L.I.F.E (22)
Sesampainya di bandara Al Maktoum, Dubai, Ali dan Prilly mengikuti evaluasi. Selesai briefing mereka segera menyusul keluarganya ke l restoran terdekat dari bandara. Saat mereka sampai di depan gedung bandara, tidak sengaja berpapasan dengan sepasang kekasih.
"Cieeeee, udah mau kawin aja nih," goda Ira berjalan beriringan dengan Dimas.
"Kawinnya sudah, Sayang, cuman belum nikahnya," celetuk Dimas membuat Ira tertawa lepas.
"Kampret kalian!" umpat Ali, Dimas dan Ira semakin tertawa puas.
"Mau ke mana kalian?" tanya Prilly setelah mereka berhenti tertawa.
"Mau ke hotel. Kenapa?" tanya Ira.
"Ikut kita aja yuk! Mau makan dulu di restoran. Yang lain sudah nunggu di sana." Prilly menggandeng tangan Ira yang masih lengkap mengenakan PDH pilot.
Ali dan Dimas saling pandang, heran dengan tingkah wanita jika sudah bertemu pasti melupakan sekelilingnya. Mereka punya cerita dan kehidupan sendiri jika sudah berkumpul.
"Emang, ya ... dasar cewek, kalau ketemu langsung deh kita dilupakan. Kalau di ranjang aja di sayang-sayang," celetuk Dimas memerhatikan Prilly dan Ira semakin menjauh dari mereka.
"Biasa, Bro, kan cewek punya dua bibir." Dimas menoleh Ali cepat.
"Maksud lo, dua bibir bagaimana?" tanya Dimas yang tidak paham.
Ali menarik kopernya berjalan, sambil menjawab, "Bibir atas enak dilumat, bibir bawah enak dihisap!" Ali tertawa puas lalu sedikit berlari menghindari pukulan Dimas.
Dimas yang mengerti maksud Ali lalu tertawa puas sambil memegangi perutnya.
"Anjrrrrriiiittttttt! Mulut lo enggak punya filter woiy!" Dimas mengejar Ali lalu merangkul bahunya. "Tapi bener juga kata lo, kalau mereka enggak punya dua bibir, mana bisa kita nikmati surga dunia," timpal Dimas lalu mereka tertawa lepas.
Prilly dan Ira yang mendengar mereka tertawa lalu menoleh.
"Kenapa mereka, Pril?" tanya Ira heran.
"Jatahnya kurang kali," jawab Prilly asal.
Lalu mereka saling berpandangan dan tertawa terbahak, saat Ira mengerti apa yang dimaksud Prilly.
"Kamu juga lagi dapat, Pril?"
"Iya! Ali sampai ngomel mulu. Minta jatah," jawab Prilly membuat pembicaraan mereka semakin menjadi.
Inilah kebiasaan mereka jika bertemu. Sudah tidak ada rahasia lagi di antara mereka. Memang inilah sisi kelam kehidupan mereka yang jauh dari perhatian keluarga dan orang-orang terdekat. Pergaulan bebas sudah menjadi rahasia umum dan hal yang tabu bagi mereka.
Sesampainya di restoran, mereka menyapu pandangan, mencari keluarga mereka yang sudah menunggu. Ali mengernyitkan dahi saat melihat Dahegar sudah duduk di sebelah Selvi. Ali tersenyum tipis melihat hal itu.
Ternyata sahabatnya tidak main-main dan cepat sekali bergeraknya. Mereka menghampiri meja yang sudah ramai dengan canda tawa lepas karena hal-hal konyol yang Ebie buat.
"Oh, Mas Prince, kamu tega mematahkan hati Ebie. Sampai makan tak enak, tidur pun tak nyenyak," kata Ebie dibuat sok sedih sambil bibir mengerucut.
Ali yang baru saja datang lalu menghampiri Ebie dan sengaja mencium pipinya. Seketika Ebie terbelalak, mulutnya menganga, oksigen di sekitarnya sudah tidak terasa lagi. Napasnya seperti berhenti, sehingga dadanya terasa sesak.
