarna hitam.

Jantung Melvi berdegup kencang saat ini. Saat bersama Atikah, dia tidak pernah seperti ini. Perasaan gugup menyerangnya.

"Saya dokter" ucap Melvi setenang mungkin. Melvi duduk dihadapan dokter itu.

"Perkenalkan, saya Letda Arcinta Shahila Bagaskara
yang bertugas sekarang ini"

"Dokter Cinta?"

"Ya?"

"Saya belum butuh dokter cinta, yang saya butuhkan dokter untuk memeriksa saya"

Cinta langsung menjentikkan pen tanpa aba-aba lebih dulu, lalu mengarahkan jari telunjuk Melvi ke kertas yang dia sediakan untuk tes golongan darah.

"Nama saya Cinta"

"Saya juga Cinta kamu"

💂💂💂

Heiy Melvi ngegombal gaesss...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top