"Aaaaaaaaa! Mas Prince cium aku." Ebie berdiri kegirangan sambil loncat-loncat, badannya berputar-putar sambil memegangi dada.
Semua yang melihat ulah Ebie itu semakin tertawa terbahak, tidak terkecuali Widya. Ali yang melihat Widya tertawa lepas tanpa beban ikut tersenyum. Prilly mendekati Ali, langsung saja Ali merengkuh pinggangnya posesif. Ebie yang melihat hal itu lalu berhenti berjingkrak.
"Yah, baru juga diterbangin hati Ebie, Mas Prince. Lansung dijatuhin lagi ke dasar jurang. Perkosa Ebie di semak-semak, Mas Prince." Ebie berkata sok sedih yang sengaja dibuat sambil duduk di kursi.
Semua orang tertawa mendengar itu. Wibowo tidak habis pikir, Ali bisa mempekerjakan pelayan seperti Ebie. Tidak ada lagi rasa canggung dan jarak di antara mereka. Kini semua berbaur menjadi satu. Widya sudah bisa menerima Ali. Tidak lagi memasang wajah judes dan jutek.
"Mbak Bie, nanti kalau saya resepsi, jatah Mbak Bie nyanyi di depan tamu, ya?" Prilly berkata di sela makan malam mereka.
"Siap, Nona Pepaya, minta lagu apa? Belah Duren Ebie bisa, Sambalado juga bisa, Lingsir Wengi bisa, asal jangan lagu bahasa Mandarin dan Inggris. Ebie Indonesia lovers."
"Mbak Bie nanti duet sama Iyan, ya?" sela Ali.
"No! Aku enggak mau Iyan, Mas Prince. Iyan enggak maco. Nanti kalau Iyan ngajakin Ebie gelongsoran terus gimana?"
"Terus Mbak Bie maunya sama siapa?" tanya Widya yang kini angkat bicara.
"Sama ... yang ganteng, maco, seksi seperti Mas Prince. Yang dada sampai perutnya kotak-kotak," jawab Ebie mengerling genit kepada Ali dan mengedip-ngedipkan mata centil.
Ali yang sudah biasa diperlakukan begitu hanya tersenyum. Sedangkan Prilly mengulum bibir, menahan tawa.
"Wah, tinggi juga, ya, selera, Mbak Bie. Jodohin aja, Li, sama pramugara tempat lo kerja," sahut Dimas.
"Kasihan." Ali menjawab ambigu.
"Kasihan apa maksudnya, Prince?" tanya Selvi bingung.
"Kasihan pramugaranya setiap hari ngadepin Mbak Bie yang unik dan beda dari yang lain," jawaban Ali melirik Ebie sambil tersenyum, semua tertawa, tidak untuk Ebie.
"Ya sudah, Mas Prince, jadikan Ebie istri kedua saja," celetuk Ebie asal membuat Ali tersedak.
Prilly yang lebih dekat dengan Ali lalu menyodorkan air minum sambil mengusap punggung Ali.
"Kalau setok wanita di dunia ini sudah habis, tinggal Mbak Bie, baru saya mau. Itu saja mikir seribu kali," jawab Ali lalu tertawa puas.
Gelak tawa dari meja itu memenuhi restoran. Kebahagian mereka tidak dapat tertukar dengan apa pun di dunia ini. Cinta yang Ali rasakan dan sakit hati yang pernah digoreskan Prilly padanya, membuat dia menghargai rasa cinta itu.
Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan. (Kahlil Gibran)
***
Siang yang cerah, di ruang tengah rumah keluarga Wibowo sudah ramai dan sibuk. Prilly dan Ali menghitung suvenir yang nanti akan dibagikan kepada para tamu. Sedangkan Widya dan Wibowo dibantu Selvi dan Dahegar mengecek ulang nama yang ada di undangan. Lebih dari seribu undangan akan disebar. Ini nanti akan menjadi pernikahan yang sangat mewah dan megah. Sudah dua bulan lamanya mereka mempersiapkan itu semua. Dibantu WO juga.
"Ebie datang ...." Ebie membawa jus jeruk dari dapur.
Ebie meletakan jus itu di lantai, karena meja penuh dengan undangan dan berbagai kertas. Ebie menuangkan jus itu di gelas dan membagikan kepada semua orang untuk menghilangkan dahaga karena cuaca yang panas siang itu.
"Teman-teman Mbak Bie ada yang mau diundang enggak?" tanya Ali.
"Boleh, Mas Prince?"
"Iya bolehlah. Selama teman-teman Mbak Bie enggak bikin rusuh. Saya izinin."
"Asyik, Ebie mau undang teman-teman arisan sama tukang sayur yang biasanya lewat depan rumah. Sama tukang ojek yang biasa antar Ebie ke pasar. Boleh, Mas Prince?"
"Iya, Mbak Bie. Sekalian aja teman Mbak Bie yang artis itu." Prilly dan yang lain menoleh pada Ali, seolah dari sorotan mereka meminta penjelasan.
"Artis siapa, Prince?" tanya Selvi.
"Aliando syarif, abang berondongnya Mbak Bie, Sweety. Kan, Mbak Ebie gandrung banget sama artis itu." Semua tertawa mendengar jawaban Ali.
"Kalau Ebie bisa undang, sudah pasti, Mas Prince. Nanti bakalan Ebie ajak berduet lagu My Heart. Kayak dulu pas dia duet sama Prilly Latuconsina di pernikahan rekannya. Begini ...," Ebie berdiri mengambil gelas kosong, seolah dia jadikan mikrofon, "di sini kau dan aku. Terbiasa bersama. Menjalani kasih sayang. Bahagia kudenganmu."
Ebie bersenandung seolah dia bernyanyi di depan banyak orang. Ebie menarik Ali agar berdiri bersamanya, membuat semua orang tertawa geli dan sakit perut dengan ulah konyol itu, menciptakan kebahagiaan tersendiri.
"Nanti kalau pas bagian bahasa Inggris, Ebie suruh nyanyi Aliando semua aja." Ali tertawa mendengar Ebie berhenti bernyanyi di bagian syair yang berbahasa Inggris.
"Mbak Bie, lama-lama aku melahirkan awal kalau cara Mbak Bie begitu," seru Selvi tidak bisa berhenti tertawa sambil memegangi perutnya yang membuncit.
Dahegar mengelus perut Selvi yang terasa keram karena kebanyakan tertawa. Ada getaran hebat di dalam hati Selvi. Rasa nyaman saat tangan Dahegar mengusap lembut di bagian perutnya. Selvi terdiam, merasakan janin yang di dalam perutnya anteng, tidak banyak bergerak. Sepertinya dia juga merasakan hal yang sama seperti Selvi.
"Wah, wah, wah, Mas Prince harus siap-siap mantu lagi nih habis Non Selvi lahiran," celetuk Ebie membuat Selvi melototkan matanya kepada Ebie.
Ebie yang mendapat pelototan hanya menyengir dan mengangkat jarinya tanda damai.
"Persoalan mudah itu, Mbak Bie. Asal kamu siap jaga anak Selvi, pasti segera aku nikahkan mereka," jawab Ali yang sebenarnya merasa senang melihat Selvi kini lebih menerima kehadiran Dahegar dalam hidupnya.
"Yah, pensiun ngurus Mas Prince, nanti gantian ngurus anak Non Selvi. Kapan dong Ebie gantian diurus?" protes Ebie sambil memonyongkan bibirnya.
"Nanti kalau Iyan sudah siap melamar Mbak Bie. Nanti biar saya bisa besanan sama Puspamekar," jawab Ali asal.
"Ih, Iyan lagi, Iyan lagi! Enggak ada lagi apa selain Iyan, Mas Prince?" protes Ebie manja.
"Sudah terima saja, kalau sudah jodoh kamu," sahut Widya.
"Ih, Tante Lion, Ebie kan maunya yang kayak Mas Prince. Romantis."
"Rokok makan gratis maksud, Mbak Bie?" sahut Wibowo sudah mulai ikut menggoda Ebie.
Semua tertawa terbahak melihat Ebie yang disudutkan dan digoda habis-habisan. Itu justru membuat Ebie bahagia karena kehadirannya membuat suasana semakin hidup dan berwarna.
Terima kasih, Tuhan, Engkau sudah persatukan keluarga ini, doa Ebie dalam hati saat melihat semua orang tertawa bahagia karena dirinya.
***
Malam semakin larut, setelah selesai makan malam, Selvi dan Ebie pulang terlebih dulu diantar Dahegar. Kini Ali dan Prilly sedang berada di teras rumah Wibowo. Tadinya Prilly hanya berniat untuk mengantar pulang Ali sampai di teras. Namun, Ali justru menarik pinggangnya, memeluknya posesif.
"Aku enggak mau pulang. Aku mau bobo sini aja sama kamu, ya?" tukas Ali manja membuat Prilly terkekeh.
"Sabar, tunggu satu bulan lagi." Prilly mengalungkan tangannya di leher Ali.
"Kelamaan, Sayang, satu bulan itu. Satu jam aja enggak lihat kamu aku sudah kelimpungan."
"Itu masalah kamu, Kapten Ali. Tahan dulu," ujar Prilly menowel pipi Ali.
"Kamu rasakan ini. Dia sudah terlalu mendesak ingin keluar." Ali menempelkan bagian sensitifnya di paha Prilly.
Prilly yang merasa ada yang mengeras di balik celana Ali menahan tawanya. Dia sangat tahu bagaimana Ali belakangan ini harus menahan hasratnya karena persiapan pernikahan mereka yang sangat menyita waktu. Apalagi jadwal penerbangan Ali semakin diperpadat sebelum pilot kebanggaan Rajawali Airline itu mengambil cuti lama.
Ali menatap wajah Prilly lekat, perlahan dia memajukan wajahnya dan langsung melahap bibir ranum itu. Tangan Prilly yang mengalung di leher Ali menekan tengkuknya, agar ciuman mereka lebih dalam. Ali melumat lembut bibir Prilly, hingga terdengar decapan yang dihasilkan dari pagutan mereka.
Ali masih saja menikmati ciuman yang semakin lama menuntut lebih. Saat Ali menyadari tempat mereka yang tidak pas, lalu perlahan melepaskan ciuman panas mereka dengan perasaan tidak rela. Napas Prilly tersengal karena Ali tidak sedikit pun memberinya ruang menghirup udara saat mereka berciuman tadi.
"Pulanglah segera, sebelum kamu menusukku di sini," ucap Prilly yang sejujurnya tidak mau jauh dari Ali.
"Kamu tega menyiksa adik kecilku ini." Ali mengarahkan tangan Prilly untuk memegang bagian yang sudah terasa sakit di balik celananya.
"Sampai di rumah nanti, kamu bisa pelepasan dengan bantuan sabun dan tangan kamu," ujar Prilly lalu terkekeh.
"Rasanya enggak enak, Sayang. Enakan kamu yang bantu aku," ujar Ali sebenarnya sudah sangat tersiksa dengan keadaan itu.
"Ah, kamu harus segera pulang, Sayang. Sebelum Mama dan Papa mergokin kita mesum di depan rumah." Prilly mendorong Ali ke arah mobil.
"Sampaikan sama camerku, kalau bisa nikahnya diajukan besok," ucap Ali setelah dia masuk ke mobil.
Prilly hanya tersenyum melihat kekasihnya itu sangat tidak sabar dan sulit sekali mengendalikan hasratnya jika saat bersama dia. Kalau Ali diturutin, mungkin dia sehari bisa meminta lebih sepuluh ronde. Ck! Dasar Ali pilot don juan.
###########
Makasih vote dan komennya.
Undangan VVIP Gold aku siapkan untuk widy4HS dan puspamekar
VVIP untuk biiestory irastories_ Selviastories ukinurpratiwi SorayaMagdalena semua keluarga Rex yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Untuk yang lain VIP. Tenang undangan masih proses. Lagi dimasukin ke plastik. Wkkwkwkwkwk
Ayo Momsky widy4HS besanan bek aku. Aku wes siap tratak, dekor. Sampean siap konsumsine wae. Ojo lali jadahe seng empuk. Ojo nganti katosan, dipangan ra enak. Wkwkkwkwkwk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top